JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy mengatakan, pemeriksaan genomic sangat mendesak dilakukan terhadap spesimen-spesimen hasil tes polyemrase chain reaction (PCR) yang saat ini dilakukan.
Pemeriksaan lanjutan berupa uji genomic dibutuhkan karena virus SARS-CoV2 penyebab Covid-19 sangat bervariasi jenisnya.
"Kita ingin tahu mutasinya cenderung berbahaya atau jinak, karena itu akan meentukan cara kita menangani Covid-19," kata Muhadjir dalam konferensi pers penyerahan GeNose C19 dan Rapid Test Berbasis Antigen CePAD dari Menteri Riset dan Teknologi (Menristek) Bambang Brodjonegoro, Kamis (7/1/2021).
Baca juga: Tangkal Hoaks, Jubir Satgas Pastikan Covid-19 adalah Virus, Bukan Bakteri
Muhadjir mengatakan, untuk mengetahui karakter virus corona penyebab Covid-19 yang ada di Tanah Air perlu dilakukan pemeriksaan dengan alat genomic.
Pemeriksaan genomic dimaksudkan untuk mengetahui jenis-jenis virus SARS-CoV2, yang saat ini belum diketahui secara detail.
"Kita sudah punya alat di beberapa lab sehingga spesimen yang dikirim selama ini hanya untuk menentukan apakah itu Covid-19 atau bukan, belum sampai jenis dan karakternya," lanjut dia.
Karena beberapa lab di Tanah Air sudah memiliki alat tersebut, kata dia, maka pihaknya meminta agar alat pemeriksaan itu diperbanyak.
"Sehingga kita akan perkaya untuk uji genom itu, untuk mengetahui mutasi jenis Covid-19 di Indonesia," kata dia.
Baca juga: Ilmuwan Ingatkan Mutasi Virus Perburuk Gelombang Covid-19, Kenapa?
Beberapa lab yang menggunakan biosafety level (BSL) 2, kata dia, diminta untuk ditingkatkan menjadi BSL 3 agar memungkinkan melakukan uji spesimen lebih lanjut seperti genomic.
Sementara itu, Menteri Ristek dan Teknologi (Menristek) Bambang Brodjonegoro mengatakan, kementeriannya dan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) sepakat membentuk Tim Genomic Surveillance dalam rangka meneliti virus corona penyebab Covid-19 dan mutasinya di Tanah Air.
"Saat ini kementerian kami dan Kemenkes sudah sepakat akan membentuk namanya Tim Genomic Surveillance dalam upaya memahami virus termasuk mutasi," ucap dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.