Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Beda dengan Sekjen, Ketua DPP Sebut Berkarya Tak Gabung Oposisi Bersama PKS

Kompas.com - 20/11/2019, 12:47 WIB
Kristian Erdianto,
Fabian Januarius Kuwado

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Ketua DPP Partai Berkarya Badaruddin Andi Picunang membantah partainya mendukung Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dan menjadi bagian dari oposisi pemerintahan Presiden Joko Widodo.

Andi mengatakan, pertemuan antara petinggi Partai Berkarya dan PKS, Selasa (19/11/2019) kemarin, merupakan pertemuan silaturahim biasa.

"Pertemuan tersebut hanyalah pertemuan silahturahim biasa untuk memenuhi undangan petinggi PKS, bukan untuk mendukung partai oposisi atau menjadi bagian dari partai oposisi," ujar Andi melalui keterangan tertulis, Rabu (20/11/2019).

"Pertemuan tersebut (dengan PKS) adalah bagian dari langkah eksternal partai untuk membuka diri untuk program-program pro rakyat, ekonomi kerakyatan demi menjaga keutuhan NKRI," lanjut dia.

Baca juga: Sekjen Berkarya: Kami Tak Ingin PKS Sendirian Jadi Oposisi

Menurut Andi, Berkarya juga bisa berilaturahim dengan partai politik lain, terutama partai politik pendukung pemerintah. Menurut dia, itu adalah bentuk merajut kebangsaan.

Sebab, dalam menghadapi Pemilu 2024, semua partai politik bisa disebut mitra, namun bisa juga disebut kompetitor.

Oleh sebab itu, evaluasi dan persiapan harus dilakukan dengan langkah-langkah positif, baik internal partai maupun eksternal partai.

Andi menambahkan, demi menidaklanjuti langkah partai selanjutnya dan evaluasi kinerja partai, maka dalam waktu dekat Partai Berkarya akan melaksanakan Rapat Pimpinan Nasional (Rapimnas) dan Musyawarah Nasional (Munas).

"Bahwa waktu yang tepat untuk Rapimnas dan Munas Partai Berkarya paling lambat Januari 2020," kata Andi.

Berbeda dengan Sekjen

Diketahui, pernyataan Andi ini berbeda dengan pernyataan Sekjen Partai Berkarya Priyo Budi Santoso saat memberikan keterangan seusai pertemuan dengan elite PKS.

Baca juga: Presiden PKS: Partai Berkarya Bermanfaat Bentuk Opini dan Tekan Pemerintah

Priyo mengatakan, Partai Berkarya bersama PKS akan menjadi kekuatan penyeimbang kekuatan pemerintah yang kritis dan konstruktif.

"Kami akan menjadi penyeimbang yang kritis tapi konstruktif terhadap apapun policy pemerintah," ujar Priyo.

"Kami tidak ingin membiarkan PKS sendirian dalam situasi perpolitikan yang ada sekarang ini," lanjut dia.

Priyo mengatakan, sebuah negara demokrasi perlu adanya kekuatan oposisi yang menjalankan fungsi penyeimbang.

Dengan begitu, kualitas demokrasi akan terjaga dengan adanya kritik dan gagasan alternatif dari partai politik di luar pemerintah.

Baca juga: Petinggi PKS dan Partai Berkarya Sepakati 5 Poin Nota Kesepahaman Ini

"Kita tidak boleh membiarkan demokrasi kita ambruk hanya karena banyak orang berduyun-duyun menuju kekuasaan," kata Priyo.

Mantan politisi Partai Golkar tersebut juga menekankan bahwa partainya berkomitmen untuk membangun sistem demokrasi yang baik dengan memutuskan menjadi oposisi.

Ia tidak ingin pemerintahan saat ini berjalan tanpa adanya kekuatan penyeimbang.

"Kita tetap berkomitmen untuk membangun demokrasi yang hebat dan jangan biarkan penguasa atau pemerintah sendirian sehingga kemudian salah arah," ucap Priyo.

 

Kompas TV Gubernur Jateng yang juga politisi PDIP, Ganjar Pranowo, mengaku kurang setuju dengan wacana kembali ke pilkada tidak langsung. Menurut Ganjar, praktik suap akan kembali terjadi jika pelaksanaan pilkada digelar tidak langsung. Gubernur Jateng berharap ada pembahasan lebih lanjut terkait pelaksanaan pilkada.<br /> <br /> Menurut Ganjar, jika nantinya pelaksanaan pilkada digelar tidak langsung, maka perlu adanya perbaikan dari segi kampanye ataupun pengelolaan anggaran. Hal ini dinilai penting karena, menurut Ganjar, selama ini yang menjadi masalah pelaksaan pilkada langsung adalah biaya yang mahal. Selain Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, suara penolakan diubahnya pilkada langsung juga disuarakan wakil ketua umum partai demokrat, agus agus Harimurti Yudhoyono, atau AHY.<br /> <br /> Bagi AHY, hak rakyat untuk memilih pemimpin secara langsung harus terus dijalankan sesuai amanat reformasi tahun 1998. Wacana mengubah pilkada langsung sempat disuarakan Menteri Dalam Negeri, Tito Karnavian. Wacana dilontarkan, lantaran banykanya kepala daerah yang terjerat kasus korupsi, akibat biaya politik yang mahal.<br /> <br /> Mantan Kapolri ini ingin pelaksanaan pilkada secara langsung hanya dilakukan di daerah yang memiliki tingkat kedewasaan berdemokrasi yang baik.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Latihan Operasi Laut Gabungan 2024, Koarmada I Siapkan KRI Halasan untuk Tembak Rudal Exocet

Latihan Operasi Laut Gabungan 2024, Koarmada I Siapkan KRI Halasan untuk Tembak Rudal Exocet

Nasional
Yusril: Tak Ada Bukti Kuat Kubu Prabowo-Gibran Curang di Pilpres 2024

Yusril: Tak Ada Bukti Kuat Kubu Prabowo-Gibran Curang di Pilpres 2024

Nasional
Hakim MK Diminta Selamatkan Konstitusi lewat Putusan Sengketa Pilpres 2024

Hakim MK Diminta Selamatkan Konstitusi lewat Putusan Sengketa Pilpres 2024

Nasional
MK Bakal Unggah Dokumen 'Amicus Curiae' agar Bisa Diakses Publik

MK Bakal Unggah Dokumen "Amicus Curiae" agar Bisa Diakses Publik

Nasional
PSI Punya 180 Anggota DPRD, Kaesang: Modal Baik untuk Pilkada

PSI Punya 180 Anggota DPRD, Kaesang: Modal Baik untuk Pilkada

Nasional
Polri Sebut 8 Teroris yang Ditangkap di Sulteng Pernah Latihan Paramiliter di Poso

Polri Sebut 8 Teroris yang Ditangkap di Sulteng Pernah Latihan Paramiliter di Poso

Nasional
MK Kirim Surat Panggilan untuk Hadiri Pembacaan Putusan Sengketa Pilpres 2024

MK Kirim Surat Panggilan untuk Hadiri Pembacaan Putusan Sengketa Pilpres 2024

Nasional
Putusan MK Soal Sengketa Pilpres 2024 Dinilai Bakal Tunjukan Apakah Indonesia Masih Negara Hukum

Putusan MK Soal Sengketa Pilpres 2024 Dinilai Bakal Tunjukan Apakah Indonesia Masih Negara Hukum

Nasional
Daftar Aset Mewah Harvey Moeis yang Disita Kejagung dalam Kasus Dugaan Korupsi Timah

Daftar Aset Mewah Harvey Moeis yang Disita Kejagung dalam Kasus Dugaan Korupsi Timah

Nasional
Hanya Pihak Berkepentingan yang Boleh Hadir di Sidang Putusan Sengketa Pilpres

Hanya Pihak Berkepentingan yang Boleh Hadir di Sidang Putusan Sengketa Pilpres

Nasional
Soal Maju Kembali di Pilkada Jateng, Sudirman Said: Kan Sudah Pernah

Soal Maju Kembali di Pilkada Jateng, Sudirman Said: Kan Sudah Pernah

Nasional
FPI, PA 212, dan GNPF Ulama Dukung Hakim MK Bikin Putusan yang Seadil-adilnya

FPI, PA 212, dan GNPF Ulama Dukung Hakim MK Bikin Putusan yang Seadil-adilnya

Nasional
Bantah Putusan Bocor, MK: Rapat Hakim Masih sampai Minggu

Bantah Putusan Bocor, MK: Rapat Hakim Masih sampai Minggu

Nasional
Jaga Independensi, MK Sembunyikan Karangan Bunga yang Sindir Sengketa Pilpres 2024

Jaga Independensi, MK Sembunyikan Karangan Bunga yang Sindir Sengketa Pilpres 2024

Nasional
Busyro Muqqodas Harap Putusan MK Soal Sengketa Pilpres Berpihak pada Etika Kenegaraan

Busyro Muqqodas Harap Putusan MK Soal Sengketa Pilpres Berpihak pada Etika Kenegaraan

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com