JAKARTA, KOMPAS.com - Dua warga negara Indonesia (WNI) yang menjadi anak buah kapal (ABK) di Kapal Long Xing 606, telah kembali ke Indonesia dari China, Selasa (9/6/2020).
Sebelum kembali, keduanya menjalani masa karantina selama 14 hari terlebih dahulu.
“Karena yang dua ini terbawa sampai ke RRT, kemarin sore, yang dua orang ini sudah kembali ke Indonesia,” kata Direktur Perlindungan WNI dan BHI Kementerian Luar Negeri Judha Nugraha dalam diskusi daring, Rabu (10/6/2020).
Diketahui, keduanya merupakan bagian dari 46 ABK WNI yang bekerja di kapal ikan berbendera China.
Baca juga: 342 ABK WNI Kapal Pesiar Rotterdam Dievakuasi ke Pelabuhan Tanjung Priok
Video pelarungan dan isu eksploitasi di salah satu kapal sempat viral sebelumnya.
Sebanyak 46 ABK tersebut tersebar di empat kapal. Rinciannya, 15 orang di Kapal Long Xing 629, 8 orang di Kapal Long Xing 605, 3 orang di Kapal Tian Yu 8, dan 20 orang di Kapal Long Xing 606.
Empat orang di antaranya meninggal karena sakit.
Jenazah tiga ABK dilarung di tengah laut. Sementara, satu orang lainnya meninggal di Korea Selatan dan jenazahnya dipulangkan ke Indonesia.
Sementara, para awak kapal lainnya telah pulang ke Tanah Air.
Selanjutnya, Kemenlu berkoordinasi dengan Bareskrim Polri untuk menindaklanjuti penyelidikan kasus dugaan Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO).
Baca juga: Kasus ABK yang Dilarung ke Perairan Somalia, Polda Jateng Akan Periksa Saksi Ahli
“Kami sudah kerja samakan dengan Bareskrim untuk bisa ditindaklanjuti penyelidikannya,” ucap dia.
Pada kasus TPPO yang sedang diselidiki Bareskrim, 14 ABK WNI di Kapal Long Xing 629 telah dimintai keterangan sepulangnya dari Indonesia.
Direktorat Tindak Pidana Umum Bareskrim Polri juga telah menetapkan tiga tersangka yaitu, JK dari PT SMG, WG dari PT APJ, dan KMF dari PT LPB.
Modus ketiga tersangka sama, yaitu menjanjikan para korban untuk bekerja di kapal berbendera Korea Selatan secara legal serta menempatkan ABK sesuai perjanjian.
Para korban juga diiming-imingi gaji sebesar 4.200 dollar AS untuk 14 bulan waktu kerja. Namun, korban yang diberangkatkan PT APJ tidak menerima gaji sama sekali.