Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Joseph Osdar
Kolumnis

Mantan wartawan harian Kompas. Kolumnis 

Bersahabat dengan Bencana, Seruan Andi Mallarangeng hingga Jokowi

Kompas.com - 03/12/2020, 16:57 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

SENIN, 24 Juli 2006, Staf Khusus Presiden (waktu itu), Andi A Mallarangeng menulis artikel berjudul Bersahabat dengan Bencana.

“Judul di atas mungkin terasa aneh. Bagaimana bisa bersahabat dengan sesuatu yang ingin kita hindari dan tak ingin dia datang. Tapi begitulah kenyataan yang harus kita terima,” begitu kalimat awal yang ditulis Andi Mallarangeng dalam artikelnya.

Artikel ini merupakan bagian dari buku Andi Mallarangeng berjudul Dari Kilometer 0,0. Kilometer 0,0 artinya adalah kantor pusat pemerintahan RI, yakni Istana Negara dan Istana Merdeka di Jakarta.

14 tahun kemudian, Kamis, 7 Mei 2020, istana kepresidenan mengeluarkan video seruan Presiden Joko Widodo kepada masyarakat Indonesia untuk hidup berdampingan atau berdamai dengan virus Corona atau Covid-19.

“Artinya sampai diketemukannya vaksin yang efektif, kita harus hidup berdamai dengan Covid-19 untuk beberapa waktu ke depan,” kata Jokowi di Istana Merdeka, Jakarta, dalam video yang diunggah biro pers, media, dan informasi Sekretariat Presiden.

Berdamai dengan virus Corona, dalam seruan Jokowi itu tidak berarti masyarakat Indonesia “berpelukan” dengan Covid-19 itu. Tapi, menurut Jokowi, karena para ahli memprediksi kehadiran virus Corona di bumi manusia ini masih akan terus berlanjut entah sampai kapan, maka bangsa Indonesia harus waspada, yakni disiplin keras, mengenakan masker, rajin cuci tangan dengan sabun dengan cara yang benar, menjaga jarak dalam berkomunikasi dengan orang lain atau menghindari kerumunan.

Dalam seruannya dari Istana Merdeka, pada bulan Mei lalu itu, Jokowi juga mencatat mengenai masalah aturan PSBB (pembatasan sosial berskala besar) atau menjaga jarak aman.

“Jalan raya nampak sepi tapi di kampung-kampung nampak banyak orang berkerumun,” ujarnya.

Mari kembali ke Andi Malarangeng tentang sarannya bagi masyarakat Indonesia yang hidup di kawasan the rim of fire atau cincin api Pasifik, lingkaran api Pasifik, atau sabuk gempa Pasifik. Di wilayah ini sering terjadi letusan gunung, gempa bumi, tsunami dan bencana alam lainnya.

“Hampir setiap hari di Nusantara ini terjadi gempa. Sebagian besar tidak terasa, kadang cukup menggetarkan, kadang meluluhlantakan seperti di Yogya. Kadang gempa itu terjadi di tengah laut dan menghasilkan tsunami yang menyapu semua yang dilewatinya, seperti di Aceh,” demikian Andi Mallarangeng 14 tahun lalu.

Ada positifnya

Andi Mallarangeng mengatakan, peristiwa bencana alam ini tidak semuanya negatif. Pergerakan lempeng-lempeng di bumi ini juga menimbulkan mineral-mineral berharga termasuk minyak dan gas yang membuat kaya negeri ini.

“Tanya saja pada pada penduduk lereng Gunung Merapi mengapa mereka enggan berpindah ke tempat lain. Jawab mereka jelas, karena daerah lereng Gunung Marapi sangat subur tanahnya,” kata Andi Mallarangeng.

Menurut Andi Mallarangeng, bangsa ini tidak akan meninggalkan Nusantara, walapun gempa sewaktu-waktu datang, gunung meletus bergiliran, atau pun tsunami menghempas dari waktu ke waktu.

“Kita dan anak cucu kita akan tetap tinggal di Nusantara tercinta ini. Karena itu tak ada jalan lain, kita harus bersahabat dengan bencana.... Bersahabat berarti awas dan waspada dengan tanda-tanda alam, dan mempersiapkan diri menghadapinya sewaktu-waktu,” nasihatnya.

Tiga tahun kemudian setelah Andi Mallarangeng menulis tentang persahabatan dengan bencana alam itu, Anggota DPR dari Partai Persatuan Pembangunan (1977-1987), Ridwan Saidi menerbitkan buku berjudul Bencana bersama SBY.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Dompet Dhuafa: Kedermawanan Masyarakat Meningkat, Didominasi Gen Z

Dompet Dhuafa: Kedermawanan Masyarakat Meningkat, Didominasi Gen Z

Nasional
MK Diprediksi Bikin Kejutan, Perintahkan Pemungutan Suara Ulang di Sejumlah Daerah

MK Diprediksi Bikin Kejutan, Perintahkan Pemungutan Suara Ulang di Sejumlah Daerah

Nasional
Menakar Nasib Ketua KPU Usai Diadukan Lagi ke DKPP Terkait Dugaan Asusila

Menakar Nasib Ketua KPU Usai Diadukan Lagi ke DKPP Terkait Dugaan Asusila

Nasional
Tak Lagi Solid, Koalisi Perubahan Kini dalam Bayang-bayang Perpecahan

Tak Lagi Solid, Koalisi Perubahan Kini dalam Bayang-bayang Perpecahan

Nasional
TPN Ganjar-Mahfud Sebut 'Amicus Curiae' Bukan untuk Intervensi MK

TPN Ganjar-Mahfud Sebut "Amicus Curiae" Bukan untuk Intervensi MK

Nasional
Percepat Kinerja Pembangunan Infrastruktur, Menpan-RB Setujui 26.319 Formasi ASN Kementerian PUPR

Percepat Kinerja Pembangunan Infrastruktur, Menpan-RB Setujui 26.319 Formasi ASN Kementerian PUPR

Nasional
Kubu Prabowo Siapkan Satgas untuk Cegah Pendukung Gelar Aksi Saat MK Baca Putusan Sengketa Pilpres

Kubu Prabowo Siapkan Satgas untuk Cegah Pendukung Gelar Aksi Saat MK Baca Putusan Sengketa Pilpres

Nasional
TKN Prabowo-Gibran Akan Gelar Nobar Sederhana untuk Pantau Putusan MK

TKN Prabowo-Gibran Akan Gelar Nobar Sederhana untuk Pantau Putusan MK

Nasional
Jelang Putusan Sengketa Pilpres: MK Bantah Bocoran Putusan, Dapat Karangan Bunga

Jelang Putusan Sengketa Pilpres: MK Bantah Bocoran Putusan, Dapat Karangan Bunga

Nasional
Skenario Putusan Mahkamah Konstitusi dalam Sengketa Pilpres 2024

Skenario Putusan Mahkamah Konstitusi dalam Sengketa Pilpres 2024

Nasional
Kejagung Terus Telusuri Aset Mewah Harvey Moeis, Jet Pribadi Kini dalam Bidikan

Kejagung Terus Telusuri Aset Mewah Harvey Moeis, Jet Pribadi Kini dalam Bidikan

Nasional
Yusril Tegaskan Pencalonan Gibran Sah dan Optimistis dengan Putusan MK

Yusril Tegaskan Pencalonan Gibran Sah dan Optimistis dengan Putusan MK

Nasional
Soal Tawaran Masuk Parpol, Sudirman Said: Belum Ada karena Saya Bukan Anak Presiden

Soal Tawaran Masuk Parpol, Sudirman Said: Belum Ada karena Saya Bukan Anak Presiden

Nasional
Sudirman Said Beberkan Alasan Tokoh Pengusung Anies Tak Ajukan 'Amicus Curiae' seperti Megawati

Sudirman Said Beberkan Alasan Tokoh Pengusung Anies Tak Ajukan "Amicus Curiae" seperti Megawati

Nasional
Soal Peluang Anies Maju Pilkada DKI, Sudirman Said: Prabowo Kalah 'Nyapres' Tidak Jadi Gubernur Jabar

Soal Peluang Anies Maju Pilkada DKI, Sudirman Said: Prabowo Kalah "Nyapres" Tidak Jadi Gubernur Jabar

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com