JAKARTA, KOMPAS.com - Polisi menduga, penyerangan terhadap orang-orang yang diduga penambang emas di Distrik Sarandela, Kabupaten Yahukimo, Papua terjadi secara spontan.
"Motifnya hanya penyerangan secara spontan ya terhadap masyarakat yang sedang melakukan pendulangan emas," ujar Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Polri Brigjen (Pol) Dedi Prasetyo di Gedung Bareskrim Polri, Jakarta Selatan, Rabu (4/9/2019).
Dedi mengatakan, para penyerang melakukan aksinya secara tiba-tiba sambil membawa sejumlah senjata tajam.
"Itu dilakukan secara tiba-tiba dengan menggunakan senjata tajam, baik berupa panah, parang, dan senjata tajam lainnya," ujar dia.
Baca juga: 288 Pendulang Tradisional Yahukimo Menyelamatkan Diri ke Boven Digoel
Berdasarkan hasil keterangan sementara, menurut Dedi, pola penyerangan ini berbeda dengan penyerangan dan pembantaian 31 pegawai PT Istaka Karya di Nduga, Papua yang dilakukan oleh Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) pada 2 Desember 2018.
Dedi menyampaikan, polisi masih mendalami peristiwa tersebut dan meminta keterangan terhadap sejumlah orang yang berhasil diselamatkan.
Untuk saat ini, ia mengatakan bahwa aparat kepolisian setempat fokus melakukan evakuasi.
"Untuk detailnya nanti dulu, yang penting kita evakuasi dulu," ujar dia.
Hingga Rabu (4/9/2019), ada 288 warga yang merupakan para pendulang tradisional di Distrik Saradela, Kabupaten Yahukimo, Papua menyelamatkan diri ke Kabupaten Boven Digoel.
"288 orang yang saat ini dalam proses bantuan evakuasi dari Polres Boven Digoel, kemudian 3 orang saat ini masih di rumah sakit," ujar Kabid Humas Polda Papua Kombes Pol. AM. Kamal, di Jayapura, Rabu (4/9/2019).
Baca juga: Penyerangan di Yahukimo, 5 Orang Diduga Penambang Emas Tewas
Kapolres Boven Digoel berupaya mengidentifikasi asal-usul pada warga tersebut dan mencari tahu permasalahan yang mereka hadapi.
Berdasarkan data sementara Polri, peristiwa itu diduga mengakibatkan setidaknya 5 warga meninggal dunia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.