Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Begini Cara Kombes Ngajib “Cuci" Anak yang Terpapar Radikalisme...

Kompas.com - 04/05/2020, 07:53 WIB
Devina Halim,
Diamanty Meiliana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Beberapa tahun silam, tepatnya tahun 2017, seorang anak di bawah umur berinisial RES masuk dalam radar polisi karena diduga terpapar radikalisme. RES terdeteksi saat baru naik ke jenjang sekolah tingkat atas.

Polri dan institusi terkait lainnya melakukan pendekatan dan merencanakan program deradikalisasi.

Salah satu yang terjun langsung membina RES adalah Kombes Mokhamad Ngajib yang kini menjabat sebagai Direktur Samapta Polda Metro Jaya.

Ngajib, yang kala itu menduduki posisi sebagai kapolres di sebuah daerah di Jawa Barat menceritakan, anak tersebut terpapar paham radikal melalui media sosial.

Baca juga: Selama 7 Bulan, Polisi Ini Akhirnya Berhasil Deradikalisasi Anak Pengikut ISIS

Menurutnya, RES beralih ke media sosial karena ingin mencari sosok panutan dalam hidupnya.

“Dia pada saat mencari sosok tauladan, kalau ibunya rajin sholat, bapak (angkat)-nya ini yang tidak rajin ibadah. Akhirnya si anak ini keluar. Bermainlah di media sosial,” kata Ngajib kepada Kompas.com pada akhir pekan.

Melalui media sosial, RES terpapar paham radikal dari Bahrun Naim.

Bahrun Naim merupakan pimpinan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) asal Indonesia. Pada tahun 2014, Bahrun pergi ke Suriah dan bergabung dengan ISIS.

Baca juga: Dilema WNI Eks-ISIS: Dipulangkan atau Pulang Diam-diam?

Bahrun merupakan tokoh kunci di balik berdirinya sejumlah organisasi teror yang berafiliasi dengan ISIS, antara lain Mujahidin Indonesia Timur dan Barat (MIT/MIB), serta Jamaah Ansharut Daulah (JAD).

Tak hanya terpapar ideologi radikal dan bergabung dalam jaringan kelompok teroris di daerah tersebut, RES juga memiliki kemampuan taktis.

Ngajib menuturkan, RES mampu merakit senjata jenis AK-46 dan membuat enam bom asap.

Setelah tes psikologi menyatakan RES dipastikan terpapar radikalisme, aparat penegak hukum melakukan pendekatan melalui tiga tahap.

Baca juga: KPAI Khawatir Anak Teroris Lintas Batas Benci Pemerintah Indonesia

Ngajib menambahkan, program tersebut awalnya tak diketahui oleh sang anak.

“Dari situ (tes psikologi), kita program dengan pendekatan agama, dengan memasukkan ulama karismatik di sana. Akhirnya dengan pertama, kita masih silent, anak ini tidak tahu-menahu kalau sedang diprogram,” ujarnya.

Namun, orangtua RES mendukung dan membantu pelaksanaan program deradikalisasi tersebut.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tanggal 19 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 19 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Megawati Serahkan ‘Amicus Curiae’  ke MK, Anies: Menggambarkan Situasi Amat Serius

Megawati Serahkan ‘Amicus Curiae’ ke MK, Anies: Menggambarkan Situasi Amat Serius

Nasional
Megawati Ajukan Amicus Curiae, Airlangga: Kita Tunggu Putusan MK

Megawati Ajukan Amicus Curiae, Airlangga: Kita Tunggu Putusan MK

Nasional
Bupati Sidoarjo Tersangka Dugaan Korupsi, Muhaimin: Kita Bersedih, Jadi Pembelajaran

Bupati Sidoarjo Tersangka Dugaan Korupsi, Muhaimin: Kita Bersedih, Jadi Pembelajaran

Nasional
Airlangga Sebut Koalisi Prabowo Akan Berdiskusi terkait PPP yang Siap Gabung

Airlangga Sebut Koalisi Prabowo Akan Berdiskusi terkait PPP yang Siap Gabung

Nasional
Dikunjungi Cak Imin, Anies Mengaku Bahas Proses di MK

Dikunjungi Cak Imin, Anies Mengaku Bahas Proses di MK

Nasional
AMPI Resmi Deklarasi Dukung Airlangga Hartarto Jadi Ketum Golkar Lagi

AMPI Resmi Deklarasi Dukung Airlangga Hartarto Jadi Ketum Golkar Lagi

Nasional
MK Ungkap Baru Kali Ini Banyak Pihak Ajukan Diri sebagai Amicus Curiae

MK Ungkap Baru Kali Ini Banyak Pihak Ajukan Diri sebagai Amicus Curiae

Nasional
Bappilu PPP Sudah Dibubarkan, Nasib Sandiaga Ditentukan lewat Muktamar

Bappilu PPP Sudah Dibubarkan, Nasib Sandiaga Ditentukan lewat Muktamar

Nasional
Yusril Anggap Barang Bukti Beras Prabowo-Gibran di Sidang MK Tak Buktikan Apa-apa

Yusril Anggap Barang Bukti Beras Prabowo-Gibran di Sidang MK Tak Buktikan Apa-apa

Nasional
Panglima TNI Tegaskan Operasi Teritorial Tetap Dilakukan di Papua

Panglima TNI Tegaskan Operasi Teritorial Tetap Dilakukan di Papua

Nasional
TNI Kembali Pakai Istilah OPM, Pengamat: Cenderung Pakai Pendekatan Operasi Militer dalam Mengatasinya

TNI Kembali Pakai Istilah OPM, Pengamat: Cenderung Pakai Pendekatan Operasi Militer dalam Mengatasinya

Nasional
Tim Hukum Ganjar-Mahfud Tetap Beri Angka Nol untuk Perolehan Suara Prabowo-Gibran

Tim Hukum Ganjar-Mahfud Tetap Beri Angka Nol untuk Perolehan Suara Prabowo-Gibran

Nasional
Soal Bantuan Presiden, Kubu Ganjar-Mahfud: Kalau Itu Transparan, kenapa Tak Diumumkan dari Dulu?

Soal Bantuan Presiden, Kubu Ganjar-Mahfud: Kalau Itu Transparan, kenapa Tak Diumumkan dari Dulu?

Nasional
Minta MK Kabulkan Sengketa Hasil Pilpres, Kubu Anies: Kita Tidak Rela Pemimpin yang Terpilih Curang

Minta MK Kabulkan Sengketa Hasil Pilpres, Kubu Anies: Kita Tidak Rela Pemimpin yang Terpilih Curang

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com