Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Wapres Kalla: Kalau Maskapai Penerbangan Mati, Kita Naik Apa?

Kompas.com - 07/05/2019, 18:58 WIB
Rakhmat Nur Hakim,
Krisiandi

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Wakil Presiden Jusuf Kalla menilai tingginya tarif tiket pesawat saat ini sudah sesuai dengan harga keekonomian. Kalla menilai jika harga diturunkan malah akan membuat maskapai penerbangan bangkrut.

Ia meyakini sebenarnya maskapai tak ingin menaikkan tarif. Namun, kata Kalla, banyak komponen tarif pesawat yang harganya meningkat sehingga maskapai terpaksa menaikkan tarif untuk bertahan.

"Jadi saya yakin perusahaan penerbangan tidak ingin naik, kalau naik lagi penumpang turun, tapi kalau terlalu rendah, bisa mati juga (maskapai penerbangan). Kalau (maskapai penerbangan) mati kita naik apa?" ujar Kalla di Kantor Wakil Presiden, Jakarta, Selasa (7/5/2019).

Baca juga: Menhub Sebut Bakal Evaluasi Tarif Batas Atas Tiket Pesawat

Ia menambahkan hampir 70 persen komponen tarif tiket pesawat harus diimpor. Komponen utama yang membuat harga tiket mahal ialah avtur yang juga harus diimpor.

Kalla menganggap, dulunya harga tiket pesawat justru terlalu murah. Akibatnya, kata Kalla, dalam 20 tahun ke belakang, banyak maskapai penerbangan yang gulung tikar karena menjual harga tiket terlampau murah.

Kalla mengakui kenaikan harga tiket pesawat akan berdampak pada sektor pariwisata. Namun demikian, seluruh pihak mesti memahami kondisi ini. 

"Ya pasti saja ada, ada masalah seperti hotel-hotel. Ada. Tapi kalau mereka tidak hidup bagaimana, jadi harus dipahami juga," ujar Kalla.

"Mereka juga tidak disubsidi pemerintah kecuali disubsidi pemerintah seperti beras, bus kota, itu disubsidi pemerintah. Kereta api, commuter. Tapi kalau tidak disubsidi (seperti tiket pesawat) bagaimana?" lanjut dia.

Data jumlah penumpang pesawat terbang domestik Badan Pusat Statistik (BPS) untuk periode Januari-Maret 2019, menunjukkan adanya 17,66 persen penurunan penumpang jika dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Tiket pesawat yang tidak lagi terjangkau menjadi satu faktor utama penyebab penurunan jumlah penumpang ini.

Baca juga: Harga Tiket Pesawat Mahal, Menanti Sikap Pemerintah dan Langkah Maskapai

Tidak hanya jumlah penumpang yang menyusut, mahalnya tiket pesawat juga berdampak pada bidang lain, misalnya menurunnya okupansi hotel berbintang dan melonjaknya inflasi.

Masih mengacu pada data BPS, terjadi penurunan okupansi hotel berbintang sebanyak 4,21 poin di periode Maret 2019 dibandingkan Maret 2018. Menurut Kepala BPS Suhariyanto, penurunan ini terjadi juga disebabkan oleh mahalnya harga tiket pesawat.

“(Tiket pesawat) dampaknya bisa ke mana-mana, terlihat di tingkat penghunian hotel bintang, dia akan menghantam ke pariwisata, banyak hal, tidak hanya transportasi,” kata Suhariyanto, Kamis (2/5/2019).

Kompas TV Dalam satu pekan, Kementerian Perhubungan akan menurunkan batas atas tarif tiket pesawat. Tujuannya agar harga tiket pesawat mudik tidak terlalu mencekik. Di sisi lain, Kemenhub juga menggodok rencana pemberlakuan tol satu arah saat mudik ketimbang ganjil genap. Berikut manuver Menteri Budi Karya Sumadi tentang "rumitnya utak atik" manajemen transportasi mudik. #BudiKaryaSumadi #Mudik #Lebaran2019
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Panglima TNI Minta Para Prajurit Tak Mudah Terprovokasi Berita-berita di Media Sosial

Panglima TNI Minta Para Prajurit Tak Mudah Terprovokasi Berita-berita di Media Sosial

Nasional
Anggota DPR Ihsan Yunus Irit Bicara Usai Diperiksa sebagai Saksi kasus APD Covid-19

Anggota DPR Ihsan Yunus Irit Bicara Usai Diperiksa sebagai Saksi kasus APD Covid-19

Nasional
Erupsi Gunung Ruang, TNI AL Kerahkan KRI Kakap-811 dan 400 Prajurit untuk Bantuan Kemanusiaan

Erupsi Gunung Ruang, TNI AL Kerahkan KRI Kakap-811 dan 400 Prajurit untuk Bantuan Kemanusiaan

Nasional
Pertemuan Prabowo dan Menlu China Berlangsung Tertutup di Kemenhan

Pertemuan Prabowo dan Menlu China Berlangsung Tertutup di Kemenhan

Nasional
Menlu Retno Telepon Menlu Hongaria Bahas soal Iran-Israel

Menlu Retno Telepon Menlu Hongaria Bahas soal Iran-Israel

Nasional
Bahlil Ungkap UEA Minat Investasi Panel Surya di IKN

Bahlil Ungkap UEA Minat Investasi Panel Surya di IKN

Nasional
Petugas 'Ad Hoc' Pilkada Akan Beda dengan Pilpres, KPU Buka Rekrutmen Lagi

Petugas "Ad Hoc" Pilkada Akan Beda dengan Pilpres, KPU Buka Rekrutmen Lagi

Nasional
Bertemu Hampir 2 Jam, Jokowi dan Tony Blair Bahas Investasi Energi di IKN

Bertemu Hampir 2 Jam, Jokowi dan Tony Blair Bahas Investasi Energi di IKN

Nasional
Firli Disebut Minta Rp 50 Miliar ke SYL, Pengacara: Fitnah!

Firli Disebut Minta Rp 50 Miliar ke SYL, Pengacara: Fitnah!

Nasional
Nasib Putusan Sengketa Pilpres 2024 jika Komposisi Hakim Menolak dan Mengabulkan Imbang

Nasib Putusan Sengketa Pilpres 2024 jika Komposisi Hakim Menolak dan Mengabulkan Imbang

Nasional
KPK Periksa Anggota DPR Ihsan Yunus Jadi Saksi Pengadaan APD Covid-19

KPK Periksa Anggota DPR Ihsan Yunus Jadi Saksi Pengadaan APD Covid-19

Nasional
Jokowi dan Megawati Saling Memunggungi

Jokowi dan Megawati Saling Memunggungi

Nasional
Soal Resolusi Gencatan Senjata di Gaza, Menlu China Sebut AS Pakai Hukum Internasional Sesuai Keinginannya Saja

Soal Resolusi Gencatan Senjata di Gaza, Menlu China Sebut AS Pakai Hukum Internasional Sesuai Keinginannya Saja

Nasional
Indonesia dan China Akan Bahas Kelanjutan Proyek Kereta Cepat, Luhut Kembali Terlibat

Indonesia dan China Akan Bahas Kelanjutan Proyek Kereta Cepat, Luhut Kembali Terlibat

Nasional
KPU Siap Laksanakan Apa Pun Putusan MK soal Sengketa Pilpres 2024

KPU Siap Laksanakan Apa Pun Putusan MK soal Sengketa Pilpres 2024

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com