Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menko PMK Minta Menkes Alokasikan Anggaran Pengadaan Alat Plasma Konvalesen

Kompas.com - 19/01/2021, 11:22 WIB
Deti Mega Purnamasari,
Bayu Galih

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy meminta Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengalokasikan anggaran pengadaan alat untuk plasma konvalesen.

Pasalnya, dalam melakukan donasi plasma konvalesen, dibutuhkan peralatan yang saat ini masih terbatas.

"Saya sudah meminta Pak Menkes mengalokasikan anggaran untuk pengadaan peralatan-peralatan untuk mempercepat gerakan nasional ini," ujar Muhadjir di acara pencanangan Gerakan Nasional Pendonor Plasma Konvalesen di Markas Palang Merah Indonesia (PMI), Senin (18/1/2021).

Baca juga: Saat Pemerintah Ajak Penyintas Covid-19 Sumbangkan Plasma Konvalesen...

Ia mengatakan, dalam melakukan pengadaan tersebut harus dilakukan koordinasi dengan PMI sebagai pihak yang melakukan proses donasi plasma konvalesen.

Muhadjir mengatakan, dirinya mendapat informasi bahwa pengadaan alat tersebut cukup sulit sehingga pihaknya pun meminta dukungan dari PMI, khususnya Ketua Umum PMI Jusuf Kalla yang memiliki banyak jaringan di dalam maupun luar negeri.

"Sekarang ini alatnya baru terpusat di Jakarta dan sebagian Surabaya, sementara yang lain masih langka sekali terutama di luar Jawa," kata dia.

Plasma konvalesen dari para penyintas Covid-19 diharapkan dapat membantu mereka yang masih sakit Covid-19 agar terbentuk antibodi.

Baca juga: Donasikan Plasma Konvalesen, Kapan Airlangga Hartarto Mengidap Covid-19?

Plasma tersebut hanya dapat didonasikan dari orang yang pernah terpapar Covid-19 dan sudah sembuh kepada mereka yang masih mengalaminya.

Adapun pemerintah mencanangkan gerakan nasional untuk mendonasikan plasma konvalesen tersebut salah satunya untuk meningkatkan angka kesembuhan dan menekan angka kematian akibat Covid-19.

"Plasma konvalesen ini adalah salah satu ikhtiar kita untuk mengobati mereka yang sudah terpapar. Mulai dari gejala ringan, sedang, dan berat," kata dia.

"Plasma konvalesen sebaiknya jangan menunggu berat atau kritis dulu. Tapi ketika sudah mulai tanda-tanda akan menjadi berat, segera intervensi dengan plasma konvalesen," ucap Muhadjir.

Baca juga: Menko PMK: Donasi Plasma Konvalesen Tingkatkan Kesembuhan, Tekan Risiko Kematian Covid-19

Meskipun demikian, data menunjukkan walaupun intervensinya pada level kritis tetapi banyak pasien yang bisa diselamatkan.

Bahkan di Malang, kata dia, mereka yang statusnya berat bisa 100 persen sembuh setelah menerima donasi plasma konvalesen.

"Walaupun tentu saja itu bukan satu-satunya, pasti ada variabel lain yang disertakan di dalam proses pengobatannya, kata dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kursi Demokrat di DPR Turun, AHY: Situasi di Pemilu 2024 Tidak Mudah

Kursi Demokrat di DPR Turun, AHY: Situasi di Pemilu 2024 Tidak Mudah

Nasional
Serba-Serbi Pembelaan Kubu Prabowo-Gibran dalam Sidang Sengketa Pilpres di MK

Serba-Serbi Pembelaan Kubu Prabowo-Gibran dalam Sidang Sengketa Pilpres di MK

Nasional
Kecerdasan Buatan Jadi Teman dan Musuh bagi Industri Media

Kecerdasan Buatan Jadi Teman dan Musuh bagi Industri Media

Nasional
Saat Sengketa Pilpres di MK Jadi Panggung bagi Anak Yusril, Otto, Maqdir, dan Henry Yoso...

Saat Sengketa Pilpres di MK Jadi Panggung bagi Anak Yusril, Otto, Maqdir, dan Henry Yoso...

Nasional
Pemerintah Kembali Banding di WTO, Jokowi: Saya Yakin Kita Mungkin Kalah Lagi, tapi...

Pemerintah Kembali Banding di WTO, Jokowi: Saya Yakin Kita Mungkin Kalah Lagi, tapi...

Nasional
Menteri ESDM Pastikan Divestasi Saham PT Freeport Akan Sepaket dengan Perpanjangan Kontrak Hingga 2061

Menteri ESDM Pastikan Divestasi Saham PT Freeport Akan Sepaket dengan Perpanjangan Kontrak Hingga 2061

Nasional
Kata Bahlil Usai Terseret dalam Sidang MK Imbas Dampingi Gibran Kampanye di Papua

Kata Bahlil Usai Terseret dalam Sidang MK Imbas Dampingi Gibran Kampanye di Papua

Nasional
[POPULER NASIONAL] Gugatan Anies dan Ganjar Tak Mustahil Dikabulkan | Harvey Moeis Tersangka Korupsi

[POPULER NASIONAL] Gugatan Anies dan Ganjar Tak Mustahil Dikabulkan | Harvey Moeis Tersangka Korupsi

Nasional
Jaksa KPK Diduga Peras Saksi Rp 3 Miliar

Jaksa KPK Diduga Peras Saksi Rp 3 Miliar

Nasional
Soal Perpanjangan Kontrak Shin Tae-yong, Menpora: Prinsipnya Kami Ikuti PSSI

Soal Perpanjangan Kontrak Shin Tae-yong, Menpora: Prinsipnya Kami Ikuti PSSI

Nasional
Soal Potensi Jadi Ketum Golkar, Bahlil: Belum, Kita Lihat Saja Prosesnya

Soal Potensi Jadi Ketum Golkar, Bahlil: Belum, Kita Lihat Saja Prosesnya

Nasional
Tanggal 31 Maret Memperingati Hari Apa?

Tanggal 31 Maret Memperingati Hari Apa?

Nasional
Bawaslu Akui Tak Proses Laporan Pelanggaran Jokowi Bagikan Bansos dan Umpatan Prabowo

Bawaslu Akui Tak Proses Laporan Pelanggaran Jokowi Bagikan Bansos dan Umpatan Prabowo

Nasional
Soal Usulan 4 Menteri Dihadirkan di Sidang MK, Kubu Prabowo-Gibran: Kami 'Fine-fine' saja, tapi...

Soal Usulan 4 Menteri Dihadirkan di Sidang MK, Kubu Prabowo-Gibran: Kami "Fine-fine" saja, tapi...

Nasional
e-Katalog Disempurnakan LKPP, Menpan-RB Sebut Belanja Produk Dalam Negeri Jadi Indikator RB

e-Katalog Disempurnakan LKPP, Menpan-RB Sebut Belanja Produk Dalam Negeri Jadi Indikator RB

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com