JAKARTA, KOMPAS.com - Duta Besar RI untuk Singapura Suryopratomo menceritakan tentang bagaimana perjuangan Indonesia menghadapi pandemi Covid-19 saat pertama kali melanda pada Maret 2020.
Indonesia bahkan harus mengambil reagen atau alat untuk mengetes spesimen Covid-19 jatah negara lain, yaitu dari Korea Selatan.
Suryopratomo yang saat itu merupakan salah satu tim Satuan Tugas Penanganan Covid-19 yang dibentuk Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mengatakan, kondisi Indonesia saat itu tidak memiliki satu pun alat reagen untuk memeriksa seseorang apakah terpapar Covid-19 atau tidak.
Baca juga: Menaker: 29,12 Juta Penduduk Usia Kerja Terdampak Pandemi
Padahal, ketika itu orang meninggal dunia akibat Covid-19 di Indonesia sudah bermunculan.
"Tanggal 21 Maret 2020 tiba-tiba diinformasikan ada reagen di Korea Selatan. Itu sebetulnya jatah negara lain. Kami minta belok ke Indonesia karena hanya 50.000," kata Suryopranoto dalam talkshow BNPB bertajuk Pengambilan Keputusan dalam Situasi Darurat, Selasa (16/3/2021).
Ia mengatakan, saat itu BNPB meminta kepada Duta Besar Indonesia di Korea Selatan untuk mengamankan reagen tersebut.
BNPB juga meminta agar reagen itu segera dikirimkan ke bandara untuk diangkut oleh maskapai Garuda dari Korea Selatan ke Indonesia.
"Kami telepon Dirut Garuda untuk kami mohon supaya 50.000 reagen itu bisa dikirim ke Indonesia," kata dia.
Baca juga: Sebut Tak Ada Pandemi yang Selesai dalam Setahun, Menkes: Bisa 5-10 Tahun
Suryopranoto mengatakan, upaya tersebut merupakan salah satu sistem manajemen yang dilakukan BNPB di tengah situasi yang tidak biasa akibat pandemi Covid-19.
BNPB menekankan agar saat itu Indonesia bisa mendapatkan alat reagen dari mana pun asalnya.
Bahkan ketika itu, kata dia, negara lain seperti Amerika Serikat dan Eropa pun sampai meminta-minta alat pelindung diri (APD) kepada Korea Selatan, tetapi tidak mendapatkannya.
"Jadi Indonesia saat itu jumlah orang meninggal dunia sudah muncul, APD dan reagen tidak ada. Di tengah analisis-analisis bahwa Indonesia akan ambruk karena kasus Covid-19, BNPB harus melakukan tindakan," ujar Suryopranoto.
Ditambah lagi, kata dia, pada bulan April Presiden Joko Widodo (Jokowi) sudah meminta agar testing ditingkatkan menjadi 10.000 per hari.
Baca juga: Menko PMK Ingatkan Pelayanan Kesehatan Dasar Tak Diabaikan Kala Pandemi Covid-19
Bahkan, pada saat itu laboratorium pun hanya ada dua buah yang akhirnya terus didorong oleh BNPB hingga 400 laboratorium adanya.
"Kita bangun infrastruktur mudah, tapi siapa yang mengerjakan, siapa yang bisa kelola lab? Situasi Maret-April 2020, situasi mengagetkan. Alhamdulillah Indonesia mampu mengendalikan Covid-19, tak seburuk yang dikatakan orang," ucap dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.