JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy mengatakan, anemia yang dialami para remaja harus mendapat perhatian.
Terutama bagi remaja putri, kata dia, anemia akan berpengaruh pada saat ia mengandung nantinya dan berisiko melahirkan bayi stunting.
Muhadjir mengatakan, remaja yang mengalami anemia cenderung akan merasa lemah dan lemas sehingga malas dan lambat dan beraktivitas termasuk dalam menyelesaikan masalah.
Baca juga: Jokowi Tunjuk BKKBN Pimpin Percepatan Penurunan Stunting
"Kalau saat masa remaja sudah anemia, maka berpeluang menderita anemia saat hamil (setelah menikah). Kondisi ini akan semakin buruk sebab saat hamil dibutuhkan gizi yang lebih banyak," kata Muhadjir dikutip dari siaran pers, Selasa(27/1/2021).
"Jika tidak ditangani akan berisiko terjadinya pendarahan saat persalinan, bayi berat badan lahir rendah, dan akhirnya melahirkan bayi stunting," ujar dia.
Saat ini, kata dia, angka stunting di Tanah Air pada tahun 2019 masih berkisar 27,67 persen.
Sementara berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Kementerian Kesehatan (Kemenkes) tahun 2013-2018 terdapat kenaikan prevalensi anemia pada kelompok usia 15-24 tahun dari 18,4 persen menjadi 32 persen atau 14,7 juta jiwa.
Baca juga: Prediksi BKKBN, 7 Juta Bayi Berpotensi Stunting pada 2024
Oleh karena itu, menurut dia, harus ada semangat dan dukungan semua pihak untuk mengatasi persoalan stunting.
Termasuk juga masalah kekurangan gizi lainnya, termasuk anemia yang berpotensi menciptakan generasi stunting.
"Intervensi melalui sosialisasi dari tingkat sekolah harus dilakukan agar remaja Indonesia, khususnya remaja putri, memahami pentingnya menjaga asupan gizi untuk mempersiapkan masa depan yang lebih baik," kata dia.
Salah satu contohnya, ujar Muhadjir, remaja putri di Tanah Air banyak yang melakukan diet tanpa mengetahui bahwa hal tersebut berdampak fatal saat mereka nantinya saat mengandung.
Baca juga: Angka Stunting Tinggi, Jokowi Minta Semua Daerah Beri Perhatian
Hal tersebut harus dicegah agar tidak muncul generasi Indonesia yang mengalami stunting, dengan memberikan pemahaman dan penekanan agar mereka mengubah perilaku diet.
"Itu sangat penting agar ke depan Indonesia mampu meraih bonus demografi. Bukan hanya jumlah angkatan kerja yang tinggi tetapi produktivitas dan kualitasnya juga mampu bersaing," ucap dia.
Lebih lanjut, Muhadjir mengatakan, anemia merupakan salah satu masalah gizi di Indonesia selain malnutrisi dan obesitas.
Anemia terjadi akibat kondisi kekurangan zat besi (Fe) yang juga menjadi masalah bagi negara-negara Asia lainnya, disamping Indonesia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.