JAKARTA, KOMPAS.com - Direktur Eksekutif Southeast Asia Freedom of Expression Network (SAFEnet) Damar Juniarto mengatakan, saat ini terjadi fenomena penggembosan demokrasi melalui ruang digital.
Hal itu didapat dari data SAFEnet berdasarkan aduan dari Januari hingga Oktober 2020.
"Kita sekarang dihantui oleh gerakan yang menghambat atau menggembosi kekuatan demokratisasi lewat digital," ujar Damar dalam diskusi bertajuk ‘Cara Aman Bergerak di Dunia Maya’, Selasa (27/10/20202).
Baca juga: Serangan Digital di Era Jokowi: Pelanggaran Hak Berpendapat dan Pembungkaman Kritik
"Serangan digital yang kami maksud adalah serangan yang tertarget pada kelompok kritis," lanjut dia.
Damar mengatakan, serangan digital itu bukanlah serangan umum melalui situs online yang kemudian korbannya ditipu atau diperas. Tapi, serangan digital yang dimaskud hanya ditujukan kepada kelompok tertentu.
"Serangan digital yang kita bicarakan adalah serangan digital tertarget, yaitu kelompok masyarakat kritis yang terdiri dari jurnalis, aktivis HAM, aktivis anti korupsi, lalu teman-teman yang berjuang di masyarakat adat, itu yang termasuk dalam kelompok kritis," ujar Damar.
"Nah kelompok kritis ini yang sekarang menjadi sasaran tembak dari serangan digital itu," lanjut dia.
Berdasarkan data SAFEnet sepanjang tahun 2020, Damar mengatakan, setidaknya tercatat 60 kasus serangan digital kepada kelompok kritis. Serangan itu berupa peretasan akun media sosial hingga aplikasi pesan singkat.
"Di mana 70 persen peretasan itu dalam bentuk akun media sosial dan pengambil alihan instant messaging Whatsapp," ujar Damar.
"Dari angka tersebut, di bulan oktober ini merupakan yang paling tinggi, 16 serangan digital itu justru terjadi di bulan Oktober pada kelompok masyarakat kritis tadi," lanjut dia.
Baca juga: SAFEnet Sarankan Bintang Emon Lapor ke Polisi soal Serangan Digital
Kendati demikian, Damar mengatakan angka tersebut juga perlu di crosscheck ke masyarakat atau kelompok lain yang melakukan pendataan serupa.
Sebab, data yang didapatkan oleh SAFEnet adalah berdasarkan informasi yang diterima melalui jalur aduan.
"Kita sudah mengingatkan gerakan masyarakat sipil hati-hati ketika sekarang melalukan upaya untuk mengkondolisasi, upaya untuk menggerakkan masyarakat, mengumpulkan suara misalnya lewat petisi, mengumpulkan dukungan lewat sebuah hastag gitu ya, itu sudah tidak lagi seperti tahun-tahun sebelumnya," tutur Damar.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.