JAKARTA, KOMPAS.com - Ikrar setia kepada Pancasila, UUD 1945 dan NKRI yang diucapkan Sarjono Kartosuwiryo, tidak membuatnya merasa mengkhianati sang ayah, Sekarmadji Maridjan Kartosuwiryo, pimpinan Darul Islam/Tentara Islam Indonesia (DI/TII).
Menurut Sarjono, apa yang diperjuangkan dirinya saat ini berbeda dengan yang diperjuangkan sang ayah dahulu.
"Kenapa merasa berkhianat? Perjuangan kan berubah-ubah setiap saat," kata Sarjono di Gedung Kementerian Koordinator Politik, Hukum dan Keamanan, Jakarta Pusat, Selasa (13/8/2019).
Baca juga: Disaksikan Wiranto, Eks DI/TII Berikrar Setia pada Pancasila
Soal mengapa baru mengucapkan ikrar saat ini, Sarjono mengatakan, sebenarnya ia sudah merasa perlu melakukannya sejak DI/TII dibubarkan tahun 1962.
Namun, Sarjono merasa perlu menggalang dukungan dari para pengikutnya. Selain itu, ia juga merasa perlu mendapatkan dukungan dari pemerintah.
Ia pun menegaskan, tidak dijanjikan apapun oleh pemerintah terkait pengucapan ikrar kembali pangkuan Ibu Pertiwi ini.
"Enggak ada (pemerintah menjanjikan sesuatu). Kita mah membela negara mau janji nggak janji, nggak dibayar, tapi saya perlu dengan negara ini," ujar dia.
Baca juga: Wiranto Apresiasi 14 Eks DI/TII yang Berikrar Setia pada Pancasila
Diberitakan sebelumnya, Sarjono Kartosuwiryo bersama 13 anggota keluarga besar Harokah Islam, eks Darul Islam/Tentara Islam Indonesia (DI/TII) dan eks Negara Islam Indonesia (NII) mengucap ikrar setia kepada Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan Bhineka Tunggal Ika.
Pembacaan ikrar tersebut diwakili oleh empat orang dan disaksikan langsung Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan (Polhukam) Wiranto.
Ada lima poin yang dibacakan dalam ikrar yang pada intinya adalah berpegang teguh pada Pancasila dan UUD 1945, setia kepada NKRI, menjaga persatuan, menolak organisasi yang anti-Pancasila, dan meningkatkan kesadaran bela negara.