KOMPAS.com – Siapa sangka limbah minyak goreng yang menjadi salah satu sumber pencemaran air sungai, ternyata menjadi barang berharga di tangan Pemerintah Desa dan warga Desa Panggung Harjo, Kecamatan Sewon, Bantul, Yogyakarta.
Melalui Badan Usaha Milik Desa (BUMdes) Panggung Lestari limbah minyak goreng tersebut diolah dan filterisasi lagi. Hasilnya kemudian dijual ke perusahaan dengan keuntungan besar sehingga bisa menjadi pemasukan untuk desa.
Jumlah rupiah yang didulang pun tidak main-main karena mencapai angka ratusan juta rupiah.
Sebagaimana diketahui, minyak goreng menjadi salah satu dari 9 bahan pokok yang banyak digunakan oleh masyarakat Indonesia.
Kebutuhannya cukup besar di Indonesia. Menurut data Gabungan Industri Minyak Nabati Indonesia (GIMNI), total pasar minyak goreng di Indonesia pada 2018 berkisar 4,6 juta ton
Angka itu bisa meningkat sejalan dengan meningkatnya pertumbuhan masyarakat. Sayangnya semakin besar penggunaan minyak goreng makin besar pula limbah minyak goreng bekas pakai yang akan dihasilkan.
Limbah ini banyak dibuang masyarakat secara sembarang yang berakibat buruk pada lingkungan, padahal jika di daur ulang limbah ini bisa bermanfaat.
Persoalan limbah minyak goreng bekas pakai yang dibuang sembarangan juga dirasakan di Desa Panggungharjo, Bantul, Yogyakarta. Limbah sampah dan minyak goreng dirasa makin bertambah seiring pesatnya pertumbuhan pemukiman di perdesaan.
Untuk mengatasi masalah itu, Pemerintah Desa dan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) menggelar musyawarah desa sebanyak dua kali.
Pada pertemuan tersebut dibahas pengembangan bentuk usaha BUMDes yang tidak terpaku pada pengelolaan sampah, tapi juga gagasan untuk mengolah limbah minyak goreng rumah tangga yang sering dibuang warga ke sungai.
Hasilnya, kini Pemerintahan Desa Panggungharjo, warga dan BUMDesnya Panggung Lestari sudah mampu melakukan pengolahan sampah dengan baik sehingga menjadi bisnis yang menghasilkan bagi desa.
Inovasi pengolahan limbah minyak goreng tersebut dilatarbelakangi informasi dari Kepala Desa Panggung Harjo saat itu, yakni Wahyudi Anggoro Hadi.
Saat itu, pria yang pernah membuat penelitian biji buah Nyamplung sebagai bahan bakar biodiesel ini mengatakan, memperoleh informasi jika Danone Aqua sedang mengurangi emisi karbon yang dihasilkan dari mesin pabriknya.
"Dari informasi itulah Pemerintah Desa Panggung Harjo dan BUMDes Panggung Lestari mendatangi Danone Aqua untuk bekerja sama memasok olahan limbah minyak goreng sebagai campuran bahan bakar solar penggerak mesin blower (pembersih galon)," ujar dia seperti dalam keterangan tertulisnya.