JAKARTA, KOMPAS.com - Mantan Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Dahlan Iskan mengungkap kesulitan yang dialaminya saat masih menjabat pada periode 2011-2014.
Kesulitan tersebut adalah karena direksi di perusahaan BUMN kerap bertengkar dengan sesama direksi atau direktur utama (dirut).
Baca juga: Dahlan Iskan: Saya Kurang Setuju BUMN Menjadi Dominan
"Ketika jadi menteri, saya melihat yang sulit di BUMN itu direksinya sering berebut pengaruh. Direksinya sering bertengkar dengan dirut atau sesama direksi," ujar Dahlan dalam kajian online LP3ES bertajuk Mobilisasi Kekuatan Sumberdaya BUMN di masa Pandemi Covid 19, Senin (18/5/2020).
Dahlan mengatakan, sikap para direksi itu diikuti oleh staf di bawahnya, sehingga masing-masing memiliki pengikut di internal.
Terkadang, kata Dahlan, direksi perusahaan tersebut juga mencari dukungan dari luar. Mulai dari politisi hingga pejabat yang lebih tinggi.
Dengan demikian, apabila ada lima orang direktur di sebuah perusahaan BUMN, kata dia, maka bisa saja masing-masing direktur memiliki bos sendiri.
Baca juga: Dahlan Iskan: BUMN Harus Fokus Selamatkan Ekonomi Saat Pandemi Covid-19
"Gejala seperti itu sangat tidak baik. Apalagi direksinya kadang mencari backing di luar, apakah dia politisi atau pejabat yang lebih tinggi. Ketika saya jadi Menteri BUMN, saya tidak mau hal itu terjadi. Saya hanya mau dirut. Direktur loyalnya harus pada dirut," kata Dahlan.
Oleh karena itu, saat masih menjadi menteri, ia melarang direktur menghadap menteri kecuali jika diperintah dirut.
Kemudian, ia akan langsung mengganti dirut perusahaan bersangkutan apabila dinilai tak memiliki kinerja yang baik.
Baca juga: Dahlan Iskan: Pemerintah Harus Berpihak ke Pengusaha, Terutama Eksportir
"Jangan sampai direktur masing-masing punya bos di luar sana. Itu akan membuat tidak solid di BUMN," tutur dia.
Dahlan yang lahir dan besar di perusahaan swasta paham betul bahwa seorang direktur harus cocok dengan dirutnya agar dapat berjalan dengan baik.
"Tapi di BUMN sangat biasa ada direksi tak cocok dengan dirutnya," ujar Dahlan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.