JAKARTA, KOMPAS.com - Direktur Eksekutif PARA Syndicate Ari Nurcahyo menyebutkan Partai Golkar memiliki peluang strategis pada Pemilu 2024 setelah memilih mendukung pemerintahan Jokowi-Ma'ruf Amin.
Itulah mengapa perebutan kursi ketua umum antara Airlangga Hartarto dan Bambang Soesatyo terasa sangat sengit.
"Posisi ketua umum akan menjadi bagian kerja atau jejaring menteri-menteri yang ada di kabinet Jokowi, juga pertimbangan pemilu dan elektabilitas Golkar," ujar Ari di kantornya, kawasan Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Kamis (29/8/2019).
Baca juga: 3 Bulan Jelang Munas Golkar, Airlangga Resmikan Tim dan Rumah Pemenangan
Ari mengatakan, saat ini elektabilitas Partai Golkar cenderung mengalami penurunan walaupun selalu tampil di peringkat dua atau tiga besar.
Golkar, kata dia, memiliki peluang untuk membesarkan partai tersebut pada Pemilu 2024 mendatang untuk menjadi pemenangnya.
"Tapi karena pecahan di Partai Golkar, efektivitas konsolidasi jadi terhambat sehingga kehilangan momentum untuk jadi partai yang punya elektabilitas besar," kata dia.
Baca juga: Airlangga Harap Kursi Golkar di Kabinet Meningkat
Dia menjelaskan, pelaksanaan Pemilu 2024 mendatang akan menjadi peluang Golkar menyiapkan kadernya.
Bukan sebagai pendukung, tetapi justru pengusung, baik itu calon presiden maupun calon wakil presiden.
Pasalnya di tahun tersebut, Jokowi, yang saat ini didukung Golkar sudah tidak bisa lagi maju mencalonkan diri sebagai Presiden lagi.
"Sehingga yang jadi ketua umum nanti adalah kader terbaik Golkar. Bukan hanya peluang besar untuk dicalonkan partainya menjadi capres atau cawapares, tapi momentum politik ini (Pemilu 2024) menjadikan kontestasi di Golkar sangat sengit," terang dia.
Baca juga: Yorrys: Partai Golkar Bukan Airlangga Punya...
Hanya saja, kata dia, sejauh ini publik belum mendengar visi dan misi dari Airlangga maupun Bambang untuk bisa membuat Golkar menang tahun 2024 mendatang.
Diketahui, Partai Golkar saat ini sedang mengalami konflik internal untuk perebutan kursi ketua umum.
Kubu petahana Airlangga Hartarto dan penantangnya Bambang Soesatyo terus mengalami persinggungan politik.
Salah satunya mengenai jadwal musyawarah nasional (munas) Partai Golkar.
Kubu Bambang ingin agar munas digelar sebelum pelantikan Presiden dan Wakil Presiden pada Oktober nanti, sedangkan Airlangga bersikukuh agar munas digelar Desember mendatang.