JAKARTA, KOMPAS.com - Pihak Kepolisian RI (Polri) mengaku telah melakukan penyelidikan terhadap korban tewas terkait unjuk rasa.
"Saya ingin tanggapi bahwa yang dinyatakan YLBHI ini, tentunya secara keseluruhan Polri telah menyelidiki sebab-sebab kematian," ujar Kepala Bagian Penerangan Umum (Kabagpenum) Polri Kombes Pol Asep Adi Saputra di Hotel Grand Sahid Jaya, Jakarta Pusat, Senin (28/10/2019).
Ia menanggapi data Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI) yang menyebutkan bahwa 51 orang tewas terkait unjuk rasa sepanjang 2019 atau sejak Januari hingga 22 Oktober 2019.
Asep mengatakan, data yang paling menonjol, 33 orang meninggal dunia di Wamena, Papua.
Baca juga: Soal Demo Mahasiswa, YLBHI: Presiden Jokowi Harusnya Minta Pertanggungjawaban Kapolri
Menurut dia, puluhan orang itu meninggal akibat unjuk rasa yang berujung kerusuhan. Namun, ia tak menjelaskan lebih rinci terkait hal tersebut.
Asep pun kembali menegaskan bahwa aparat kepolisian sudah menginvestigasi penyebab kematian korban terkait unjuk rasa.
"Di antaranya yang paling menonjol adalah adanya 33 korban yang meninggal dunia akibat kerusuhan di Wamena. Itu adalah merupakan korban meninggal dunia akibat daripada kerusuhan itu sendiri," kata dia.
"Kita sudah menyampaikan bahwa secara keseluruhan, semua kita sudah lakukan penyelidikan terhadap penyebab daripada korban yang meninggal dunia itu," ucap Asep lagi.
Sebelumnya, YLBHI mencatat, 44 dari 51 orang meninggal tanpa diketahui penyebabnya.
Itu lantaran aparat keamanan maupun pemerintah tidak menyampaikan keterangan resmi terkait tewasnya ke-44 orang itu.
"Dari keseluruhan, hanya tujuh orang saja yang jelas infonya meninggal kenapa, 44 lainnya tidak ada info resmi. Dalam konteks HAM, ini sebenarnya sangat bahaya," kata Ketua bidang Advokasi YLBHI Muhammad Isnur di Kantor YLBHI, Menteng, Jakarta Pusat, Minggu (27/10/2019).
Baca juga: YLBHI: Sepanjang 2019, 51 Meninggal Terkait Unjuk Rasa
Isnur mengatakan, YLBHI mencatat, dari jumlah 51, sebanyak 33 orang meninggal di Wamena, Papua.
Namun, tidak ada penjelasan dari aparat penyebab dan alasan meninggalnya mereka.
Kemudian, di Jayapura pada saat aksi yang sama, kata dia, ada 4 orang yang meninggal dunia.
"Tidak ada penjelasan resmi kenapa meninggalnya, tapi keluarga menemukan luka tembak," kata dia.
Begitu pula yang terjadi di Kendari, Sulawesi Tenggara. Terdapat dua orang mahasiswa yang meninggal saat aksi "Reformasi Dikorupsi" berlangsung.
Namun, menurut YLBHI, pihak kepolisian tidak memberikan informasi resmi penyebab kematian mereka.
Hanya ada keterangan dokter yang menyatakan bahwa korban meninggal akibat luka tembak.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.