JAKARTA, KOMPAS.com - Kepala Badan Komunikasi Strategis Partai Demokrat Herzaky Mahendra Putra meminta seluruh pihak untuk tidak mengadu domba Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri.
Hal ini disampaikan Herzaky menanggapi pernyataan mantan Sekretaris Jenderal Partai Demokrat Marzukie Alie soal pernyataan SBY yang menyebut Megawati kecolongan dua kali dan kemudian dibalas dengan pernyataan Sekretaris Jenderal PDI-P Hasto Kristyanto.
"Kami minta setiap pihak untuk tidak mencoba mengadu domba Bapak SBY dan Ibu Megawati, ataupun mengadu domba Partai Demokrat dan PDIP," kata Herzaky dalam siaran pers, Kamis (18/2/2021).
Herzaky mengatakan, SBY dan Megawati mestinya ditempatkan di posisi terhormat karena keduanya pernah dipercaya memimpin Indonesia sebagai presiden keenam dan kelima.
"Tidak malah kita bawa-bawa dan adu domba untuk kepentingan pribadi, apalagi segelintir orang yang tidak bermartabat," ujar Herzaky.
Baca juga: AHY Sebut Jokowi Tak Tahu-menahu soal Kudeta di Demokrat
Herzaky pun mengajak seluruh pihak mengedepankan data dan fakta dalam berbicara, tidak menebar tuduhan tak berdasar, fitnah, maupun pernyataan yang tak bisa diverifikasi.
Ia mengingatkan agar rakyat yang sedang susah tidak dibebani dengan berita-berita hoaks dan fitnah.
Di samping itu, Herzaky juga mengaitkan pernyataan Marzuki dengan isu dugaan keterlibatannya dalam Gerakan Pengambilalihan Kekuasaan Partai Demokrat (GPK-PD) yang telah dibantah oleh mantan Ketua DPR itu.
"Pertanyaan besar kemudian mengemuka tatkala Pak Marzuki Alie yang sebelumnya selalu mengklaim tidak terlibat GPK PD, mengapa ikut-ikutan menyebar tuduhan dan informasi yang tidak dapat diverifikasi, selain oleh Pak Marzuki Alie sendiri?" kata Herzaky.
Herzaky menegaskan, isu kudeta di Partai Demokrat bukan soal persaingan antara SBY dan Mega, atau Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono versus Presiden Joko Widodo.
"Ini adalah perjuangan melawan penyalahgunaan kekuasaan, abuse of power, yang dilakukan oleh oknum pejabat penting negara, yang mengancam dan merusak demokrasi kita," kata Herzaky.
Baca juga: Soal Kudeta di Partai Demokrat, AHY: Bapak SBY di Belakang Kita
Diberitakan sebelumnya, Marzuki mengungkapkan SBY pernah menyatakan bahwa Megawai kecolongan dua kali saat pilpres 2004.
Kala itu Megawati mencalonkan sebagai presiden bersama Hasyim Muzadi sebagai wakilnya, namun kalah dari SBY yang berpasangan dengan Jusuf Kalla.
SBY dan Kalla sama-sama menjabat menteri di kabinet yang dipimpin Megawati.
SBY menjabat Menteri Koordinator bidang Politik dan Keamanan (Menko Polkam) namun mengundurkan diri menjelang Pilpres 2004. Adapun Jusuf Kalla menjabat Menteri Koordinator bidang Kesejahteraan Rakyat.