SANUR, KOMPAS.com- Ketua Umun Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) Megawati Soekarnoputri menutup Kongres V PDI-P yang digelar di Hotel Grand Inna Bali Beach, Sanur, Sabtu (10/8/2019).
Dalam pidato penutupannya, Megawati meminta para kader tidak berpuas diri dengan raihan PDI-P yang merupakan pemenang pemilu legislatif dua kali berturut-turut.
"Jangan berpuas diri dengan hasil-hasil yang kita capai. Kita masih harus mengerahkan segenap urat-urat dan segenap otot-otot dan pikiran, dan rasa untuk menghimpun seluruh kekuatan bangsa," kata Megawati di hadapan peserta kongres.
Megawati pun mengingatkan agar para kader langsung bekerja keras sepulang kongres. Para kader juga diminta untuk mewujudkan PDI-P sebagai partai pelopor.
"Suatu partai yang terarah, dan terukur dalam menghasilkan keputusan politik, kerja politik utama bagi suatu partai politik harus kembali menghasilkan keputusan politik dengan, dapat mengorganisir seluruh tenaga rakyat," ujar Megawati.
Baca juga: Jengkel Kadernya ke Pantai Saat Kongres, Megawati: Ya Allah Anak Buahku...
Megawati menambahkan, Tindakan partai politik harus menghasilkan keputusan politik bukan sekedar memenangi pemilihan umum.
Menang pemilu, kata Megawati, seharusnya menjadi buah dari kerja politik, bukannya transaksi politik.
Ketua umum terlama
Kongres V PDI-P ini sendiri mengukuhkan Megawati sebagai ketua umum. Megawati terpilih secara aklamasi oleh para peserta kongres.
Dengan hasil ini, maka Megawati Soekarnoputri memperpanjang rekor sebagai ketua umum terlama.
Diketahui Megawati mendirikan dan menjadi Ketua Umum PDI-P sejak tahun 1999. Artinya, Megawati sebelumnya telah memimpin partai berlambang banteng itu sekitar 20 tahun.
Jika dilihat lebih jauh ke belakang, maka rekor Megawati sebagai ketua umum partai akan bertambah panjang. Sebab, dia merupakan ketua umum PDI di era Presiden Soeharto berkuasa.
Baca juga: Bakal Terpilih Lagi, Megawati Perpanjang Rekor Ketum Parpol Terlama
Megawati Soekarnoputri terpilih dalam Kongres Luar Biasa PDI di Surabaya pada Desember 1993.
Ketika itu istri dari Taufik Kiemas itu mendapat dukungan dari 27 DPD PDI untuk alih pimpinan partai berlogo banteng, hingga terpilih sebagai ketua umum periode 1993-1998.
Kekuasaan Megawati digoyang Orde Baru pada 1996. Sebuah kongres PDI di Medan yang didukung Soeharto mengukuhkan kepemimpinan Soerjadi sebagai ketua umum.
Dualisme ini bahkan berujung Tragedi 27 Juli 1996. Ketika itu, DPP PDI yang dikuasai oleh pendukung Megawati berusaha diambil alih oleh pendukung Soerjadi.
Baca juga: 27 Juli 1996, Dualisme Partai Politik yang Berujung Tragedi...
Setelah Tragedi Kudatuli atau 27 Juli 1996 itu, Megawati yang mendapat dukungan dari pihak-pihak yang menentang Soeharto menjadi simbol perlawanan terhadap Orde Baru.
Hingga kemudian setelah Orde Baru runtuh, Megawati membentuk PDI Perjuangan sebagai wahana politiknya. Selama era reformasi berjalan, PDI-P tetap setia dipimpin oleh Megawati.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.