Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jokowi Sindir Pertamina yang Hanya Berikan Rp 8 Miliar untuk Bantu Riset Bioetanol

Kompas.com - 30/01/2020, 18:33 WIB
Rakhmat Nur Hakim,
Kristian Erdianto

Tim Redaksi

TANGERANG, KOMPAS.com - Presiden Joko Widodo menyindir Pertamina yang hanya memberikan bantuan Rp 8 miliar untuk riset pengembangan katalis pengonversi minyak sawit menjadi bahan bakar bioetanol, yang kini menghasilkan produk B20 hingga B30.

Jokowi baru mengetahui hal tersebut saat peneliti katalis dari ITB Subagjo menceritakannya dalam Rakornas Kementerian Riset dan Teknologi serta Badan Riset dan Inovasi (Kemenristek dan BRIN) di Puspitek, Tangerang, Banten, Kamis (30/1/2020).

Awalnya, di tengah pidato, Jokowi memanggil Subagjo ke atas panggung untuk menceritakan pengalamannya mengembangkan katalis minyak sawit yang bisa menghasilkan solar, bensin, hingga avtur.

Baca juga: Pabrik Bioetanol Berbahan Baku Tetes Tebu Dibangun di Kediri

Subagjo lalu menceritakan ia memulai penelitiannya itu sejak tahun 2000 yang juga bekerja sama dengan Pertamina. Mendengar hal itu, Jokowi sontak bertanya berapa dana riset yang diberikan perusahaan minyak pelat merah itu.

"Sebentar, pernah enggak dibantu dalam rangka katalis itu dengan Pertamina?" tanya Jokowi.

Subagjo lantas menjawab pernah dan ia menyebut nominal dananya sebesar Rp 8 miliar.

"Kalau bagi Pertamina Rp 8 miliar itu kecil. Bukan bantuan itu. Kalau dana sawit?" cecar Jokowi.

Baca juga: Atasi Defisit Neraca Perdagangan, Pemerintah Disarankan Kembangkan Bioetanol

Subagjo lantas menjawab pernah diberi bantuan dana riset katalis sebesar Rp 46 miliar oleh Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDKS).

"Itu juga kecil. Dana sawit kita mendekati Rp 30 triliun. Untuk apa disimpan saja? Saya sudah perintahkan menteri untuk perbanyak bantuan ke ITB untuk katalis ini," timpal Presiden.

Jokowi pun meminta Pertamina tak lagi memberi dana riset sekecil itu. Ia meminta Pertamina memberikan dana riset lebih besar kepada para peneliti katalis minyak sawit.

Baca juga: Dari Buah Bintaro, Mahasiswa Malang Buat Bioetanol

Jokowi pun heran lantaran sedianya Pertamina membutuhkan 50 katalis untuk memproduksi B20 dan B30. Namun, saat ini Indonesia hanya memilliki tiga katalis dan sisanya harus mengimpor.

"Keuntungan Pertamina bukan hanya miliar, bukan hanya Rp 1 triliun-Rp 2 triliun, tapi terakhir sudah di atas Rp 20 triliun. Itu kalau dipakai untuk riset seperti ini, saya kira tidak ada ruginya. BUMN seperti pertamina harus berperan lebih besar dalam perkembangan industri katalis ini. Jangan takut dan malah menghindar," ujar Jokowi

Ia pun menduga praktik-praktik yang menghambat pengembangan bioetanol di Indonesia terjadi karena masih ada pihak yang diuntungkan lewat impor.

"Karena banyak yang masih senang impor minyak. Dipikir saya enggak tahu. Sehingga betul-betul saya apresiasi yang dilakukan Prof Subagjo dan tim," lanjut Jokowi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pakar Sebut Semua Lembaga Tinggi Negara Sudah Punya Undang-Undang, Hanya Presiden yang Belum

Pakar Sebut Semua Lembaga Tinggi Negara Sudah Punya Undang-Undang, Hanya Presiden yang Belum

Nasional
Saksi Ungkap SYL Minta Kementan Bayarkan Kartu Kreditnya Rp 215 Juta

Saksi Ungkap SYL Minta Kementan Bayarkan Kartu Kreditnya Rp 215 Juta

Nasional
Saksi Sebut Bulanan untuk Istri SYL dari Kementan Rp 25 Juta-Rp 30 Juta

Saksi Sebut Bulanan untuk Istri SYL dari Kementan Rp 25 Juta-Rp 30 Juta

Nasional
Tata Kelola Dana Pensiun Bukit Asam Terus Diperkuat

Tata Kelola Dana Pensiun Bukit Asam Terus Diperkuat

Nasional
Jelang Disidang Dewas KPK karena Masalah Etik, Nurul Ghufron Laporkan Albertina Ho

Jelang Disidang Dewas KPK karena Masalah Etik, Nurul Ghufron Laporkan Albertina Ho

Nasional
Kejagung Diminta Segera Tuntaskan Dugaan Korupsi Komoditi Emas 2010-2022

Kejagung Diminta Segera Tuntaskan Dugaan Korupsi Komoditi Emas 2010-2022

Nasional
PKB-Nasdem-PKS Isyaratkan Gabung Prabowo, Pengamat: Kini Parpol Selamatkan Diri Masing-masing

PKB-Nasdem-PKS Isyaratkan Gabung Prabowo, Pengamat: Kini Parpol Selamatkan Diri Masing-masing

Nasional
Saksi Sebut Dokumen Pemeriksaan Saat Penyelidikan di KPK Bocor ke SYL

Saksi Sebut Dokumen Pemeriksaan Saat Penyelidikan di KPK Bocor ke SYL

Nasional
Laporkan Albertina ke Dewas KPK, Nurul Ghufron Dinilai Sedang Menghambat Proses Hukum

Laporkan Albertina ke Dewas KPK, Nurul Ghufron Dinilai Sedang Menghambat Proses Hukum

Nasional
TKN Sebut Pemerintahan Prabowo Tetap Butuh Oposisi: Katanya PDI-P 'Happy' di Zaman SBY...

TKN Sebut Pemerintahan Prabowo Tetap Butuh Oposisi: Katanya PDI-P "Happy" di Zaman SBY...

Nasional
KPK Belum Terima Salinan Resmi Putusan Kasasi yang Menang Lawan Eltinus Omaleng

KPK Belum Terima Salinan Resmi Putusan Kasasi yang Menang Lawan Eltinus Omaleng

Nasional
'Groundbreaking' IKN Tahap Keenam: Al Azhar, Sekolah Bina Bangsa, dan Pusat Riset Standford

"Groundbreaking" IKN Tahap Keenam: Al Azhar, Sekolah Bina Bangsa, dan Pusat Riset Standford

Nasional
Karpet Merah Parpol Pengusung Anies untuk Prabowo...

Karpet Merah Parpol Pengusung Anies untuk Prabowo...

Nasional
Cinta Lama Gerindra-PKB yang Bersemi Kembali

Cinta Lama Gerindra-PKB yang Bersemi Kembali

Nasional
PKB Beri Sinyal Gabung Koalisi Prabowo, Cak Imin Dinilai Ingin Amankan Kursi Ketum

PKB Beri Sinyal Gabung Koalisi Prabowo, Cak Imin Dinilai Ingin Amankan Kursi Ketum

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com