JAKARTA, KOMPAS.com - Director for Presidential Studies Universitas Gajah Mada Nyarwi Ahmad menyebut, sifat dan karakter yang ditampilkan calon presiden nomor urut 02 Prabowo Subianto serupa dengan sejumlah tokoh di dunia.
"Style Prabowo menunjukkan 'populist political communication style'. Style yang biasa dipakai aktor politik populis di banyak negara. Misalnya Trump di Amerika Serikat, Bolsonaro di Brazil dan Duterte di Filipina," ujar Ahmad kepada Kompas.com, Selasa (9/4/2019).
Cirinya banyak, misalnya menggunakan kata-kata vulgar, kampanye dengan menggunakan gaya yang tidak normal alias nyeleneh dan menggunakan pilihan kata yang keras.
Baca juga: Ekspresi Emosional Prabowo, Dinilai Negatif oleh Pesaing hingga Penjelasan BPN
Tujuannya, untuk membangun sentimen antikelompok penguasa/pemerintah, elite-elite ekonomi serta politik.
Cara bicaranya mempengaruhi persepsi orang dengan cara mengaduk-aduk emosi mereka yang tidak puas kepada kebijakan dan ulah elite-elite tersebut.
"Salah satu bentuknya, Prabowo beberapa kali bilang 'ndasmu'. Kemudian contoh kampanye gaya nyeleneh itu joget di atas panggung. Lalu, ketika membangun sentimen ke elite, dia bilang pencuri dan sebagainya," ujar pakar komunikasi dan marketing politik UGM itu.
Meski demikian, Ahmad berpendapat, persepsi sifat dan karakter itu tidak berpengaruh besar terhadap perluasan basis elektoral Prabowo.
Baca juga: Pendukung Prabowo Dinilai Lebih Militan daripada Pendukung Jokowi, Apa Sebabnya?
"Kalau Prabowo mau memperluas basis elektoral ke swing voters di kubu Jokowi atau pemilih yang belum menentukan pilihannya, gaya seperti itu kurang punya dampak signifikan untuk merebut segmen pemilih ini," ujar Ahmad.
Sebab, masyarakat secara umum saja dinilai masih susah membedakan antara ekspresi yang menunjukkan ketegasan sebagai seorang pemimpin/calon presiden dengan personalitas yang keras, berwatak pemarah.
Baca juga: Kampanye di Palembang, Prabowo Tunjukkan Plastik Berisi Uang Sumbangan Warga
Justru, gaya Prabowo tersebut dianggap semakin membuat pendukung kedua kubu semakin loyal terhadap pilihannya masing-masing. Pendukung Jokowi semakin yakin memilih Jokowi setelah melihat sifat dan karakter Prabowo yang demikian.
Begitu pula sebaliknya, pendukung Prabowo semakin loyal terhadap Prabowo sendiri lantaran sifat dan karakter yang ditampilkan itu.
"Di mata pendukung militan 02, ekspresi tersebut cenderung dimaknai positif. Sebaliknya, di mata pendukung 01, ekspresi tersebut cenderung di-frame negatif," ujar Ahmad.