JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Keuangan Sri Mulyani bercerita tentang pengalamannya berpuasa Ramadhan di Amerika Serikat. Saat itu, ia masih bekerja di World Bank sebagai Direktur Pelaksana.
Cerita ini disampaikan Sri Mulyani saat membahas keberagaman dan toleransi dalam acara Temu Kebangsaan: Merawat Semangat Hidup Bersama, Kamis (19/12/2019).
Di acara ini, hadir sejumlah tokoh seperti Menteri Koordinator bidang Politik Hukum dan Keamanan (Menko Polhukam) Mahfud MD, hingga tokoh agama Quraish Shihab dan Romo Magnis Suseno.
Baca juga: Cegah Penyelundupan Kendaraan Mewah, Sri Mulyani Bakal Bekerja Sama dengan Singapura
"Di Amerika, sebagai muslim saya minoritas. di World Bank saya kerja waktu Ramadhan saya puasa," kata Sri Mulyani di Hotel Aryaduta, Gambir, Jakarta Pusat.
"Bayangkan pagi-pagi kita rapat, saya puasa, mereka minum kopi. Aduh enak banget baunya, apalagi kalau winter," lanjutnya disambut gelak tawa tamu undangan.
Sri Mulyani mengatakan, ia hanya satu dari sedikit orang yang berpuasa. Teman-teman Sri Mulyani yang tak berpuasa tidak menyadari jika ia tengah menahan haus dan dahaga.
Bahkan, lanjut dia, beberapa teman mengira bahwa berpuasa hanyalah menahan makan, tetapi tidak menahan minum.
"Jadi mereka berkata, 'are you also fasting? Not drinking? How come? For how long?'," kata Sri Mulyani menirukan ucapan teman-temannya.
"Waktu itu pas lagi summer itu bisa sampai 16 jam (berpuasa). Buka puasanya jam 8 atau setengah 9 malam. (Teman-teman berkata) 'can you still thinking? Are you still functioning?'," katanya yang lagi-lagi mengundang gelak tawa tamu undangan.
Tetapi, begitu mengetahui Sri Mulyani berpuasa, teman-teman Sri Mulyani pun mengucap maaf karena makan dan minum di hadapannya.
Baca juga: Kagum dengan Toleransi Warganya, Menteri Desa Sampai Sebut Daerah Ini Prototipe Desa Surga
Hal kecil itu cukup membuat Sri Mulyani bahagia, karena bagaimanapun sebagai minoritas ia merasa telah dihargai teman-temannya dari kelompok mayoritas.
Menurut Sri Mulyani, hal-hal semacam itulah yang dapat menumbuhkan sikap toleransi. Bahwa toleransi itu, kata dia, tidak timbul karena mendengarkan ceramah, tetapi melalui pengalaman pribadi.
"Makanya saya minta kalau Anda mau experience, Anda enggak boleh hanya ketemu sama orang yang homogennya seperti Anda. supaya kita bisa memahami perbedaan," katanya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.