JAKARTA, KOMPAS.com - Ketua Persekutuan Gereja Indonesia (PGI) Pendeta Albertus Patty menyebutkan bahwa masalah di Papua dan Papua Barat yang belakangan terjadi harus menjadi pelajaran bagi bangsa Indonesia.
Pelajaran khususnya bagi pemerintah agar tidak lagi menggunakan pendekatan-pendekatan yang bersifat represif.
"Satu sisi boleh gembira, bersyukur bahwa suasana di Papua sejauh yang saya tahu sudah lebih kondusif," ujar Albertus usai diskusi bertajuk Mencegah Disintegrasi Hangsa dari Residu Pemilu Hingga Isu Papua di kawasan Cikini, Jakarta Pusat, Minggu (15/9/2019).
"Meskipun demikian, kami berharap soal Papua ini harus jadi pelajaran bagi bangsa kita bahwa sudah saatnya kasus Papua atau kasus manapun tidak bisa lagi digunakan pendekatan kekerasan, keamanan dan senjata," lanjut dia.
Baca juga: Wiranto Sebut PBB Dukung Papua Bagian dari Indonesia
PGI sendiri lebih mendorong untuk dilakukan dialog yang baik untuk menghadapi kasus di Papua.
Hal tersebut sangat penting untuk mengetahui persoalan dan masalah-masalah krusial apa yang dirasakan masyarakat.
"Soal Papua jangan dilihat dalam konteks NKRI sebagai perspektif geografis, tapi dalam perspektif keadilan, kesetaraan sehingga harus ada keadilan bagi orang Papua di manapun," ujar dia.
Baca juga: Garuda Indonesia Siapkan Beasiswa Pilot untuk Putra-Putri asal Papua
Tidak hanya itu, dia berharap agar apa yang terjadi di Papua jangan terlalu cepat dilabeli sebagai separatisme.
"Harus ada kebijakan dari pemerintahan. Secara masyarakat, kita harus terima orang Papua sebagai bagian dari kita," kata dia.
"Dalam kebijakan-kebijakan pemerintah, faktor keadilan, kesempatan kerja, berkarier, pendidikan di manapun harus diberikan kepada masyarakat Papua sehingga Papua merasa bangga menjadi orang Papua dan Indonesia," tutup dia.