JAKARTA, KOMPAS.com - Wakil Presiden Jusuf Kalla menekankan pentingnya kemampuan diplomasi untuk dimiliki pasukan penjaga perdamaian dunia.
Hal itu disampaikan Wapres saat membuka Internasional Conference on Preparing Modern Armed Forces for Peacekeeping Operatins in The 21st Century di Hotel Borobudur, Jakarta Pusat, Selasa (25/6/2019).
"Karena perdamaian tidak dapat dijaga dengan kekuatan. Perdamaian hanya dapat diraih dengan pengertian," ujar Kalla dalam pidato pembukaannya.
Baca juga: Wapres Kalla: Indonesia Siap Tambah Pasukan Perdamaian PBB
Ia mengakui, untuk menjaga perdamaian dunia diperlukan angkatan bersenjata dengan persenjataan yang modern. Namun, itu saja tak cukup.
Ia menilai, pasukan penjaga perdamaian membutuhkan kemampuan berdiplomasi dan berkomunikasi dengan masyarakat setempat.
Seorang prajurit penjaga perdamaian dunia harus bisa merebut simpati masyarakat di lokasi mereka bertugas. Sebab, kata Kalla, sedianya masyarakat setempat yang akan membantu mewujudkan proses perdamaian di daerah mereka masing-masing.
Baca juga: Lepas 970 Pasukan Perdamaian PBB, Ini Pesan Presiden Jokowi
"Untuk kapabilitas dan soft skills, kami percaya bahwa peacekeeper harus mampu merebut simpati dari masyarakat di mana mereka bertugas. Karena pada akhirnya, masyarakat setempat akan menjadi advokasi terbaik untuk keberadaan para "Blue Helmets" di suatu daerah misi," tutur Kalla.
"Upaya melengkapi personel Indonesia dengan kapabilitas ini merupakan bagian dari modernisasi angkatan bersenjata secara tepat guna, untuk melahirkan peacekeeper Indonesia yang siap pakai di abad ke-21," lanjut dia.