Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Proses Legislasi di DPR Diharap Berbasis Kebutuhan

Kompas.com - 02/10/2019, 15:23 WIB
Dylan Aprialdo Rachman,
Krisiandi

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Peneliti Pusat Studi Konstitusi (Pusako) Universitas Andalas Charles Simabura berharap proses legislasi di DPR ke depannya berbasis kebutuhan, bukan anggaran.

Dosen Fakultas Hukum Universitas Andalas ini melihat selama ini, dalam menjalankan proses legislasi, DPR cenderung memasang target pembuatan undang-undang yang banyak demi mendapat alokasi anggaran yang besar.

"Kadang-kadang apa yang jadi prioritas malah itu enggak dibahas. Bahwa apa yang kita terima hari ini itu sebetulnya bukan prioritas yang ada dalam Prolegnas prioritas. Yang dibahas justru yang di luar Prolegnas. Makanya, praktik ini yang harus kita cegah terjadi," kata dia dalam diskusi di Kode Inisiatif, Jakarta, Rabu (2/10/2019).

Baca juga: Demo di DPR, Massa Buruh Minta Bertemu Puan Maharani

Ia menjelaskan, setiap proses pembahasan suatu undang-undang memiliki alokasi anggaran tersendiri, baik untuk penyusunan naskah akademik, studi banding hingga pembahasan.

"Logika berbasis anggaran ini menjebak DPR kita dan pemerintah. Karena salah satu ukuran parameter kinerjanya adalah bikin rencana undang-undang sebanyaknya, sehingga kalau sudah ada di perencanaan itu kan tegas di dalam undang-undang, perencanaan Prolegnas itu harus masuk sebelum APBN," katanya.

Risikonya, kata Charles, jika pembahasan undang-undang belum selesai di periode tertentu, akan ada alokasi anggaran baru untuk undang-undang tersebut.

Apalagi tidak ada mekanisme yang jelas menyangkut sanksi atau pertanggungjawaban jika DPR tidak berhasil mencapai target yang telah ditentukan.

"Kalau di kementerian ya mereka bikin perencanaan kegiatan anggaran itu kalau dia dikasih anggaran Rp 10 miliar misalnya, terus enggak habis. Tahun depan dipotong itu anggaran," kata Charles.

"Nah ini kan enggak begitu, enggak ada pertanggungjawaban secara publik, pidana, atau administrasi negara. Padahal berapa banyak keuangan negara yang dihabiskan untuk mereka membahas itu," lanjutnya.

Dengan demikian, ia menyimpulkan perlu adanya perubahan kerangka berpikir dalam menyelesaikan produk legislasi. Misalnya, memasang target rendah namun mengedepankan kualitas dan kebutuhan.

Baca juga: Jadi Wakil Ketua DPR, Berikut 4 Fakta soal Sufmi Dasco

"Sehingga yang prioritas itu betul-betul yang diprioritaskan, silakan anggaran dihabiskan dengan catatan ya jadi undang-undangnya, jangan cuma terdaftar di Prolegnas, sudah kunker, studi banding kemana, ternyata enggak jadi barangnya," katanya.

Charles menyatakan, jangan berharap kinerja DPR akan membaik jika anggota DPR periode 2019-2024 tak mengubah kerangka berpikirnya dalam menyelesaikan produk legislasi.

"Makanya pendekatan berbasis anggaran itu diubah ya. Betul-betul harus berbasis kebutuhan, mana yang benar-benar emang dibituhkan banyak pihak, khususnya masyarakat," katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pertemuan Jokowi-Megawati yang Seolah Rencana Kosong

Pertemuan Jokowi-Megawati yang Seolah Rencana Kosong

Nasional
Beragam Respons Kubu Prabowo-Gibran soal 'Amicus Curiae' Megawati dan Sejumlah Tokoh Lain

Beragam Respons Kubu Prabowo-Gibran soal "Amicus Curiae" Megawati dan Sejumlah Tokoh Lain

Nasional
Yusril Harap Formasi Kabinet Prabowo-Gibran Tak Hanya Pertimbangkan Kekuatan di DPR

Yusril Harap Formasi Kabinet Prabowo-Gibran Tak Hanya Pertimbangkan Kekuatan di DPR

Nasional
Eks Ajudan Ungkap Anggaran Kementan untuk Bayar Dokter Kecantikan Anak SYL

Eks Ajudan Ungkap Anggaran Kementan untuk Bayar Dokter Kecantikan Anak SYL

Nasional
Yusril Bilang KIM Belum Pernah Gelar Pertemuan Formal Bahas Kabinet Prabowo

Yusril Bilang KIM Belum Pernah Gelar Pertemuan Formal Bahas Kabinet Prabowo

Nasional
Yusril Nilai Tak Semua Partai Harus Ditarik ke Kabinet Prabowo Kelak

Yusril Nilai Tak Semua Partai Harus Ditarik ke Kabinet Prabowo Kelak

Nasional
Cara Urus Surat Pindah Domisili

Cara Urus Surat Pindah Domisili

Nasional
Tanggal 20 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 20 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
TKN Klaim 10.000 Pendukung Prabowo-Gibran Akan Ajukan Diri Jadi 'Amicus Curiae' di MK

TKN Klaim 10.000 Pendukung Prabowo-Gibran Akan Ajukan Diri Jadi "Amicus Curiae" di MK

Nasional
Tepis Tudingan Terima Bansos, 100.000 Pendukung Prabowo-Gibran Gelar Aksi di Depan MK Jumat

Tepis Tudingan Terima Bansos, 100.000 Pendukung Prabowo-Gibran Gelar Aksi di Depan MK Jumat

Nasional
Jaksa KPK Sentil Stafsus SYL Karena Ikut Urusi Ultah Nasdem

Jaksa KPK Sentil Stafsus SYL Karena Ikut Urusi Ultah Nasdem

Nasional
PAN Minta 'Amicus Curiae' Megawati Dihormati: Semua Paslon Ingin Putusan yang Adil

PAN Minta "Amicus Curiae" Megawati Dihormati: Semua Paslon Ingin Putusan yang Adil

Nasional
KPK Ultimatum.Pengusaha Sirajudin Machmud Hadiri Sidang Kasus Gereja Kingmi Mile 32

KPK Ultimatum.Pengusaha Sirajudin Machmud Hadiri Sidang Kasus Gereja Kingmi Mile 32

Nasional
KSAU Pimpin Sertijab 8 Pejabat Utama TNI AU, Kolonel Ardi Syahri Jadi Kadispenau

KSAU Pimpin Sertijab 8 Pejabat Utama TNI AU, Kolonel Ardi Syahri Jadi Kadispenau

Nasional
Pendukung Prabowo-Gibran Akan Gelar Aksi di MK Kamis dan Jumat Besok

Pendukung Prabowo-Gibran Akan Gelar Aksi di MK Kamis dan Jumat Besok

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com