JAKARTA, KOMPAS.com - Dewan Pertimbangan Ikatan Ahli Ekonomi Islam (IAEI) Jusuf Kalla menyebutkan, sistem ekonomi Islam harus lebih efisien jika ingin menjadi bagian ekonomi nasional.
Hal tersebut disampaikan Jusuf Kalla usai menghadiri audiensi IAEI dengan Wakil Presiden Ma'ruf Amin yang juga sekaligus Dewan Penasehat IAEI di Kantor Wapres, Jakarta, Kamis (12/3/2020).
"Membawa sistem ekonomi Islam ini harus lebih efisien," ujar Kalla.
Apabila sistem ekonomi Islam yang diterapkan tidak efisien, maka akan sulit menjadi bagian dari ekonomi nasional.
Baca juga: Wapres Harap Pondok Pesantren Jadi Pusat Ekonomi Syariah
Oleh karena itu, sistem ekonomi Islam tidak boleh lebih rumit atau hanya formalitas semata agar dapat berjalan sebagaimana mestinya.
"Kalau dia lebih rumit dan tidak efisien, maka sulit konsekuensinya bukan hanya ekonomi islam formalitasnya tapi juga harus lebih efisien dan adil," kata dia.
Menteri Keuangan sekaligus Ketua Ikatan Ahli Ekonomi Islam (IAEI) Sri Mulyani berharap konsep ekonomi Islam bisa membumi dan menjadi bagian dari perekonomian nasional.
Hal tersebut disampaikan Sri Mulyani saat audiensi IAEI dengan Wakil Presiden Ma'ruf Amin di Kantor Wapres, Jakarta, Kamis (12/3/2020).
Baca juga: Jelang 100 Hari Pemerintahan, Wapres Sebut Ekonomi Syariah Kian Berkembang
"Konsepnya bagaimana membuat ekonomi Islam itu bisa membumi dan betul-betul bisa menjadi bagian ekosistem dalam ekonomi nasional yang lebih inklusif," ujar Sri Mulyani.
Sri Mulyani menambahkan, saat ini IAEI sedang mengembangkan kerja sama melalui pasar ekonomi syariah.
Termasuk juga peran dari Ikatan Ekonomi Indonesia dan dengan Komite Nasional Ekonomi Keuangan (KNEKS).
Forum-forum tersebut, kata dia, akan memikirkan formulasi bagaimana cara mengembangkan ekonomi Islam.
Baca juga: Maruf Amin Dinilai Berjasa di Bidang Ekonomi Syariah, UNS Akan Beri Penghargaan
"Mulai dari kebijakan, bagaimana membuat industri atau kegiatan ekonomi yang sifatnya Islam atau syariah itu bisa seinklusif mungkin dan skalanya bisa menjadi lebih besar," kata dia.
Mulai dari produk-produk keuangan semisal perbankan, asuransi, hingga pasar modal.
Termasuk juga dana-dana sosial semisal zakat dan wakaf agar dikembangkan. Mulai dari indeks wakaf, indeks zakat, beserta instrumen-instrumennya.
"Jadi policy, instrumen sampai mengukur kita lakukan bersama-sama. Dalam hal ini, program kita akan disampaikan dari mulai forum akademisi, seperti forum rektor, sampai forum yang sifatnya memberi informasi dan edukasi," kata dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.