JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy mengatakan, pemerintah saat ini tengah mewaspadai aktivitas merokok masyarakat di dalam keluarga.
Hal itu dilakukan untuk mencegah terjadinya stunting bagi keturunan di keluarga tersebut.
Apalagi, Indonesia memiliki target menurunkan angka stunting hingga 14 persen pada 2024 dari 27,67 persen.
"Kami mewaspadai praktik merokok dalam keluarga. Ini harus dilakukan karena stunting memiliki andil sangat besar dan menjadi faktor hambatan utama dalam pembangunan manusia Indonesia," ujar Muhadjir dikutip dari rilis di situs Kemenko PMK, Jumat (28/8/2020).
Baca juga: Pencegahan Stunting, Menko PMK Minta BKKN Gencar Lakukan Bimbingan hingga ke Pelosok Daerah
Akibat stunting, kata dia, sekitar 54 persen angkatan kerja Indonesia yang berjumlah 136 juta pernah mengalami masalah pertumbuhan itu.
Karena rokok menjadi salah satu penyebabnya, maka Muhadjir menilai bahwa konsumsi rokok yang masih banyak terjadi di masyarakat merupakan jebakan dalam tahapan pembangunan manusia Indonesia.
Rokok, kata dia, memiliki dampak yang sangat luas terhadap berbagai aspek.
"Permasalahan perokok juga tidak hanya berdampak pada kesehatan dan ekonomi orang dewasa, tapi yang paling krusial adalah gagal tumbuh atau stunting pada usia anak-anak," kata Muhadjir.
Baca juga: Menko PMK: Penurunan Angka Covid-19 Hanya Bisa Dilakukan Lewat Protokol Kesehatan
Menurut Muhadjir, orangtua yang merupakan perokok memiliki dampak serius terhadap janin yang dikandung oleh sang ibu.
Tidak hanya sang ibu yang perokok, tetapi juga ayah dari jabang bayi tersebut. Termasuk, mereka yang perokok pasif.
"Itu akan mempengaruhi janin yang ada di dalam kandungan," kata dia.
Lebih jauh Muhadjir mengatakan, pemerintah akan melakukan kebijakan sebaik mungkin untuk mengatasi kasus perokok anak dan remaja.
Baca juga: Menko PMK Pastikan Program Pencegahan Stunting Tetap Jalan Saat Pandemi
Hal tersebut dilakukan untuk mengurangi jumlah perokok anak dan remaja serta pencegahan agar mereka tak mengonsumsi rokok sejak dini.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.