Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Eks Menko Maritim Indroyono Soesilo soal Karya Nyata BJ Habibie

Kompas.com - 11/09/2019, 15:02 WIB
Deti Mega Purnamasari,
Bayu Galih

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Mantan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Dwisuryo Indroyono Soesilo menceritakan sejumlah karya Presiden ketiga RI yang juga ahli teknologi pesawat terbang, Bacharudin Jusuf Habibie, yang luar biasa.

Sebagai anak didik BJ Habibie saat menjadi deputi di Badan Penerapan dan Pengkajian Teknologi (BPPT), Indroyono memiliki kekaguman tersendiri kepada BJ Habibie.

Saat itu, kata dia, BJ Habibie menjabat sebagai Menteri Riset dan Teknologi sekaligus Kepala BPPT. Indroyono membantu Habibie mengembangkan teknologi survei udara dengan satelit.

"Itu yang sekarang dipakai untuk pemadaman hutan kalau kebakaran, ada hujan buatan. Beliau yang rintis," tutur Indroyono, usai menjenguk BJ Habibie di Paviliun Kartika, RSPAD Gatot Subroto, Jakarta Pusat, Rabu (11/9/2019).

Baca juga: BJ Habibie Sakit, 44 Dokter Kepresidenan Disiapkan hingga Tak Akan Dibawa ke Jerman

Di bidang kelautan, kata dia, saat itu Habibie juga melakukan riset dalam pembuatan kapal.

Salah satunya adalah kapal Baruna Jaya yang belakangan dikenal untuk membantu mencari dan menemukan korban kecelakaan kapal di Danau Toba serta pesawat Air Asia dan Lion Air.

"Kapal-kapal riset seperti Baruna Jaya, beliau yang merintis," kata dia.

Kemudian, pada 1995 BJ Habibie meluncurkan pesawat ciptaannya yang diberi nama N250 Gatot Kaca.

Pesawat tersebut diluncurkan pada 10 Agustus 1995 dan menjadi pesawat canggih di kelasnya pada waktu itu.

"Ada dua baling-baling dengan kapasitas 50 penumpang. Waktu itu sudah tinggal sertifikasi, begitu sertifikasi akan menguasai pasar dunia," kata Indroyono Soesilo, yang saat ini menjadi Penasehat Kehormatan Menteri Pariwisata itu.

Baca juga: Anak BJ Habibie Minta Semua Pihak Tak Termakan Hoaks soal Kesehatan Ayahnya

Namun, cita-cita itu harus kandas. Sebab, pada 1998 terjadi krisis moneter di Indonesia. Ini menyebabkan produksi pesawat tersebut diperintahkan berhenti oleh Dana Moneter Internasional atau IMF.

Saat ini, kata dia, pesawat mahakarya BJ Habibie itu menjadi pesawat berjenis ATR 42 dan ATR 72 yang digunakan untuk penerbangan regional jarak pendek.

"Seharusnya, kalau itu dibuat, sekarang kita sudah pakai pesawat dalam negeri. Pasarnya visioner. Tadinya juga mau bikin N2130 tapi enggak kesampaian," kata Indroyono Soesilo.

Diketahui, BJ Habibie menjalani perawatan intensif di RSPAD Gatot Subroto sejak 1 September 2019.

Baca juga: Anak Habibie: Bapak Suka Lupa Sudah Usia 80-an Tahun

Saat ini BJ Habibie dirawat di ruangan Cerebro Intensive Care Unit (CICU), Paviliun Kartika.

Selain Indroyono, pada Rabu (11/9/2019), sejumlah tokoh juga hadir untuk menjenguk kondisi Habibie.

Tokoh yang hadir antara lain cendekiawan Muslim Quraish Shihab dan putrinya presenter Najwa Shihab; mantan Menteri Perumahan Rakyat Suharso Monoarfa; dan istri politisi Partai Golkar Aburizal Bakrie, Tatty Murnitriati.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Golkar: Belum Ada Pernyataan Resmi Pak Jokowi Keluar dari PDI-P, Kami Enggak Mau 'Ge-er'

Golkar: Belum Ada Pernyataan Resmi Pak Jokowi Keluar dari PDI-P, Kami Enggak Mau "Ge-er"

Nasional
Politeknik KP Sidoarjo Buka Pendaftaran, Kuota Masyarakat Umum 80 Persen

Politeknik KP Sidoarjo Buka Pendaftaran, Kuota Masyarakat Umum 80 Persen

Nasional
Surya Paloh: Nasdem Dukung Pemerintahan Prabowo-Gibran

Surya Paloh: Nasdem Dukung Pemerintahan Prabowo-Gibran

Nasional
Kenaikan Pangkat TNI: 8 Perwira Pecah Bintang, Kabais Resmi Berpangkat Letjen

Kenaikan Pangkat TNI: 8 Perwira Pecah Bintang, Kabais Resmi Berpangkat Letjen

Nasional
JK Nilai Konflik Papua terjadi karena Pemerintah Dianggap Ingin 'Merampok'

JK Nilai Konflik Papua terjadi karena Pemerintah Dianggap Ingin "Merampok"

Nasional
Biasa Koordinasi dengan PPATK, Dewas Nilai Laporan Wakil Ketua KPK Aneh

Biasa Koordinasi dengan PPATK, Dewas Nilai Laporan Wakil Ketua KPK Aneh

Nasional
Kementerian KP Luncurkan Pilot Project Budi Daya Udang Tradisional Plus di Sulsel

Kementerian KP Luncurkan Pilot Project Budi Daya Udang Tradisional Plus di Sulsel

Nasional
Soal PDI-P Tak Hadiri Penetapan Prabowo-Gibran, Djarot Bilang Tidak Tahu

Soal PDI-P Tak Hadiri Penetapan Prabowo-Gibran, Djarot Bilang Tidak Tahu

Nasional
Rencana Revisi, DPR Ingin Sirekap dan Digitalisasi Pemilu Diatur UU

Rencana Revisi, DPR Ingin Sirekap dan Digitalisasi Pemilu Diatur UU

Nasional
BKKBN Minta Bocah 7 Tahun Sudah Tunangan Tak Dianggap Biasa

BKKBN Minta Bocah 7 Tahun Sudah Tunangan Tak Dianggap Biasa

Nasional
Terungkap di Sidang, Biaya Ultah Cucu SYL Di-“reimburse” ke Kementan

Terungkap di Sidang, Biaya Ultah Cucu SYL Di-“reimburse” ke Kementan

Nasional
Tanggapi Jokowi, Djarot PDI-P: Konstitusi Dilanggar dan Direkayasa, Kekaderannya Patut Diragukan

Tanggapi Jokowi, Djarot PDI-P: Konstitusi Dilanggar dan Direkayasa, Kekaderannya Patut Diragukan

Nasional
Polri Akan Gelar Operasi Puri Agung 2024, Kawal World Water Forum Ke-10 di Bali

Polri Akan Gelar Operasi Puri Agung 2024, Kawal World Water Forum Ke-10 di Bali

Nasional
Prabowo Guncangkan Badan Surya Paloh, Sama seperti Anies Kemarin

Prabowo Guncangkan Badan Surya Paloh, Sama seperti Anies Kemarin

Nasional
Kasus Dana PEN, Eks Bupati Muna Divonis 3 Tahun Bui

Kasus Dana PEN, Eks Bupati Muna Divonis 3 Tahun Bui

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com