JAKARTA, KOMPAS.com - Para aktivis yang mengatasnamakan diri Koalisi Masyarakat Sipil menggelar malam renungan dan doa bersama di depan Gedung Merah Putih KPK, Jumat (11/10/2019) malam.
Mereka menggelar malam renungan untuk mengenang dan mendoakan para korban meninggal dunia dalam rangkaian unjuk rasa di Indonesia yang terjadi pada akhir September 2019 lalu.
"Kita berduka, kita kehilangan, dan seharusnya ini tidak harus terjadi, tetapi kami meyakini pengorbanan dari demokrasi ini tidak boleh berhenti, dia harus tetap hidup dan dilanjutkan," kata Khalisa Khalid, perwakilan koalisi, kepada wartawan.
Baca juga: Aturan Usia Pimpinan KPK Disebut Typo, padahal Ada Usulannya dalam DIM
Khalisa pun menyesalkan tindakan represif oleh aparat kepada para mahasiswa dan pelajar yang ikut unjuk rasa.
Menurut Khalisa, tindakan represif tersebut ibarat kerikil yang membuat jalan menuju terwujudnya cita-cita reformasi menjadi terjal.
"21 tahun reformasi kita masih menghadapi fakta-fakta di mana kekerasan masih menjadi panglima ketika penguasa berhadapan dengan masyarakat," kata Khalisa.
Ia juga mengatakan, KPK kini dianggap menjadi rumah demokrasi. Hal itulah yang membuag acara renungan tersebut digelar di Gedung Merah Putih KPK.
"Mestinya gedung parlemen, Gedung DPR bisa menjadi rumah demokrasi bagi rakyat, tetapi kita tahu Gedung DPR RI justru menjadi tempat yang mematikan bagi rakyat," ujar Khalisa.
Berdasarkan pantauan Kompas.com, acara itu berlangsung selama sekira 40 menit mulai dari pukul 19.40 WIB hingga pukul 20.20 WIB.
Para peserta tampak duduk lesehan di depan lobi Gedung Merah Putih KPK sambil menggenggam lilin. Suasana dibuat temaram karena lampu sengaja dimatikan
Di hadapan para peserta, ada lima buah potret lima korban tewas tersebut yang ditaruh di atas meja. Lilin-lilin kecil diletakkan di sekitat pigura foto.
Baca juga: Menurut Arteria, Sejumlah Poin UU Hasil Revisi Ini Justru Perkuat KPK
Acara itu diisi oleh doa bersama, pembacaan tausiah, serta penyampaian testimoni oleh para peserta aksi, pembacaan puisi, dan ditutuo dengan menyanyikan lagu "Darah Juang".
Rangkaian unjuk rasa yang berlangung di sejumlah daerah pada akhir September 2019 lalu menyebabkan jatuhnya korban jiwa.
Di Kendari, dua orang mahasiswa Universitas Haluoleo, Randy dan M Yusuf Kardawi, tewas usai aksi unjuk rasa yang berlangsung ricuh.
Lalu, di Jakarta, ada tiga orang korban tewas, yaitu Bagus Putra Mahendra, Akbar Alamsyah, dan Maulana Suryadi alias Yadi.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.