JAKARTA, KOMPAS.com - Tuduhan kecurangan dalam Pemilihan Umum (Pemilu) 2019 masih menjadi sorotan kubu pasangan capres-cawapres nomor urut 02 Prabowo Subianto-Sandiaga Uno.
Pada Senin (6/5/2019) sore, Prabowo-Sandiaga bersama sejumlah petinggi Badan Pemenangan Nasional (BPN) menggelar pertemuan atau press briefing dengan sejumlah wartawan dari media asing. Pertemuan digelar di kediaman Prabowo, Jalan Kertanegara, Jakarta Selatan.
Baca juga: Prabowo: Kami Coba Jelaskan ke Dunia soal Kecurangan Pemilu yang Terbuka
Dalam pertemuan itu Prabowo mengungkapkan bahwa pihaknya mengalami kecurangan yang terstruktur, sistematis dan masif selama penyelenggaraan Pilpres 2019.
"Pada intinya, kami mencoba untuk menjelaskan kepada warga dunia dan Indonesia tentunya, bahwa kami mengalami pemilu dengan aksi kecurangan yang terbuka dan terbukti melenceng dari norma demokrasi," ujar Prabowo seperti dikutip dari keterangan tertulis yang diterima Kompas.com, Selasa (7/6/2019).
Menurut Prabowo, kecurangan yang masif dan sistemik itu terlihat dari pemberdayaan aparat kepolisian secara terang-terangan. Selain itu ada pula penggunaan institusi pemerintahan seperti badan intelijen.
Baca juga: Gelar Pertemuan Terbatas dengan Media Asing, Prabowo-Sandiaga Bahas Kecurangan Pemilu 2019
Prabowo menyebut bahwa pihaknya memiliki bukti dan laporan atas berbagai kecurangan yang terjadi.
Ia juga menjelaskan bahwa pihaknya memiliki beberapa ahli yang akan memberikan paparan teknisnya.
"Kami memiliki banyak bukti dan laporan. Kecurangan surat suara seperti surat suara yang sudah dicoblos sebelum pemilu misalnya yang ditemukan di Malaysia, dan berikutnya hal-hal lain," kata Prabowo.
Baca juga: Sandiaga: Harus Dipastikan Semua Laporan Diproses, Jangan Hanya Untungkan 01
Sementara, Sandiaga memaparkan sejumlah dugaan kecurangan dalam penyelenggaraan Pemilu 2019 pada pertemuan itu.
Sandiaga mengatakan, bukti-bukti mengenai dugaan kecurangan itu ia temui secara nyata di lapangan.
Ia mencontohkan bukti yang ditemukan oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) saat menangkap politisi Partai Golkar Bowo Sidik Pangarso. KPK menyita 400.000 amplop yang diduga akan digunakan untuk "serangan fajar".
Baca juga: Real Count KPU, Prabowo-Sandiaga Hanya Dapat 3 Suara di Yalimo Papua
"Semua ini adalah fakta. Politik uang, KPK menemukan 400.000 amplop yang diisi uang untuk dipakai sebagai serangan fajar, ini bisa dibilang money politics," ujar Sandiaga.
Selain itu, lanjut Sandiaga, selama masa kampanye pasangan calon nomor urut 02 selalu kesulitan untuk mendapatkan izin berkampanye.
"Saya mengalami itu sendiri. Kadang-kadang saya dapat kabar yang tiba-tiba bahwa izin kampanye dicabut begitu saja, atau izin yang harusnya dikasih, ternyata tidak dikasih jadi harus berubah tempat di menit-menit terakhir. Alat peraga kampanye juga banyak dirusak," kata Sandiaga.
Baca juga: Mulai Besok, Sandiaga Akan Safari Ramadhan ke 13 Kota di Indonesia
Sandiaga mengatakan, indikasi kecurangan yang terjadi telah mencederai proses demokrasi. Akibatnya pemilu tidak berjalan secara demokratis.