JAKARTA, KOMPAS.com - Kepala Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Hasto Wardoyo mengatakan, masih banyak anggapan di tengah masyarakat bahwa pendidikan seksualitas dan kesehatan reproduksi pada anak itu tabu.
Tak hanya itu, menurut Hasto, sebagian masyarakat masih memiliki pemahaman bahwa pendidikan seksualitas adalah pengenalan terhadap hubungan seksual antara laki-laki dan perempuan.
"Saya luruskan, tidak. Karena seksualitas ini adalah urusan laki-laki, perempuan memperkenalkan siapa itu laki-laki, siapa itu perempuan, apa yang harus dikenali terhadap masalah organ seks laki-laki dan organ seks perempuan," kata Hasto dalam acara webinar bertajuk "Tabu Bicara Seks Pada Anak?" secara virtual, Rabu (24/3/2021).
Baca juga: Ahli: Jangan Anggap Tabu Pendidikan Seksual dan Kesehatan Reproduksi
Hasto mengatakan, setiap orang berhak mendapatkan pelayanan kesehatan reproduksi dan berhak untuk bebas berpikir mengetahui tentang masalah kesehatan reproduksi dan mendapatkan pendidikan tentang kesehatan reproduksi.
Ia mencontohkan, kasus hipospadia yang sempat ramai disoroti masyarakat di Tanah Air.
Hipospadia adalah suatu kelainan yang menyebabkan letak lubang kencing anak laki-laki menjadi tidak normal.
Baca juga: Aprilia Manganang Dipastikan Pria, KSAD Sebut Dia Alami Hipospadia Sejak Lahir
Menurut Hasto, kasus hipospadia tersebut bisa saja tidak dikenali oleh orangtua sehingga sang anak sejak lahirnya diperlakukan seperti anak perempuan.
Padahal, anak tersebut adalah laki-laki. "Ini contoh gagalnya pendidikan kesehatan reproduksi, di usia anak tidak diberi tahu mengenali dirinya," ujar Hasto.
Selain itu, ia mencontohkan, jika anak perempuan di usia 12 tahun belum mengalami masa menstruasi, orangtua patut memantau perkembangannya hingga usia 16 tahun.
Baca juga: Kenalkan Pendidikan Seks pada Anak Melalui Lagu Lindungi Diri
Menurut Hasto, apabila anak perempuan hanya mengalami sakit tetapi tidak mengalami menstruasi pada usia 16 tahun, orangtua dapat segera memberikan pertolongan.
Hasto mengatakan, dua kasus yang dipaparkan tersebut adalah pengetahuan umum yang seharusnya dapat dijelaskan kepada orangtua dan anak, sehingga masalah kesehatan reproduksi dapat ditangani dengan cepat.
"Ini ilmu sangat umum sekali, kalau dianggap tabu lagi, guru perempuan bisa menerangkan kepada anak perempuan, ibu-ibu bisa beri tahu tentang anak perempuannya, guru laki-laki bisa beri tahu anak laki-laki," ucap dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.