Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kominfo Laporkan 30 Hoaks dan Disinformasi Sepanjang 22-24 Mei 2019

Kompas.com - 27/05/2019, 10:53 WIB
Luthfia Ayu Azanella,
Bayu Galih

Tim Redaksi

KOMPAS.com – Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) mengeluarkan rangkuman atas sejumlah informasi bohong, hoaks, dan disinformasi yang tersebar selama kerusuhan 22 Mei 2019 hingga 24 Mei 2019.

Dari laporan Kominfo tersebut, terdapat 30 informasi yang 17 di antaranya terklarifikasi sebagai hoaks. Sedangkan, 13 lainnya dikategorikan sebagai disinformasi.

Beberapa hoaks yang paling banyak menyita perhatian publik di antaranya adalah pengumuman Komisi Pemilihan Umum (KPU) yang dilakukan dalam senyap.

Ada juga mengenai penyerangan masjid dan penggunaan peluru tajam oleh kepolisian, juga kabar adanya anggota polisi China di barisan pengaman demo kemarin.

Baca juga: Hoaks, Ada Warga Garut Tewas dalam Aksi 22 Mei di Jakarta

Semua informasi tersebut sempat diterima masyarakat melalui berbagai saluran media sosial. Namun, pada akhirnya satu per satu mendapatkan klarifikasi dari pihak-pihak yang bersangkutan.

Misalnya kepolisian melalui Kadiv Humas Polri Irjen Pol Muhammad Iqbal  yang membantah adanya penyerangan terhadap rumah ibadah dan menyebut pihaknya sama sekali tidak menggunakan peluru tajam selama mengamankan aksi 22 Mei.

Selanjutnya, Komisioner KPU Ilham Saputra juga menjelaskan alasan mengapa pengumuman dilakukan pada dini hari. Hal itu dilakukan karena semua proses penghitungan baik di tingkat provinsi maupun di luar negeri telah rampung.

Adapun anggota Brimob yang disebut sebagai anggota polisi dari China ternyata merupakan WNI dan berasal dari  Sulawesi Utara. Ia memang memiliki mata yang sipit dan kulit putih menyerupai orang dari etnis China.

Baca juga: 6 Hoaks dan Cek Fakta Kerusuhan 22 Mei 2019, Brimob China hingga Ambulans Gerindra

Laporan disinformasi KominfoKominfo Laporan disinformasi Kominfo

Sementara itu, beberapa disinformasi ini juga sempat membuat bingung masyarakat sebagai pihak yang menerimanya.

Misalnya, informasi tentang Polri yang lepas tangan atas banyaknya korban tewas akibat peluru tajam atau massa dari berbagai daerah berbondong-bondong datangi Jakarta.

Sebelumnya Kapolri Jenderal Pol Tito Karnavian menyebut kepolisian tidak menggunakan peluru tajam apalagi hingga menyebabkan enam massa tewas.

Ia meminta masyarakat tidak langsung menuduh aparat atas kejadian ini. Namun, informasi ini diplintir sehingga muncul makna yang berbeda.

Baca juga: [KLARIFIKASI] Demonstran Ditembaki Peluru Tajam, Ini Penjelasan Polri

Terakhir, tentang beberapa foto yang menunjukkan sejumlah massa bergerak di jalanan. foto itu diambil saat kampanye akbar salah satu paslon di Gelora Bung Karno, Jakarta. Dalam gambar, terlihat banyak massa yang membawa bendera partai politik.

Selain hoaks dan disinformasi tersebut, masih terdapat sejumlah informasi tidak benar lainnya yang berhasil dikonfirmasi berbagai media massa dan dirangkum menjadi satu oleh Kominfo.

Baca juga: [KLARIFIKASI] Penjelasan Brimob soal Anggotanya yang Disebut dari China

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

TNI Kirim 900 Payung Udara untuk Salurkan Bantuan ke Warga Palestina

TNI Kirim 900 Payung Udara untuk Salurkan Bantuan ke Warga Palestina

Nasional
Terseretnya Nama Jokowi di Pusaran Sengketa Pilpres 2024 di MK...

Terseretnya Nama Jokowi di Pusaran Sengketa Pilpres 2024 di MK...

Nasional
Serangan Balik KPU dalam Sidang Sengketa Pilpres di MK...

Serangan Balik KPU dalam Sidang Sengketa Pilpres di MK...

Nasional
Soal Flu Singapura, Menkes: Ada Varian Baru Tapi Tidak Mematikan Seperti Flu Burung

Soal Flu Singapura, Menkes: Ada Varian Baru Tapi Tidak Mematikan Seperti Flu Burung

Nasional
Kasus yang Jerat Suami Sandra Dewi Timbulkan Kerugian Rp 271 Triliun, Bagaimana Hitungannya?

Kasus yang Jerat Suami Sandra Dewi Timbulkan Kerugian Rp 271 Triliun, Bagaimana Hitungannya?

Nasional
Menkes Minta Warga Tak Panik DBD Meningkat, Kapasitas RS Masih Cukup

Menkes Minta Warga Tak Panik DBD Meningkat, Kapasitas RS Masih Cukup

Nasional
Kursi Demokrat di DPR Turun, AHY: Situasi di Pemilu 2024 Tidak Mudah

Kursi Demokrat di DPR Turun, AHY: Situasi di Pemilu 2024 Tidak Mudah

Nasional
Serba-serbi Pembelaan Kubu Prabowo-Gibran dalam Sidang Sengketa Pilpres di MK

Serba-serbi Pembelaan Kubu Prabowo-Gibran dalam Sidang Sengketa Pilpres di MK

Nasional
Kecerdasan Buatan Jadi Teman dan Musuh bagi Industri Media

Kecerdasan Buatan Jadi Teman dan Musuh bagi Industri Media

Nasional
Saat Sengketa Pilpres di MK Jadi Panggung bagi Anak Yusril, Otto, Maqdir, dan Henry Yoso...

Saat Sengketa Pilpres di MK Jadi Panggung bagi Anak Yusril, Otto, Maqdir, dan Henry Yoso...

Nasional
Pemerintah Kembali Banding di WTO, Jokowi: Saya Yakin Kita Mungkin Kalah Lagi, tapi...

Pemerintah Kembali Banding di WTO, Jokowi: Saya Yakin Kita Mungkin Kalah Lagi, tapi...

Nasional
Menteri ESDM Pastikan Divestasi Saham PT Freeport Akan Sepaket dengan Perpanjangan Kontrak Hingga 2061

Menteri ESDM Pastikan Divestasi Saham PT Freeport Akan Sepaket dengan Perpanjangan Kontrak Hingga 2061

Nasional
Kata Bahlil Usai Terseret dalam Sidang MK Imbas Dampingi Gibran Kampanye di Papua

Kata Bahlil Usai Terseret dalam Sidang MK Imbas Dampingi Gibran Kampanye di Papua

Nasional
[POPULER NASIONAL] Gugatan Anies dan Ganjar Tak Mustahil Dikabulkan | Harvey Moeis Tersangka Korupsi

[POPULER NASIONAL] Gugatan Anies dan Ganjar Tak Mustahil Dikabulkan | Harvey Moeis Tersangka Korupsi

Nasional
Jaksa KPK Diduga Peras Saksi Rp 3 Miliar

Jaksa KPK Diduga Peras Saksi Rp 3 Miliar

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com