JAKARTA, KOMPAS.com - Ketua KPK Firli Bahuri mengatakan, peringatan Hari Raya Idul Adha 1441 Hijriah seyogyanya menjadi momentum untuk "menyembelih" tabiat tamak.
"Ibadah kurban seyogyanya menjadi momentum bagi kita untuk "menyembelih" tabiat tamak, sifat binatang yang sejatinya ada namun terpendam dalam diri setiap manusia," katanya, Jumat (31/72020), dikutip dari Antara.
Sama seperti binatang, lanjut dia, tabiat tamak manusia pada hakikatnya wujud nyata ketidakmampuan mengontrol dan mengendalikan keinginan, hasrat serta hawa nafsu sehingga kehilangan moral menjadi rakus karena tidak akan puas dengan apa yang ada, selalu kurang terhadap apa yang telah dimiliki.
Baca juga: Patuhi Protokol Kesehatan Saat Idul Adha, Muhadjir Contohkan Nabi Ibrahim
Menurut dia, jika dikaitkan permasalahan besar bangsa, yaitu laten korupsi serta perilaku koruptif yang berurat akar di negeri ini, maka dengan mengamalkan esensi dari tauladan kisah Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail serta semangat Idul Adha (kurban) ditambah tiga strategi pemberantasan korupsi, KPK diharapkan menjadi solusi terbaik agar Indonesia cepat terlepas dari bahaya aten korupsi.
"Insya Allah menjadi solusi terbaik agar Indonesia cepat terlepas dari laten korupsi yang menggurita di negeri ini dan Indonesia yang bersih dari korupsi bukanlah hanya menjadi mimpi tetapi terwujud nyata Indonesia bersih dari segala bentuk korupsi," katanya.
Adapun, kata dia, tiga strategi tersebut, yaitu pendekatan pendidikan masyarakat untuk membentuk cara berpikir dan culture set baru antikorupsi, pendekatan pencegahan yang tujuan utamanya menghilangkan kesempatan dan peluang untuk korupsi.
"Serta pendekatan penindakan di mana ketiganya adalah core business KPK dalam pemberantasan korupsi serta dilaksanakan secara holistik, integral sistemik, dan sustainable serta dukungan segenap komponen bangsa," ujar dia.
Baca juga: Makna Idul Adha bagi Sri Mulyani: Gotong Royong dengan Tulus Ikhlas
Ia pun menegaskan, korupsi bukan hanya kejahatan yang merugikan keuangan dan perekonomian negara tetapi juga termasuk kejahatan kemanusiaan dunia.
Sebab, telah masuk sampai fase berjejaring di mana dampaknya sangat destruktif pada setiap tatanan kehidupan umat manusia.
"Dan hebatnya kejahatan ini dapat dilakukan secara sistematik, terstruktur dengan dampak sistemik," kata dia.
Korupsi, lanjut dia, terbukti dapat menciptakan fantasi, mendorong kreativitas calon-calon koruptor untuk beradaptasi, berinovasi, dan memodifikasi modus-modus baru kejahatan korupsi agar tidak terungkap apalagi tertangkap saat mereka beraksi.
Baca juga: Berkurban, Bentuk Rasa Syukur dan Makna Berbagi pada Idul Adha...
"Oleh karena itulah, sudah sepatutnya kita jadikan perayaan Idul Adha tahun ini sebagai momentum kebangkitan melawan hasrat dan nafsu jahat korupsi, yang kita mulai dari diri sendiri," katanya.
Menurutnya, bukan penyembelihan hewan kurban baik kambing ataupun sapi yang menjadi esensi dari perayaan Hari Raya Idul Adha tahun ini, namun keikhlasan, pengorbanan, dan konsistensi untuk tidak korupsi esensi dari makna kurban yang seharusnya terpatri dalam setiap hati sanubari seluruh anak bangsa di negeri ini.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.