JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengatakan, salah satu alasan pemerintah membeli vaksin Covid-19 di banyak negara adalah karena kekhawatiran negara pembuat vaksin menahan penjualan atau embargo.
"Kita takut kalau ada apa-apa atau ada embargo dari suatu negara dan ini sudah kejadian. AstraZeneca itu punya Inggris dan sekarang mereka menahan. Kemarin mau kirim ke Australia tapi mereka tahan katanya untuk rakyatnya dulu," kata Budi usai meninjau pelaksanaan vaksinasi massal di Bengkulu, Kamis (11/3/2021) dilansir Antara.
Budi mengatakan, Indonesia beruntung tidak membeli vaksin AstraZeneca dari Inggris tetapi membeli vaksin jenis itu dari Korea Selatan dan India.
Saat ini, ia menambahkan, pemerintah menjalin kerjasama dengan lima negara penyedia vaksin Covid-19 yakni Tiongkok produsen vaksin SinoVac, Korea Selatan dan India vaksin AstraZeneca, Jerman vaksin Pfizer dan Amerika vaksin Novavax.
Baca juga: Dinilai Tak Sesuai Kaidah, Terawan Tegaskan Vaksin Nusantara Aman Digunakan
Khusus vaksin AstraZeneca buatan Korsel dan India, lanjut Budi, sudah tiba di Tanah Air sebanyak 1 juta dari 11 juta dosis. Vaksin itu merupakan kerjasama multilateral dengan WHO untuk negara-negara berkembang.
"Amerika punya vaksin, namanya Johnson dan Johnson (J&J) yang cuma sekali suntik dan itu tidak boleh keluar dari negaranya. Vaksin ini rebutan sekali. Kenapa kita memilih empat karena kalau satu nyangkut kita ada di tempat lain," ujarnya.
Di samping itu, Budi mengatakan, suplai vaksin Covid-19 di Indonesia hingga Juni mendatang diperkirakan baru mencapai 80 hingga 90 juta dosis atau sekitar 24 persen dari total kebutuhan yakni 363 juta vaksinasi yang menyasar 181,5 juta orang.
Menurut dia, suplai vaksin terbesar diperkirakan mencapai 75 hingga 76 persen akan berlangsung pada Juli hingga Desember 2021 mendatang.
Ia juga mengatakan, keterbatasan ketersediaan vaksin ini membuat pemerintah harus berusaha keras mengatur jadwal pelaksanaan vaksinasi agar dilakukan secara bertahap supaya tidak ada kegiatan vaksinasi yang terhenti.
Baca juga: BPOM: Vaksin Nusantara Tak Sesuai Kaidah Medis
"Banyak yang bilang negara lain bisa suntik satu juta per hari. Saya bilang kalau kita juga satu juta per hari, selama tiga hari selesai terus satu bulan berikutnya ngapain," ucapnya.
Lebih lanjut, Budi mengatakan, pemerintah menargetkan peningkatan jumlah vaksinasi harian dari Februari lalu hanya sekitar 100.000 vaksinasi per hari dan pada Maret hingga April dinaikkan menjadi 500.000 vaksinasi per hari.
Kemudian pada Mei dan Juni ditargetkan mencapai satu juta vaksinasi per hari, lalu setelahnya yakni Juli hingga Desember bisa mencapai lebih dari satu juta vaksinasi per hari.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.