JAKARTA, KOMPAS.com – Partai Demokrat baru-baru ini diterpa badai internal. Sejumlah kader aktif dan mantan pengurus berupaya melengserkan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) dari kursi ketua umum dengan mengembuskan isu Kongres Luar biasa (KLB).
Konflik internal Partai Demokrat terjadi di saat partai tengah menjalani masa konsolidasi awal menuju Pemilu 2024 yang masih tiga tahun lagi.
Upaya pelengseran AHY dari kursi ketua umum menjadi peringatan bagi putra sulung Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) itu.
Baca juga: Tanggapi Eks Kadernya, Demokrat Sebut AHY Bikin Perolehan Suara Meningkat
Pasalnya, di tengah situasi politik yang masih jauh dari hiruk pikuk persiapan Pemilu 2024, partai yang ia pimpin justru sudah bergejolak.
Gejolak di Partai Demokrat hampir tak dialami partai-partai besar lainnya di masa sekarang. Bahkan perbedaan pendapat di internal Golkar dalam menyikapi revisi Undang-undang No. 7 Tahun 2017 tentang Pemilu pun tidak sampai menimbulkan kegaduhan.
Terkecuali Partai Berkarya sebagai partai medioker yang masih berkonflik memperebutkan status kepengurusan yang sah antara kubu Hutomo Mandala Putra atau Tommy Soeharto dengan Muchdi Pr.
Upaya pelengseran di Partai Demokrat juga menjadi tamparan bagi AHY yang terpilih lewat mekanisme aklamasi dalam Kongres Partai Demokrat di Jakarta pada 2020.
Direktur Eksekutif Indo Barometer Muhammad Qodari pun meragukan keterpilihan (AHY) sebagai Ketua Umum Partai Demokrat lewat proses aklamasi. Pasalnya, belum setahun menjabat, sudah muncul gerakan yang hendak melengserkan AHY.
Menurut Qodari, jika ketua umum terpilih lewat aklamasi, seharusnya tak akan ada gerakan yang hendak menjatuhkan AHY karena seluruh internal partai solid mendukung putra sulung SBY itu.
Baca juga: Pengurus Demokrat Sebut Kekhawatiran Eks Wasekjen Pendukung KLB Tak Didukung Fakta
"Ini cukup mengejutkan karena kongresnya baru selesai, ketua umum baru terpilih, apalagi dengan cara aklamasi," kata Qodari sebagaimana dikutip Tribunnews.com, Kamis (4/2/2021).
Qodari lantas mempertanyakan proses aklamasi yang terjadi pada Kongres Demokrat saat AHY terpilih sebagai ketua umum. Menurut dia, aklamasi saat itu bukanlah aklamasi sejati.
Aklamasi yang sejati, lanjut Qodari, terjadi ketika ada satu tokoh yang dianggap sangat kuat, sangat legitimate, sangat tepat untuk menjadi ketua umum, dan diterima oleh semuanya.
"Artinya, aklamasi partai Demokrat pada tahun lalu itu, Maret 2020 itu, sebetulnya bukan aklamasi yang sejati," ucap Qodari. "Jadi kalau belum setahun sudah ada gerakan politik, itu menandakan bahwa kekuasaan di Demokrat saat ini tidak bulat," tutur Qodari.
Solid di era SBY
Kondisi Demokrat saat ini berbeda dengan era kepemimpinan SBY. Isu KLB pernah sekali muncul saat SBY menjabat posisi ketua umum pada 2019.