JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Riset dan Teknologi (Menristek) Bambang Brodjonegoro mengatakan, alat tes cepat (rapid test) produksi dalam negeri, RI-GHA, telah teruji kualitasnya.
Menurut Bambang, alat itu dapat digunakan untuk mendeteksi orang tanpa gejala (OTG), orang dalam pemantauan (ODP) dan pasien dalam pengawasan (PDP).
"Khusus untuk produk RI-GHA ini sudah dilakukan uji validasi skala lab. Dengan hasil sensitivitas (akurasi untuk hasil reaktif) untuk IgM. 96,8 persen. Untuk IgG 74 persen. Melalui pengujian pada 40 serum pasien yang positif dari Balitbangkes," ujar Bambang melalui kanal youtube Kemenko PMK, Kamis (9/7/2020).
Baca juga: Indonesia Mampu Produksi Alat Rapid Test, per Unit Harganya Rp 75.000
"Kemudian tingkat spesifitas (akurasi untuk hasil nonreaktif) IgM 98 persen. Bahkan untuk IgG spesifisitas 100 persen. Pengujian dilakukan pada 100 koleksi serum," lanjut dia.
Ia menyadari tingkat validitas rapid test masih kalah dibandingkan tes usap dengan metode polymerase chain reaction (PCR).
Kendati demikian, ia mengatakan rapid test tetap dibutuhkan untuk melakukan penelusuran kontak pasien positif dan pelacakan.
"Betul rapid test kalah akurat dari tes PCR. Karena tes PCR memang tujuannya untuk diagnosa. Sedangkan rapid test adalah untuk screening," tutur dia.
Baca juga: Cerita Pembuatan RI-GHA, Alat Rapid Test Murah Buatan Anak Bangsa, Hasilnya Diklaim Akurat
Sementara, Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Hammam Riza mengatakan, alat tes cepat produksi dalam negeri tersebut unggul secara kualitas dan harga dibandingkan produk impor. Satu unit alat rapid test buatan dalam negeri harganya Rp 75.000.
Menurut Riza, alat rapid test RI-GHA telah melalui serangkaian tes akurasi sehingga layak digunakan. Bahkan, meski memiliki tingkat sensitivitas dan spesifitas yang tinggi, produk tersebut terus diuji agar lebih sempurna.
Selain itu, lanjut Riza, RI-GHA dikembangkan sesuai strain virus corona yang menyebar di Indonesia. Dengan demikian ia memiliki tingkat kompatibilitas lebih tinggi daripada produk impor.
Baca juga: UGM Pimpin Pembuatan Inovasi Rapid Test Covid-19 RI-GHA
Untuk itu, ia meminta seluruh rumah sakit dan layanan kesehatan menggunakan alat rapid test produksi dalam negeri yang harganya lebih murah dan kualitasnya tak kalah dari produk impor.
"Semestinya tak ada lagi mental hazard untuk menggunakan produk buatan Indonesia. Harga kompetitif, kualitas bagus dan mudah didapat dengan diproduksi di dalam negeri," ujar Riza.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.