Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Guru Besar Se-Indonesia Serukan Damai Pasca-Pemilu 2019

Kompas.com - 25/05/2019, 13:42 WIB
Luthfia Ayu Azanella,
Bayu Galih

Tim Redaksi

KOMPAS.com – Forum Dewan Guru Besar Indonesia (FDGBI) menyerukan persatuan dan kesatuan kepada seluruh elemen bangsa pasca-Pemilu 2019 ini.

Pesan ini disampaikan FDGBI menyusul ketegangan di masyarakat yang akhir-akhir ini muncul setelah Komisi Pemilihan Umum (KPU) mengumumkan hasil rekapitulasi Pemilu 2019 pada 21 Mei 2019.

Setelah unjuk rasa yang terjadi di Jakarta pada Selasa (21/5/2019), terdapat kelompok massa yang berbuat anarkistis. Kerusuhan terjadi, dan kelompok massa tak dikenal itu juga bentrok dengan petugas kepolisian di sejumlah titik.

Sontak, kerusuhan itu menjadi perhatian nasional dan ditayangkan langsung oleh sejumlah stasiun televisi.

Ketua FDGBI, Prof Drs Koentjoro MBSc PhD mengaku menginisiasi pesan damai ini karena rasa prihatin terhadap persatuan bangsa yang terkoyak, justru setelah pesta demokrasi berlangsung.

"Gagasan dari saya, prihatin terhadap kondisi bangsa. Mengharap agar masing-masing pihak dapat mengendalikan diri, merajut persatuan untuk kesatuan bangsa," kata Koentjoro, yang juga Guru Besar Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada ini pada Sabtu (25/5/2019).

Baca juga: Tokoh Agama di Kalimantan Tengah Deklarasi Damai Terima Hasil Pemilu

Kontjoro bersama 44 guru besar dari berbagai universitas di Indonesia telah sepakat untuk mengeluarkan pesan damai dan imbauan ini.

Menurut para guru besar, perpecahan bangsa semestinya tidak lagi ada, karena KPU telah menetapkan hasil rekapitulasinya. Sementara, kubu yang tidak menerima putusan tersebut sudah menanggapinya secara konstitusional dengan membawanya ke Mahkamah Konstitusi (MK).

"Kami para guru besar yang tergabung dalam Forum Dewan Guru Besar Indonesia (FDGBI) merasa prihatin atas eskalasi kekerasan yang  terjadi," tuturnya.

Para guru besar ini memandang perbedaan pilihan politik di masyarakat merupakan hal yang alami dan bisa disebut sebagai rahmat.

"Kami FDGBI menyerukan kepada para pihak, baik para elite politik dan masyarakat, untuk mengedepankan persatuan dan kesatuan Indonesia yang berdasarkan kepada nilai-nilai kejujuran, keadilan dan integritas yang tinggi, serta tidak menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuan yang diinginkan," demikian salah satu seruan yang terdapat dalam pesan.

Mereka juga meminta negara untuk hadir menjamin hak asasi manusia setiap warga negara, salah satunya menyatakan pendapat di muka umum. Namun, semua pihak diminta untuk bisa menahan diri untuk tidak melakukan hal-hal yang merugikan diri sendiri maupun pihak lain.

Berikut ini daftar guru besar yang menandatangani pesan damai:

1. Koentjoro – Universitas Gadjah Mada
2. Gunawan Sumodiningrat - Universitas Gadjah Mada
3. Mursalim – Universitas Hasanuddin
4. Budimawan – Universitas Hasanuddin
5. Sutyastie – Universitas Padjadjaran
6. Tarkus B. Suganda – Universitas Padjadjaran
7. Sukarno – Universitas Tidar
8. Bambang Kaswanti, Unika Atma Jaya
9. Suciati - Universitas Terbuka.
10. Alois A. Nugroho - Unika Atma Jaya
11. Tian Belawati - Universitas Terbuka.
12. Yusuf Akhyar Sutaryono - Universitas Mataram
13. Agus Suroso  - Universitas Jenderal Soedirman
14. Eddy Suratman - Universitas Tanjungpura
15. Gontar Alamsyah Siregar – Universitas Sumatera Utara
16. Tamrin - Universitas Sumatera Utara
17.Tulus Warsito -  Uneversitas Muhammadiyah Yogyakarta
18. Arief Subyantoro - Universitas Pembangunan Nasional (UPN) Yogyakarta
19. Susy Tjahjani - Universitas Kristen Maranatha
20. Oslan Jumadi – Universitas Negeri Makassar
21. C.Danisworo – Universitas Pembangunan Nasional Yogyakarta
22. Sutanto – Universitas Pembangunan Nasional  Veteran Yogyakarta
23. Teguh Soedarto - Universitas Pembangunan Nasional  Veteran Yogyakarta
24. Eri Barlian – Universitas Negeri Padang
25. Nadiroh – Universitas Negeri Jakarta
26. Widodo P – Universitas Islam Indonesia
27. Wahyudin – Universitas Singaperbangsa Karawang
28. Rudi – Universitas Siliwangi
29. Sumargono – Universitas Pembangunan Nasional  Veteran Jawa Timur
30. Hardani Widhiastuti – Universitas Semarang
31. Abdullah Kelib – Universitas Semarang
32. Nanang T. Puspito – Institut Teknologi Bandung
33. Budi Jatmiko – Universitas Negeri Surabaya
34. Prof. Mungin Edi W – Universitas Negeri Semarang
35. Sucihatiningsih Dian Wisika Prajanti – Universitas Negeri Semarang
36. Prof. Hardi - Universitas Negeri Semarang
37. Aisyah Endah Palupi - Universitas Negeri Semarang
38. M. Dwi Marianto – Institut Seni Indonesia Yogyakarta
39. Nanat Fatah Natsir – UIN Sunan Gunung Djati Bandung
40. R. Partino – Universitas Cenderawasih Jayapura
41. Joyce Lapian – Universitas Sam Ratulangi Manado
42. Wahyu Widodo – Universitas Muhamaddiyah Malang
43. Syamsul Arifin – Universitas Muhamaddiyah Malang
44. Sari Bahagiarti  Universitas Pembangunan Nasional Yogyakarta
45. Sufyarma Marsidin – Universitas Negeri Padang
46. Saifullah SA - Universitas Islam Negeri Imam Bonjol Padang
47. Duski Samad - Universitas Islam Negeri Imam Bonjol Padang

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pakar Hukum Dorong Percepatan 'Recovery Asset' dalam Kasus Korupsi Timah yang Libatkan Harvey Moeis

Pakar Hukum Dorong Percepatan "Recovery Asset" dalam Kasus Korupsi Timah yang Libatkan Harvey Moeis

Nasional
Sidak ke Kalteng, Satgas Pangan Polri Minta Pasar Murah Diintensifkan Jelang Lebaran

Sidak ke Kalteng, Satgas Pangan Polri Minta Pasar Murah Diintensifkan Jelang Lebaran

Nasional
Puspen TNI Sebut Denpom Jaya Dalami Dugaan Prajurit Aniaya Warga di Jakpus

Puspen TNI Sebut Denpom Jaya Dalami Dugaan Prajurit Aniaya Warga di Jakpus

Nasional
Bea Cukai dan Ditresnarkoba Polda Metro Jaya Gagalkan Peredaran Serbuk MDMA dan Kokain Cair

Bea Cukai dan Ditresnarkoba Polda Metro Jaya Gagalkan Peredaran Serbuk MDMA dan Kokain Cair

Nasional
TNI Kirim Payung Udara, Bisa Angkut 14 Ton Bantuan untuk Warga Gaza Via Udara

TNI Kirim Payung Udara, Bisa Angkut 14 Ton Bantuan untuk Warga Gaza Via Udara

Nasional
Tersangka Kasus Korupsi Timah Diyakini Bisa Bertambah 2-3 Kali Lipat jika Diusut Lewat TPPU

Tersangka Kasus Korupsi Timah Diyakini Bisa Bertambah 2-3 Kali Lipat jika Diusut Lewat TPPU

Nasional
Pakar Hukum Duga Ada 'Orang Kuat' Lindungi Kasus Korupsi Timah yang Jerat Harvey Moeis

Pakar Hukum Duga Ada "Orang Kuat" Lindungi Kasus Korupsi Timah yang Jerat Harvey Moeis

Nasional
Gerindra: Prabowo Tidak Cuma Janji Kata-kata, Dia 'The New Soekarno'

Gerindra: Prabowo Tidak Cuma Janji Kata-kata, Dia "The New Soekarno"

Nasional
TNI Kirim 900 Payung Udara untuk Salurkan Bantuan ke Warga Palestina

TNI Kirim 900 Payung Udara untuk Salurkan Bantuan ke Warga Palestina

Nasional
Terseretnya Nama Jokowi dalam Pusaran Sengketa Pilpres 2024 di MK...

Terseretnya Nama Jokowi dalam Pusaran Sengketa Pilpres 2024 di MK...

Nasional
Serangan Balik KPU dalam Sidang Sengketa Pilpres di MK...

Serangan Balik KPU dalam Sidang Sengketa Pilpres di MK...

Nasional
Soal Flu Singapura, Menkes: Ada Varian Baru Tapi Tidak Mematikan Seperti Flu Burung

Soal Flu Singapura, Menkes: Ada Varian Baru Tapi Tidak Mematikan Seperti Flu Burung

Nasional
Kasus yang Jerat Suami Sandra Dewi Timbulkan Kerugian Rp 271 Triliun, Bagaimana Hitungannya?

Kasus yang Jerat Suami Sandra Dewi Timbulkan Kerugian Rp 271 Triliun, Bagaimana Hitungannya?

Nasional
Menkes Minta Warga Tak Panik DBD Meningkat, Kapasitas RS Masih Cukup

Menkes Minta Warga Tak Panik DBD Meningkat, Kapasitas RS Masih Cukup

Nasional
Kursi Demokrat di DPR Turun, AHY: Situasi di Pemilu 2024 Tidak Mudah

Kursi Demokrat di DPR Turun, AHY: Situasi di Pemilu 2024 Tidak Mudah

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com