Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

ICW Sebut BNPB Tak Teliti terhadap Pengadaan Barang Kesehatan untuk Covid-19

Kompas.com - 18/03/2021, 17:40 WIB
Irfan Kamil,
Icha Rastika

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Indonesia Corruption Watch (ICW) menemukan bahwa Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) abai dan tidak teliti terhadap pengadaan barang alat kesehatan Covid-19.

Hal itu dikatakan Peneliti ICW Dewi Anggraeni dalam diskusi publik “Kajian Tata Kelola Distribusi Alat Kesehatan dalam Kondisi Covid-19”, Kamis (18/3/2021).

"Dari pemantauan ICW ditemukan bahwa barang ini (alat kesehatan) enggak dicek dengan teliti dan detail saat serah terima pengadaan," kata Dewi.

Baca juga: KPK Limpahkan 2 Tersangka Kasus Pengadaan Alat Kesehatan Unair ke JPU

Alat kesehatan yang dimaksud Dewi yakni reagen PCR misalnya. Ia menyebut ada beberapa kasus pengembalian barang yang dilakukan di salah satu rumah sakit di Jawa Timur ke BNPB.

Pada 3 September 2020, kata dia, ada 1.850 reagen PCR yag dikembalikan dengan merek Liferiver karena kedaluwarsa 19 Oktober 2020.

"Dalam dokumen tanda terima yang kami dapatkan, antara BNPB dengan PT SIP penyedia Liferiver diketahui pihak BNPB hanya mengecek jumlah barang yang diterima jadi enggak dicek kualitasnya," ujar Dewi.

"Kondisi ini menunjukkan dalam proses pengadaan, BNPB kami duga sengaja mengabaikan tanggal kadaluarsa barang," ucap dia.

Akibat pengabain oleh BNPB itu, menurut Dewi, ada potensi kerugian negara sebesar Rp 693,7 juta karena barang yang dikembalikan tidak digunakan.

Padahal, menurut dia, dalam kontrak antara BNPB dan penyedia barang, diatur juga uang muka dan ketentuan sanksi pada penyedia untuk mengantisipasi risiko pengadaan yang muncul.

Baca juga: Penanganan Covid-19 di Jatim, Menko PMK Minta Ketersediaan Alat Kesehatan

Jika melihat kondisi pandemi dilakukan pengadaan darurat, ia menilai tentunya risiko-risiko yang berakhir sanksi seperti itu penting untuk diperhitungkan.

"Apakah BNPB mengantisipasi risiko? Kalau iya, apa konsekuensinya yang dimasukan dalam kontrak? Kalau tidak, sangat disayangkan karena barang dengan anggaran besar harus dikembalikan dan ditumpuk di gudang BNPB dan akhirnya enggak bisa digunakan," ucap Dewi.

Ia berpendapat, pada kondisi krisis atau bencana, hal yang harus diperhatikan adalah kecepatan dan ketepatan strategi serta langkah yang diambil pemerintah.

Hal itu, kata dia, agar pemerintah dapat menentukan arah penanggulangan krisis, termasuk distribusi logistik dan peralatan penanggulangan bencana.

Kalau kualitasnya tidak tepat, menurut dia, akan menjadi masalah krusial seperti peristiwa pengambalian alat kesehatan ke BNPB ini.

Hal ini juga, menurut dia, menunjukkan buruknya perencanaan dalam pengadaan karena banyak alat kesehatan yang sudah didistribusikan kemudian dikembalikan.

"Jadi digarisbawahi adalah buruknya sistem distribusi logistik yang pada akhirnya berujung pada semakin pendeknya masa penggunaan atau pakai alat kesehatan," kata Dewi.

Baca juga: Dukung Penanganan Covid-19 di Kalbar, BNPB Serahkan Bantuan Rp 2,3 Miliar

Kendatin demikian, ia menyebut, terkait pengembalian logistik dan peralatan bencana, belum ditemukan rujukan untuk pengembalian logistik tersebut.

"Tapi kalau kita melihat Perka BNPB itu, kalau ada logistik atau peralatan yang tidak digunakan dalam penanggulangan bencana maka langkah yang akan diambil adalah penghapusan dengan cara pemusnahan," ucap Dewi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Daftar 33 Pengajuan Amicus Curiae Sengketa Pilpres 2024 di MK

Daftar 33 Pengajuan Amicus Curiae Sengketa Pilpres 2024 di MK

Nasional
Apa Gunanya 'Perang Amicus Curiae' di MK?

Apa Gunanya "Perang Amicus Curiae" di MK?

Nasional
Dampak Erupsi Gunung Ruang: Bandara Ditutup, Jaringan Komunikasi Lumpuh

Dampak Erupsi Gunung Ruang: Bandara Ditutup, Jaringan Komunikasi Lumpuh

Nasional
Megawati Lebih Pilih Rekonsiliasi dengan Jokowi atau Prabowo? Ini Kata PDI-P

Megawati Lebih Pilih Rekonsiliasi dengan Jokowi atau Prabowo? Ini Kata PDI-P

Nasional
Yusril Sebut Kekalahan Prabowo di Aceh Mentahkan Dugaan 'Cawe-cawe' Pj Kepala Daerah

Yusril Sebut Kekalahan Prabowo di Aceh Mentahkan Dugaan "Cawe-cawe" Pj Kepala Daerah

Nasional
Kejagung Kembali Sita Mobil Milik Harvey Moeis, Kini Lexus dan Vellfire

Kejagung Kembali Sita Mobil Milik Harvey Moeis, Kini Lexus dan Vellfire

Nasional
Yusril Harap 'Amicus Curiae' Megawati Tak Dianggap Tekanan Politik ke MK

Yusril Harap "Amicus Curiae" Megawati Tak Dianggap Tekanan Politik ke MK

Nasional
Soal Peluang Rekonsiliasi, PDI-P: Kami Belum Bisa Menerima Perlakuan Pak Jokowi dan Keluarga

Soal Peluang Rekonsiliasi, PDI-P: Kami Belum Bisa Menerima Perlakuan Pak Jokowi dan Keluarga

Nasional
IKN Teken Kerja Sama Pembangunan Kota dengan Kota Brasilia

IKN Teken Kerja Sama Pembangunan Kota dengan Kota Brasilia

Nasional
Yusril Sebut 'Amicus Curiae' Megawati Harusnya Tak Pengaruhi Putusan Hakim

Yusril Sebut "Amicus Curiae" Megawati Harusnya Tak Pengaruhi Putusan Hakim

Nasional
ICW Dorong Polda Metro Dalami Indikasi Firli Bahuri Minta Rp 50 M Ke SYL

ICW Dorong Polda Metro Dalami Indikasi Firli Bahuri Minta Rp 50 M Ke SYL

Nasional
Sertijab 4 Jabatan Strategis TNI: Marsda Khairil Lubis Resmi Jabat Pangkogabwilhan II

Sertijab 4 Jabatan Strategis TNI: Marsda Khairil Lubis Resmi Jabat Pangkogabwilhan II

Nasional
Hasto Beri Syarat Pertemuan Jokowi-Megawati, Relawan Joman: Sinisme Politik

Hasto Beri Syarat Pertemuan Jokowi-Megawati, Relawan Joman: Sinisme Politik

Nasional
Menerka Nasib 'Amicus Curiae' di Tangan Hakim MK

Menerka Nasib "Amicus Curiae" di Tangan Hakim MK

Nasional
Sudirman Said Akui Partai Koalisi Perubahan Tak Solid Lagi

Sudirman Said Akui Partai Koalisi Perubahan Tak Solid Lagi

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com