JAKARTA, KOMPAS.com - Unjuk rasa memprotes tindakan diskriminatif terhadap mahasiswa Papua di Surabaya, Jawa Timur, kembali terjadi di Tanah Papua.
Pada Rabu (28/8/2019) kemarin, unjuk rasa di halaman Kantor Bupati Deiyai, Papua, berujung ricuh.
Bahkan, kericuhan tersebut mengakibatkan jatuhnya korban, baik masyarakat sipil maupun aparat keamanan.
Berikut sejumlah fakta terkait kericuhan tersebut, seperti dirangkum Kompas.com:
1. Dua masyarakat sipil menjadi korban
Sebelumnya, sempat tersiar kabar bahwa terdapat enam warga sipil yang menjadi korban dari peristiwa tersebut.
Namun, polisi mengatakan bahwa informasi tersebut belum dipastikan kebenarannya.
Baca juga: Duduk Perkara Kontak Senjata di Deiyai Papua, Libatkan KKB hingga 2 Warga Sipil Tewas
Belakangan, polisi kemudian menegaskan bahwa warga sipil yang menjadi korban meninggal dunia sebanyak dua orang.
Satu korban meninggal karena luka tembak, sementara seorang lainnya terkena anak panah.
"Satu orang massa kena tembakan di kaki dan meninggal dunia di RS Enarotali. Satu orang massa meninggal dunia kena panah di perut di halaman Kantor Bupati Deiyai," ujar Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Polri Brigjen (Pol) Dedi Prasetyo melalui keterangan tertulis, Rabu.
2. Enam aparat TNI-Polri ikut menjadi korban
Tak hanya warga sipil, aparat TNI-Polri turut menjadi korban. Tercatat sebanyak 2 anggota TNI dan 4 personel Polri ikut terdampak.
Baca juga: Update, Polisi Sebut 4 Personelnya dan 2 TNI Jadi Korban Ricuh di Deiyai, Papua
Dedi mengungkapkan, satu di antara personel TNI tersebut, yang bernama Serda Rikson, meninggal dunia. Kemudian, lima anggota lainnya mengalami luka akibat terkena anak panah.
"1 personel TNI meninggal dunia, 1 personel TNI terkena panah, 1 personel Brimob kena panah, 3 personel Samapta Polres Paniai kena panah," tutur Dedi.
Selanjutnya, jenazah Serda Rikson segera dievakuasi ke Nabire melalui jalur darat. Seluruh korban sudah dilarikan ke Rumah Sakit Enarotali untuk mendapat perawatan.