Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Anggota Komisi I Nilai Kerja Sama Kelola Natuna dengan China Tidak Tepat

Kompas.com - 14/01/2020, 09:24 WIB
Rakhmat Nur Hakim,
Bayu Galih

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Anggota Komisi I DPR Sukamta mempermasalahkan rencana pemerintah bekerja sama dengan China mengelola pemanfaatan sumber daya di perairan Natuna.

Sebab, menurut politisi PKS ini, di sana dikategorikan sebagai perairan berstatus overfishing.

Ia menilai pemerintah harus mengambil kebijakan yang lebih menyeluruh sehingga tak hanya mementingkan pemanfaatan, tetapi juga pemeliharaan ekosistem perairan.

Dengan demikian perairan Natuna ke depan akan bisa dipenuhi kapal ikan dari Indonesia karena stok ikan terjaga dan otomatis mengurangi keberadaan kapal ikan China.

"Pemanfaatan ZEE (Zona Ekonomi Eksklusif) oleh negara lain ada syaratnya, yakni jika sumber daya laut terutama ikan berlebih dan negara terkait tidak mampu mengelolanya," kata Sukamta melalui pesan singkat, Selasa (14/1/2020).

Baca juga: Hikmahanto: Jangan Akui Nine Dash Line China, Jangan Jalin Kerja Sama

"Di sisi lain, wacana ZEE Natuna bisa dikerjasamakan, untuk saat ini tidak mungkin karena Laut Natuna masuk dalam WPP 711 yang kondisinya overfishing. Oleh karena itu, pilihan pemerintah adalah pengamanan all out dengan cara-cara cerdas," lanjut dia.

Sukamta mengatakan, yang harus dilakukan ke depan ialah memperkuat pengamanan laut kita dengan memperkuat Badan Keamanan Laut (Bakamla dan Angkatan Laut). Caranya, dengan menambah armada dan anggaran patroli.

Selain itu, perlu ada pengusahaan secara ekonomi yang serius dan segera dilakukan agar Republik Indonesia hadir dan eksis di Laut Natuna Utara

Ia menambahkan, pemerintah bisa mendorong BUMN perikanan untuk mengusahakan kapal-kapal dengan bobot di atas 60 GT melaut di sana. Sebab, hanya kapal-kapal dengan berat tersebut yang bisa menangkap ikan di perairan dalam Natuna.

Baca juga: Wakil Ketua Komisi I Dukung Usul Penambahan Anggaran Bakamla untuk Jaga Natuna

Selain itu, perlu juga dibangun insfrastruktur pendukungnya berula kapasitas penyimpanan di atas 2.500 ton. Saat ini kapasitas pengolahan ikan di Natuna hanya sebesar 200 Ton

"Banyak PR yang harus dikerjakan secara teknis. Sementara jalur diplomasi harus dikuatkan. Tidak boleh kendur, karena China tidak menampakkan etika baiknya dalam hal ini," ucap Sukamta.

"Kami mengharapkan diplomasi kita yang digawangi Kemenlau dan sudah bagus selama ini terus dijaga bahkan ditingkatkan. Jangan ada kompromi untuk urusan kedaulatan NKRI," kata politisi PKS ini.

Sebelumnya, Pemerintah RI membuka peluang untuk bekerja sama dengan China dalam mengelola kekayaan laut di Zona Ekonomi Ekslusif ( ZEE) perairan Natuna, Kepulauan Riau.

Baca juga: Kapal China Masih Berdatangan Pasca-Kunjungan Jokowi ke Natuna, Istana Nilai Wajar

Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko menyebutkan, Indonesia membuka peluang kerja sama dengan seluruh negara, termasuk China.

"Bukan hanya dengan China, dengan siapa pun," kata Moeldoko di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Jumat (10/2/2020).

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

BRIN Bahas Pengembangan Satelit untuk Waspadai Permasalahan Keamanan Antariksa

BRIN Bahas Pengembangan Satelit untuk Waspadai Permasalahan Keamanan Antariksa

Nasional
Nasdem dukung Prabowo-Gibran, Golkar Tak Khawatir Jatah Menteri Berkurang

Nasdem dukung Prabowo-Gibran, Golkar Tak Khawatir Jatah Menteri Berkurang

Nasional
GASPOL! Hari Ini: Hasto Kristiyanto dan Hadirnya Negara Kekuasaan

GASPOL! Hari Ini: Hasto Kristiyanto dan Hadirnya Negara Kekuasaan

Nasional
Kumpulkan 777 Komandan Satuan, KSAD: Jangan Hanya 'Copy Paste', Harus Bisa Berinovasi

Kumpulkan 777 Komandan Satuan, KSAD: Jangan Hanya "Copy Paste", Harus Bisa Berinovasi

Nasional
Bertemu Pratikno, Ketua Komisi II DPR Sempat Bahas Penyempurnaan Sistem Politik

Bertemu Pratikno, Ketua Komisi II DPR Sempat Bahas Penyempurnaan Sistem Politik

Nasional
Waketum Nasdem Mengaku Dapat Respons Positif Prabowo soal Rencana Maju Pilkada Sulteng

Waketum Nasdem Mengaku Dapat Respons Positif Prabowo soal Rencana Maju Pilkada Sulteng

Nasional
Bertemu Komandan Jenderal Angkatan Darat AS, Panglima TNI Ingin Hindari Ketegangan Kawasan

Bertemu Komandan Jenderal Angkatan Darat AS, Panglima TNI Ingin Hindari Ketegangan Kawasan

Nasional
5.791 Personel Polri Dikerahkan Amankan World Water Forum Ke-10 di Bali

5.791 Personel Polri Dikerahkan Amankan World Water Forum Ke-10 di Bali

Nasional
Golkar Buka Suara soal Atalia Praratya Mundur dari Bursa Calon Walkot Bandung

Golkar Buka Suara soal Atalia Praratya Mundur dari Bursa Calon Walkot Bandung

Nasional
Komisi II DPR Ungkap Kemungkinan Kaji Pembentukan UU Lembaga Kepresidenan

Komisi II DPR Ungkap Kemungkinan Kaji Pembentukan UU Lembaga Kepresidenan

Nasional
PKB-Nasdem Merapat, Koalisi Prabowo Diprediksi Makin 'Gemoy'

PKB-Nasdem Merapat, Koalisi Prabowo Diprediksi Makin "Gemoy"

Nasional
Golkar Sedang Jajaki Nama Baru untuk Gantikan Ridwan Kamil di Pilkada DKI Jakarta

Golkar Sedang Jajaki Nama Baru untuk Gantikan Ridwan Kamil di Pilkada DKI Jakarta

Nasional
DPR Segera Panggil KPU untuk Evaluasi Pemilu, Termasuk Bahas Kasus Dugaan Asusila Hasyim Asy'ari

DPR Segera Panggil KPU untuk Evaluasi Pemilu, Termasuk Bahas Kasus Dugaan Asusila Hasyim Asy'ari

Nasional
Sinyal 'CLBK' PKB dengan Gerindra Kian Menguat Usai Nasdem Dukung Prabowo-Gibran

Sinyal "CLBK" PKB dengan Gerindra Kian Menguat Usai Nasdem Dukung Prabowo-Gibran

Nasional
Jadi Presiden Terpilih, Prabowo Tidak Mundur dari Menteri Pertahanan

Jadi Presiden Terpilih, Prabowo Tidak Mundur dari Menteri Pertahanan

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com