JAKARTA, KOMPAS.com - Kepala Pusat Data dan Infomasi BNPB Agus Wibowo mengimbau masyarakat dapat menahan diri untuk tidak pulang kampung atau mudik untuk sementara waktu.
Sebab, dikhawatirkan para pemudik ini justru akan menularkan virus corona ke sanak saudaranya yang ada di kampung halama sehingg penyebaran Covid-19 semakin meluas.
"Banyak data, orang yang pulang dari Jakarta, menyebarkan kasus di daerah. Kita lihat di Gunung Kidul, di daerah saya, ada satu kasus positif tapi dia tidak tahu. Lalu ada kondangan ke sana ke mari menularkan banyak orang," kata Agus dalam sebuah diskusi secara virtual di Jakarta, Rabu (22/4/2020).
Baca juga: Viral Video Bapak Tutup Pagar Saat Anaknya Mudik karena Takut Corona, Ini Faktanya
Menurut dia, hampir 43 persen orang yang dinyatakan positif Covid-19 itu tidak memiliki gejala atau orang tanpa gejala (OTG).
Orang dengan kondisi seperti inilah yang justru berbahaya karena ia tidak sadar justru menjadi pembawa virus dan berpotensi menyebarkannya ke orang lain.
Pemudik asal Jakarta yang merupakan wilayah episentrum penyebaran Covid-19 rentan menyebarkan virus corona di daerah.
Kondisi ini berbahaya bila di kampung halaman terdapat orang tua maupun saudara yang sedang dalam kondisi tidak sehat.
"Karena yang lebih berbahaya untuk orang tua. Kalau yang muda bahaya juga, tetapi yang muda bisa sehat lagi," ujar dia.
Kalau masyarakat masih tetap nekat mudik, kata dia, pemerintah harus menerapkan protokol mudik yang ketat, misalnya, menjalani pemeriksaan kesehatan, mengisi formulir keterangan dari dan tujuan kepulangan secara jujur, mengantongi rekomendasi Gugus Tugas Daerah dan ijin kades.
Baca juga: Ada Larangan Mudik, Antrean Penumpang di Bandara Soekarno-Hatta Sempat Menumpuk
Kemudian, bersedia menjalani isolasi dan karantina mandiri serta bersedia untuk tidak kembali ke kota.
"Di daerah, persiapan-persiapan juga sudah sampai di tingkat RT/ RW. Mereka sudah menyiapkan ruang isolasi. Jadi kalau ada pemudik yang mau masuk, lapor dulu, lalu isolasi 14 hari. Itu protokol yang sudah disiapkan," ujar dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.