Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Imunisasi Tertunda Akibat Pandemi, Ini Saran IDAI

Kompas.com - 08/06/2020, 19:41 WIB
Dian Erika Nugraheny,
Fabian Januarius Kuwado

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Ketua Bidang Hubungan Masyarakat dan Kesejahteraan Anggota Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Hartono Gunardi menjelaskan mekanisme imunisasi untuk anak apabila sempat tertunda akibat pandemi Covid-19.

Menurut Hartono, orangtua bisa melakukan imunisasi kejar atau catch up immunization.

"Kalau jadwal imunisasi anak terlambat karena PSBB atau alasan lain, kita bisa melakukan imunisasi kejar atau catch up immunization," ujar Hartono dalam konferensi pers di Graha BNPB, Senin (8/6/2020).

Baca juga: Kemenkes Minta Petugas Yakinkan Masyarakat Tak Takut Imunisasi Saat Pandemi

Imunisasi kejar yang dimaksud, yakni pada satu hari anak bisa mendapatkan beberapa imunisasi sekaligus.

"Misalnya, anaknya umur sembilan bulan. Kemarin belum mendapat imunisasi difteri yang ketiga. Nanti bisa sekaligus mendapat imunisasi campak dan imunisasi difteri secara bersamaan," jelas Hartono.

Dia mengatakan, orangtua tidak perlu khawatir dengan penerapan imunisasi kejar ini. Sebab banyak anak sudah mengalami hal yang sama.

"Jangan khawatir suntik dua kali tak masalah (kanan dan kiri). Banyak anak sudah malami seperti itu. Boleh di hari yang sama bisa mendapatkan imunisasi sekaligus," tutur Hartono.

Sebelumnya, Hartono mengatakan ada potensi terjadi kejadian luar biasa ganda akibat program imunisasi untuk anak terhambat pandemi Covid-19.

Baca juga: 5 Tips Penting Sebelum Imunisasi Anak di Tengah Pandemi Covid-19

"Ini sangat berisiko untuk sebabkan double outbreak. Double outbreak ini sudah kita alami kejadian pandemi (Covid-19), ditambah lagi outbreak penyakit yang penularannya bisa dicegah dengan imunisasi," ujar Hartono dalam konferensi pers di Graha BNPB, Senin.

Hartono mencontohkan penyakit campak yang bisa dicegah dengan vaksin.

Karena orangtua takut membawa anaknya menjalani suntik vaksin, anak berpotensi tertular campak.

Padahal, penyakit campak menurutnya lebih memiliki daya tular berbahaya dibandingkan Covid-19.

"Kita takut dengan covid, tetapi sebenarnya lebih berbahaya adalah campak. Satu orang covid bisa menularkan kepada 1,5 - 3,5 orang. Tapi satu orang yang sakit campak bisa menularkan ke 18 orang," ungkap Hartono.

Baca juga: IDAI: Covid-19 Hambat Imunisasi, Orangtua Takut Bawa Anak ke Posyandu

Kemudian, jika penderita Covid-19 batuk atau bersin, percikan air ludah bisa tersebar dengan jarak kira-kira dua meter.

Sementara itu, daya jangkau percikan air ludah penyakit campak lebih dari enam meter.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Misi Kemanusiaan di Palestina, Fadli Zon Harap Kerja Sama Lembaga Zakat Indonesia-UNRWA Segera Dibentuk

Misi Kemanusiaan di Palestina, Fadli Zon Harap Kerja Sama Lembaga Zakat Indonesia-UNRWA Segera Dibentuk

Nasional
Soal Pemilu Ulang Bisa Timbulkan Krisis, Kubu Ganjar-Mahfud: Alasan Mengada-ada

Soal Pemilu Ulang Bisa Timbulkan Krisis, Kubu Ganjar-Mahfud: Alasan Mengada-ada

Nasional
DPR Setujui Perpanjangan Waktu Pembahasan RUU KIA, Puan Ungkap Alasannya

DPR Setujui Perpanjangan Waktu Pembahasan RUU KIA, Puan Ungkap Alasannya

Nasional
Arus Mudik Lebaran 2024 Diperkirakan Melonjak, Komisi V DPR Minta Kemenhub Serius Siapkan Kelaikan Angkutan Umum

Arus Mudik Lebaran 2024 Diperkirakan Melonjak, Komisi V DPR Minta Kemenhub Serius Siapkan Kelaikan Angkutan Umum

Nasional
Yakin MK Tolak Gugatan Anies dan Ganjar, TKN: Gugatannya Tidak Masuk Akal

Yakin MK Tolak Gugatan Anies dan Ganjar, TKN: Gugatannya Tidak Masuk Akal

Nasional
Kemenko Polhukam Identifikasi 1.900 Mahasiswa Jadi Korban TPPO Bermodus 'Ferienjob' di Jerman

Kemenko Polhukam Identifikasi 1.900 Mahasiswa Jadi Korban TPPO Bermodus "Ferienjob" di Jerman

Nasional
Lewat Telepon, Putra Mahkota Abu Dhabi Ucapkan Selamat ke Gibran

Lewat Telepon, Putra Mahkota Abu Dhabi Ucapkan Selamat ke Gibran

Nasional
Cerita soal Saham Freeport, Jokowi: Seperti Tak Ada yang Dukung, Malah Sebagian Mem-'bully'

Cerita soal Saham Freeport, Jokowi: Seperti Tak Ada yang Dukung, Malah Sebagian Mem-"bully"

Nasional
Akui Negosiasi Alot, Jokowi Yakin Indonesia Bisa Dapatkan 61 Persen Saham Freeport

Akui Negosiasi Alot, Jokowi Yakin Indonesia Bisa Dapatkan 61 Persen Saham Freeport

Nasional
Kubu Ganjar-Mahfud Tolak Gugatan ke MK Disebut Salah Alamat oleh KPU

Kubu Ganjar-Mahfud Tolak Gugatan ke MK Disebut Salah Alamat oleh KPU

Nasional
Jokowi Gelar Buka Puasa di Istana, 2 Menteri PDI-P Tak Tampak

Jokowi Gelar Buka Puasa di Istana, 2 Menteri PDI-P Tak Tampak

Nasional
Polisi Tangkap 5 Tersangka Pengoplos BBM Pertalite Jadi Pertamax

Polisi Tangkap 5 Tersangka Pengoplos BBM Pertalite Jadi Pertamax

Nasional
Jokowi Buka Puasa Bersama Para Menteri, Duduk Semeja dengan Prabowo-Airlangga

Jokowi Buka Puasa Bersama Para Menteri, Duduk Semeja dengan Prabowo-Airlangga

Nasional
Skandal Pungli di Rutan, Dewas KPK Minta Seleksi Pegawai Diperketat

Skandal Pungli di Rutan, Dewas KPK Minta Seleksi Pegawai Diperketat

Nasional
Saat Karutan KPK Tutup Mata soal Pungli Berujung Sanksi Etik Berat...

Saat Karutan KPK Tutup Mata soal Pungli Berujung Sanksi Etik Berat...

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com