Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

PKS Minta Presiden Dengarkan Para Ahli Dalam Tangani Covid-19

Kompas.com - 05/04/2020, 12:15 WIB
Dani Prabowo,
Egidius Patnistik

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Presiden Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Sohibul Iman berharap Presiden Joko Widodo mendengarkan nasehat para ahli dalam menangani pandemi Covid 19. Presiden diharapkan tidak dengar bisikan para pembantunya yang hanya memiliki ambisi politik maupun bisnis semata.

Hal itu dikemukakan Sohibul dalam surat terbuka untuk Jokowi yang diterima Kompas.com, Sabtu (4/4/2020).

Ia mengaku, cukup memahami kondisi sulit Presiden dalam menentukan sikap di tengah situasi krisis saat ini. Namun, menurut dia, mendengarkan bisikan yang tepat dari orang-orang yang memang ahli di bidangnya adalah hal yang paling penting untuk dilakukan oleh Presiden.

Baca juga: Polemik Pembebasan Napi Koruptor Saat Wabah Covid-19 Merebak

"Kalau Bapak sepakat bahwa nyawa warga kita di atas ekonomi kita, maka pihak yang pertama dan utama Bapak dengar adalah pandangan dari para ahli kesehatan masyarakat, para ilmuwan, para ahli epidemiologi, para tenaga medis, para dokter dan perawat yang berjuang pertaruhkan nyawa mereka untuk selamatkan nyawa warga," kata Sohibul di dalam suratnya.

Menurut dia, merekalah yang memiliki kredibilitas, integritas, dan kompetensi untuk memberikan pandangan secara jernih dan tidak memiliki konflik kepentingan. Sebab, selama ini mereka dianggap selalu berjuang dengan sepenuh jiwa dan raga tanpa memiliki kepentingan politik atau bisnis tertentu.

Sohibul menilai, seharusnya mereka berada di lingkungan pertama Presiden dalam memberikan nasehat untuk menyelesaikan pandemi ini.

Ia meminta Presiden tidak mendengarkan para pembantunya yang memberi laporan bersifat "asal bapal senang/ABS" yang punya kepentingan bisnis atau ambisi politik.

"Jangan hanya mendengarkan suara para pemodal besar di mana kepentingan mereka semata-mata ingin mengejar keuntungan investasi semata! Jangan salah pilih penasehat di lingkaran Bapak! Salah ambil kebijakan nasib 260 juta warga RI dipertaruhkan!" imbuh dia.

Sohibul mengatakan, dalam menyelesaikan pandemi Covid-19, yang harus ditangani terlebih dahulu adalah akar persoalannya. Dalam hal ini, akar persoalan pandemi adalah penyakit Covid-19 itu sendiri.

Sementara, kondisi ekonomi global dan nasional yang mengalami fluktuasi adalah akibat dari pandemi tersebut. Ia meyakini bahwa kondisi perekonomian nasional akan pulih seiring dengan diselesaikannya pandemi ini.

Namun, bila pandemi tak kunjung diselesaikan, ekonomi nasional juga akan semakin lama pulihnya.

Ia menegaskan, pemerintah harus mengutamakan keselamatan masyarakat dan tenaga medis dalam menangani pandemi ini, dengan tidak menganggap mereka sebagai biaya dari krisis.

Sohibul meminta, Presiden untuk mempertimbangkan kembali merealisasikan opsi penerapan darurat sipil. Ia menilai, UU Penanggulangan Bencana dan UU Kekarantinaan Kesehatan sudah cukup untuk menangani krisis pandemi saat ini.

Sebaliknya, saat ini pemerintah seharusnya fokus dalam mendukung kebutuhan tenaga medis yang berjuang di garis depan penanganan pandemi, seperti penyediaan APD, penyediaan swab test yang mencukupi dan pelaksanaannya secara masif sebagai upaya mitigasi, penyediaan ventilator, obat-obatan, fasilitas rumah sakit, fasilitas penginapan yang layak dan tentunya santunan bagi para tenaga medis yang telah menjadi korban.

Baca juga: Jubir Presiden Ralat Pernyataan: Relaksasi Kredit untuk yang Terdampak Covid-19

Pemerintah juga harus tegas dan berani dalam menerapkan karantina wilayah di sejumlah daerah yang telah ditetapkan sebagai zona merah, seperti DKI Jakarta dan sekitarnya.

"Tanpa ada kebijakan karantina wilayah akan sulit memitigasi penyebaran Covid-19. Tanpa ada karantina wilayah, terutama untuk daerah zona merah, sulit untuk memitigasi dan melokalisir penyebaran Covid-19 ke daerah-daerah lain," ujarnya.

Saat ini, sudah ada imbauan agar masyarakat yang tinggal di daerah pandemi untuk tidak mudik ke kampung halaman. Namun, imbauan ini harus didukung dengan kebijakan yang lebih tegas untuk menghindari terjadinya outbreak kedua di daerah.

"Jangan sampai episentrum Covid-19 menjadi semakin meluas karena para mudik dari Pusat berpotensi menjadi agen yang menyebarkan Covid-19 di kampung halamannya. Ini yang sangat berbahaya," kata Sohibul.

Ia mengapresiasi kebijakan pemerintah yang memperluas program perlindungan sosial seperti PKH dan BLT untuk masyarakat miskin dan rentan miskin. Namun, Sohibul mengingatkan, agar Presiden juga memperhatikan pekerja informal dan UMKM yang jumlahnya mencapai 59 juta jiwa.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Prabowo Nyanyi 'Pertemuan' di Depan Titiek Soeharto: Sudah Presiden Terpilih, Harus Tepuk Tangan walau Suara Jelek

Prabowo Nyanyi "Pertemuan" di Depan Titiek Soeharto: Sudah Presiden Terpilih, Harus Tepuk Tangan walau Suara Jelek

Nasional
Fraksi Golkar Bakal Dalami Usulan Hakim MK soal RUU Pemilu dan Pembentukan UU Lembaga Kepresidenan

Fraksi Golkar Bakal Dalami Usulan Hakim MK soal RUU Pemilu dan Pembentukan UU Lembaga Kepresidenan

Nasional
Politikus Senior PDI-P Tumbu Saraswati Meninggal Dunia, Penghormatan Terakhir di Sekolah Partai

Politikus Senior PDI-P Tumbu Saraswati Meninggal Dunia, Penghormatan Terakhir di Sekolah Partai

Nasional
Bubar Jalan dan Merapat ke Prabowo, Koalisi Perubahan Dinilai Hanya Jual Gimik Narasi Kritis

Bubar Jalan dan Merapat ke Prabowo, Koalisi Perubahan Dinilai Hanya Jual Gimik Narasi Kritis

Nasional
Ucapkan Selamat ke Prabowo-Gibran, PPP: Tak Ada Lagi Koalisi 01 dan 03

Ucapkan Selamat ke Prabowo-Gibran, PPP: Tak Ada Lagi Koalisi 01 dan 03

Nasional
CSIS: Pemilu 2024 Hasilkan Anggota DPR Muda Paling Minim Sepanjang Sejarah sejak 1999

CSIS: Pemilu 2024 Hasilkan Anggota DPR Muda Paling Minim Sepanjang Sejarah sejak 1999

Nasional
PPATK Koordinasi ke Kejagung Terkait Aliran Dana Harvey Moeis di Kasus Korupsi Timah

PPATK Koordinasi ke Kejagung Terkait Aliran Dana Harvey Moeis di Kasus Korupsi Timah

Nasional
Prabowo-Titiek Soeharto Hadiri Acara Ulang Tahun Istri Wismoyo Arismunandar, Ada Wiranto-Hendropriyono

Prabowo-Titiek Soeharto Hadiri Acara Ulang Tahun Istri Wismoyo Arismunandar, Ada Wiranto-Hendropriyono

Nasional
Banyak Catatan, DPR Dorong Revisi UU Pemilu Awal Periode 2024-2029

Banyak Catatan, DPR Dorong Revisi UU Pemilu Awal Periode 2024-2029

Nasional
Pakar Ragu UU Lembaga Kepresidenan Terwujud jika Tak Ada Oposisi

Pakar Ragu UU Lembaga Kepresidenan Terwujud jika Tak Ada Oposisi

Nasional
Istana Sebut Pertemuan Jokowi dan Prabowo-Gibran Semalam atas Inisiatif Prabowo

Istana Sebut Pertemuan Jokowi dan Prabowo-Gibran Semalam atas Inisiatif Prabowo

Nasional
Presiden Jokowi Ucapkan Selamat Saat Bertemu Prabowo Semalam

Presiden Jokowi Ucapkan Selamat Saat Bertemu Prabowo Semalam

Nasional
Jokowi Siapkan Program Unggulan Prabowo-Gibran Masuk RAPBN 2025

Jokowi Siapkan Program Unggulan Prabowo-Gibran Masuk RAPBN 2025

Nasional
CSIS: Mayoritas Caleg Muda Terpilih di DPR Terindikasi Dinasti Politik

CSIS: Mayoritas Caleg Muda Terpilih di DPR Terindikasi Dinasti Politik

Nasional
Korlantas Kaji Pengamanan Lalu Lintas Jelang World Water Forum Ke-10 di Bali

Korlantas Kaji Pengamanan Lalu Lintas Jelang World Water Forum Ke-10 di Bali

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com