Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Capres-Cawapres Dinilai Berperan Penting dalam Rekonsiliasi Pasca-pemilu

Kompas.com - 16/04/2019, 11:25 WIB
Dylan Aprialdo Rachman,
Inggried Dwi Wedhaswary

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Ketua Umum Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) Jimly Asshiddiqie menilai, pasangan calon presiden dan wakil presiden berperan penting dalam rekonsiliasi pasca Pemilu 2019.

Pada Pemilu 2019, pasangan capres-cawapres yang berkompetisi adalah pasangan nomor urut 01 Joko Widodo-Ma'ruf Amin dan nomor urut 02 Prabowo Subianto-Sandiaga Uno.

"Ya bersiaplah untuk rekonsiliasi. Yang paling memengaruhi tokoh utamanya, kedua pasangan capres ini harus berangkulan segera lah, sesegera mungkin. Daripada bikin masalah ya sudahlah ucapkan selamat aja gitu loh," kata Jimly kepada Kompas.com, Selasa (16/4/2019).

Menurut Jimly, kedua pasangan harus saling berkunjung satu sama lain.

Baca juga: Jimly Asshiddiqie: Hentikan Saling Hujat di Masa Tenang Ini

Pihak yang menang harus merangkul pihak yang kalah. Sementara, pihak yang kalah harus menerima dan mengucapkan selamat.

Hal itu akan menjadi contoh utama bagi semua pihak untuk menekan tensi politik.

"Maka di saat seperti itu saya rasa baik untuk saling berkunjung antara capres ya, misalnya capres 01 karena dia incumbent baiknya berkunjung mengunjungi capres 02, ya kan. Begitu juga capres 02 berkunjung ke Presiden misalnya. Ini untuk segera menurunkan tensi," ujar Jimly.

Meski demikian, Jimly juga menghormati hak kedua pasangan capres-cawapres untuk menempuh jalur hukum ke Mahkamah Konstitusi (MK) apabila ada sengketa hasil pemilihan.

Baca juga: Ketua MPR Minta KPU Serius Sikapi Masalah Pemilu di Luar Negeri

Menurut dia, cara seperti ini lebih terhormat dibanding harus turun ke jalan dan menyampaikan kekecewaan secara berlebihan.

"Ya ini kan hak konstitusional mereka ya kita juga enggak bisa paksa. Tapi ini imbauan aja untuk segera meredakan. Karena bagaimanapun kita harus rekonsiliasi, meredakan ketegangan," kata Jimly.

"Tentu sesudah segala upaya hukum yang disediakan secara konstitusional itu selesai dilewati, begitu nanti sudah diputus MK, tok, ya sudah, semua harus terima," lanjut dia.

Di sisi lain, ia juga meminta peserta pemilu lainnya, elite politik dan masyarakat untuk menghentikan aksi saling serang.

Baca juga: Masa Tenang Pemilu Diharapkan Jadi Momen Persiapan untuk Rekonsiliasi

Serangan yang dimaksud Jimly, seperti penyebaran hoaks, ujaran kebencian, saling tuding hingga adu emosi. Hal ini guna memastikan proses rekonsiliasi berjalan dengan lancar.

"Kita mengimbau hentikanlah di masa tenang ini jangan lagi hujat-menghujat, jangan lagi kasak-kusuk, udah cukuplah. Jadi 17 April diharapkan sudah tenang semuanya seperti kebiasaan di negara kita setiap hari H pemilihan umum selalu tenang, tidak ada masalah," kata Jimly.

KOMPAS.com/Akbar Bhayu Tamtomo Infografik: PEMILIH YANG BISA TETAP MENCOBLOS SETELAH PUKUL 13.00

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Jelang Putusan Sengketa Pilpres: MK Bantah Bocoran Putusan, Dapat Karangan Bunga

Jelang Putusan Sengketa Pilpres: MK Bantah Bocoran Putusan, Dapat Karangan Bunga

Nasional
Skenario Putusan Mahkamah Konstitusi dalam Sengketa Pilpres 2024

Skenario Putusan Mahkamah Konstitusi dalam Sengketa Pilpres 2024

Nasional
Kejagung Terus Telusuri Aset Mewah Harvey Moeis, Jet Pribadi Kini dalam Bidikan

Kejagung Terus Telusuri Aset Mewah Harvey Moeis, Jet Pribadi Kini dalam Bidikan

Nasional
Yusril Tegaskan Pencalonan Gibran Sah dan Optimistis dengan Putusan MK

Yusril Tegaskan Pencalonan Gibran Sah dan Optimistis dengan Putusan MK

Nasional
Soal Tawaran Masuk Parpol, Sudirman Said: Belum Ada karena Saya Bukan Anak Presiden

Soal Tawaran Masuk Parpol, Sudirman Said: Belum Ada karena Saya Bukan Anak Presiden

Nasional
Sudirman Said Beberkan Alasan Tokoh Pengusung Anies Tak Ajukan 'Amicus Curiae' seperti Megawati

Sudirman Said Beberkan Alasan Tokoh Pengusung Anies Tak Ajukan "Amicus Curiae" seperti Megawati

Nasional
Soal Peluang Anies Maju Pilkada DKI, Sudirman Said: Prabowo Kalah 'Nyapres' Tidak Jadi Gubernur Jabar

Soal Peluang Anies Maju Pilkada DKI, Sudirman Said: Prabowo Kalah "Nyapres" Tidak Jadi Gubernur Jabar

Nasional
Beda Sikap PSI: Dulu Tolak Proporsional Tertutup, Kini Harap Berlaku di Pemilu 2029

Beda Sikap PSI: Dulu Tolak Proporsional Tertutup, Kini Harap Berlaku di Pemilu 2029

Nasional
Banjir “Amicus Curiae”, Akankah Lahir “Pahlawan” Pengadilan?

Banjir “Amicus Curiae”, Akankah Lahir “Pahlawan” Pengadilan?

Nasional
Tanggal 22 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 22 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
TNI Tembak 2 Anggota OPM yang Serang Pos Prajurit di Paro Nduga, tapi Berhasil Melarikan Diri

TNI Tembak 2 Anggota OPM yang Serang Pos Prajurit di Paro Nduga, tapi Berhasil Melarikan Diri

Nasional
Sebut Jaksa TI Tak Punya Mercy, KPK: Foto di Rumah Tetangga

Sebut Jaksa TI Tak Punya Mercy, KPK: Foto di Rumah Tetangga

Nasional
Kasus Korupsi Timah, Kejagung Dalami Kepemilikan Jet Pribadi Harvey Moeis

Kasus Korupsi Timah, Kejagung Dalami Kepemilikan Jet Pribadi Harvey Moeis

Nasional
Prabowo Minta Pendukung Tak Gelar Aksi saat MK Bacakan Putusan Sengketa Pilpres 2024

Prabowo Minta Pendukung Tak Gelar Aksi saat MK Bacakan Putusan Sengketa Pilpres 2024

Nasional
Demokrat Sampaikan Kriteria Kadernya yang Bakal Masuk Kabinet Mendatang

Demokrat Sampaikan Kriteria Kadernya yang Bakal Masuk Kabinet Mendatang

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com