Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Seharusnya yang Perlu Curhat Banyak Itu PPP, Kursinya Hilang Banyak..."

Kompas.com - 28/05/2019, 18:28 WIB
Jessi Carina,
Diamanty Meiliana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Sekretaris Jenderal Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Arsul Sani mengomentari curhat Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) soal partainya yang dirundung setelah Komandan Kosgama Partai Demokrat Agus Yudhoyono (AHY) bertemu Presiden Jokowi.

Menurut Arsul, setiap partai menghadapi kesulitannya masing-masing dalam pemilu.

"Semua partai punya pengalaman, punya keadaannya sendiri begitu menghadapi pemilu baik pileg maupun pilpres. Tentu apa yang dirasakan oleh Pak SBY dan disampaikan dalam video itu ya mungkin itulah yang memang dialami Pak SBY dan jajaran Partai Demokrat," ujar Arsul di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Selasa (28/5/2019).

Baca juga: Pesan Fadli Zon kepada SBY: Saya Kena Bully Setiap Hari, Santai-santai Saja

Arsul mengatakan, partai lain juga mengalami kesulitannya sendiri.

Dia mencontohkan partainya yang mengalami ujian pada pemilu kali ini. Ujian tersebut membuat PPP kehilangan banyak kursi di parlemen pada periode 2019-2024 nanti.

Arsul tidak menjelaskan ujian apa yang dimaksud. Namun, beberapa waktu lalu PPP mendapat masalah karena ketua umumnya menjadi target operasi tangkap tangan Komisi Pemberantasan Korupsi.

Baca juga: SBY: Akibat Bertemu Presiden Jokowi, AHY, Saya, dan Demokrat Diserang

Arsul mengatakan partainya menghadapi masalah berbeda dalam pemilu kali ini. Namun, pihaknya tidak pernah mau mengeluh di depan umum.

"Kalau mau curhat mestinya yang paling banyak perlu curhat adalah PPP yang kursinya hilang banyak. Tetapi kan kami tidak harus kemudian dengan cara yang sama dalam mengekspresikannya," ujar Arsul.

SBY sebelumnya menyatakan ia dan partainya diopinikan negatif oleh pihak tertentu setelah  AHY bertemu Jokowi di Istana Merdeka, Jakarta, dan Istana Kepresidenan di Bogor.

Baca juga: SBY: Saya Sedih, Seolah Sakitnya Ibu Ani Alasan SBY Tak Kampanye

"Akibat pertemuan itu, AHY, SBY, dan Partai Demokrat diserang habis oleh kalangan tertentu," kata SBY lewat siaran video yang diputar di kediamannya,Kuningan, Jakarta, Senin (27/5/2019).

"Setelah itu AHY di-bully sangat kejam. Mungkin itu cara Tuhan untuk menggembleng orang yang baru masuk di dunia politik. Dari serangan itu, sebenarnya kita tahu dari kelompok mana serangan sengit itu berasal," lanjut dia.

SBY mengatakan, hal tersebut merupakan pembeda antara Partai Demokrat dan pihak lain yang mengusung pasangan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno di Pilpres 2019.

Baca juga: AHY: Presiden Jokowi Minta Saya Jadi Jembatan Komunikasi dengan SBY

Menurut SBY, meski tak mengusung Jokowi, Demokrat tak menutup komunikasi dengan mantan Gubernur DKI Jakarta tersebut. SBY mengatakan Demokrat selalu membuka diri untuk berkomunikasi dengan pihak mana pun.

Apalagi, kata SBY, pertemuan antara AHY dan Jokowi bukan membahas pembentukan koalisi di pemerintahan, tetapi permasalahan kebangsaan. SBY pun mengatakan AHY ke Istana atas undangan Jokowi.

Kompas TV Ketua Umum Partai Demokrat, Susilo Bambang Yudhoyono, berharap Presiden Joko Widodo, segera bertemu dengan calon Presiden Prabowo Subianto untuk menurunkan ketegangan politik tanah air. SBY tidak hadir dalam acara tersebut dikarenakan masih menemani Ibu Ani Yudhoyono perawatan di Singapura. #SusiloBambangYudhoyono #JokoWidodo #PrabowoSubianto
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Menakar Nasib Ketua KPU Usai Diadukan Lagi ke DKPP Terkait Dugaan Asusila

Menakar Nasib Ketua KPU Usai Diadukan Lagi ke DKPP Terkait Dugaan Asusila

Nasional
Tak Lagi Solid, Koalisi Perubahan Kini dalam Bayang-bayang Perpecahan

Tak Lagi Solid, Koalisi Perubahan Kini dalam Bayang-bayang Perpecahan

Nasional
TPN Ganjar-Mahfud Sebut 'Amicus Curiae' Bukan untuk Intervensi MK

TPN Ganjar-Mahfud Sebut "Amicus Curiae" Bukan untuk Intervensi MK

Nasional
Percepat Kinerja Pembangunan Infrastruktur, Menpan-RB Setujui 26.319 Formasi ASN Kementerian PUPR

Percepat Kinerja Pembangunan Infrastruktur, Menpan-RB Setujui 26.319 Formasi ASN Kementerian PUPR

Nasional
Kubu Prabowo Siapkan Satgas untuk Cegah Pendukung Gelar Aksi Saat MK Baca Putusan Sengketa Pilpres

Kubu Prabowo Siapkan Satgas untuk Cegah Pendukung Gelar Aksi Saat MK Baca Putusan Sengketa Pilpres

Nasional
TKN Prabowo-Gibran Akan Gelar Nobar Sederhana untuk Pantau Putusan MK

TKN Prabowo-Gibran Akan Gelar Nobar Sederhana untuk Pantau Putusan MK

Nasional
Jelang Putusan Sengketa Pilpres: MK Bantah Bocoran Putusan, Dapat Karangan Bunga

Jelang Putusan Sengketa Pilpres: MK Bantah Bocoran Putusan, Dapat Karangan Bunga

Nasional
Skenario Putusan Mahkamah Konstitusi dalam Sengketa Pilpres 2024

Skenario Putusan Mahkamah Konstitusi dalam Sengketa Pilpres 2024

Nasional
Kejagung Terus Telusuri Aset Mewah Harvey Moeis, Jet Pribadi Kini dalam Bidikan

Kejagung Terus Telusuri Aset Mewah Harvey Moeis, Jet Pribadi Kini dalam Bidikan

Nasional
Yusril Tegaskan Pencalonan Gibran Sah dan Optimistis dengan Putusan MK

Yusril Tegaskan Pencalonan Gibran Sah dan Optimistis dengan Putusan MK

Nasional
Soal Tawaran Masuk Parpol, Sudirman Said: Belum Ada karena Saya Bukan Anak Presiden

Soal Tawaran Masuk Parpol, Sudirman Said: Belum Ada karena Saya Bukan Anak Presiden

Nasional
Sudirman Said Beberkan Alasan Tokoh Pengusung Anies Tak Ajukan 'Amicus Curiae' seperti Megawati

Sudirman Said Beberkan Alasan Tokoh Pengusung Anies Tak Ajukan "Amicus Curiae" seperti Megawati

Nasional
Soal Peluang Anies Maju Pilkada DKI, Sudirman Said: Prabowo Kalah 'Nyapres' Tidak Jadi Gubernur Jabar

Soal Peluang Anies Maju Pilkada DKI, Sudirman Said: Prabowo Kalah "Nyapres" Tidak Jadi Gubernur Jabar

Nasional
Beda Sikap PSI: Dulu Tolak Proporsional Tertutup, Kini Harap Berlaku di Pemilu 2029

Beda Sikap PSI: Dulu Tolak Proporsional Tertutup, Kini Harap Berlaku di Pemilu 2029

Nasional
Banjir “Amicus Curiae”, Akankah Lahir “Pahlawan” Pengadilan?

Banjir “Amicus Curiae”, Akankah Lahir “Pahlawan” Pengadilan?

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com