KOMPAS.com – Pasangan calon presiden dan calon wakil presiden nomor urut 02, Prabowo Subianto-Sandiaga Uno telah menggelar Kampanye Akbar di Gelora Bung Karno (GBK) Jakarta pada Minggu (7/4/2019).
Stadion yang menjadi venue kampanye dipadati para pendukung dan simpatisan yang kompak mengenakan baju berwarna putih, baik di bagian bangku penonton, maupun area lapangan.
Tak hanya di bagian dalam, sebagian pendukung bahkan terlihat ada di bagian luar stadion.
Rangkaian kampanye ini dimulai sejak pukul 04.15 - 10.00 WIB. Dari susunan acara yang tersebar, kegiatan diawali dengan zikir, dilanjutkan dengan shalat Subuh berjemaah, disambung kembali dengan zikir dan tausiah, dan beberapa acara berbalut keagamaan lainnya.
Kemudian, semua peserta melakukan sarapan bersama, sembari diiringi berbagai musik dan tarian hiburan pada pukul 6.30, sebelum akhirnya memasuki acara utama, orasi dari Prabowo Subianto pada pukul 07.00 pagi hingga selesai.
Sehari sebelum Kampanye Akbar berlangsung, Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono mengirimkan surat dari Singapura kepada tiga petinggi Partai Demokrat.
Mereka adalah Ketua Dewan Kehormatan Partai Demokrat Amir Syamsuddin, Waketum Partai Demokrat Syarief Hasan, dan Sekjen Partai Demokrat Hinca Panjaitan.
Menurut Kepala Divisi Advokasi dan Bantuan Hukum DPP Partai Demokrat Ferdinand Hutahaean, surat ini dibuat oleh SBY karena ia menerima laporan adanya rancangan acara yang disusun sangat identik dengan kelompok tertentu.
Dalam surat itu, SBY mengingatkan agar Kampanye Nasional Prabowo-Sandiaga nanti menjunjung tinggi inklusivitas dan mewujudkan slogan “Indonesia untuk Semua”.
SBY juga mengimbau untuk tidak menonjolkan politik identitas berdasarkan agama, etnis, paham ideologi ekstrem, atau lainnya.
Baca juga: SBY Sempat Ingatkan Prabowo agar Kampanye Akbar Tak Tunjukkan Politik Identitas
Berikut surat dari SBY:
Saya menerima berita dari Tanah Air tentang set up, run down dan tampilan fisik kampanye akbar atau rapat umum pasangan capres-cawapres 02, Bapak Prabowo Subianto-Bapak Sandiaga Uno, di Gelora Bung Karno (GBK) Jakarta. Karena menurut saya apa yang akan dilakukan dalam kampanye akbar di GBK tersebut tidak lazim dan tidak mencerminkan kampanye nasional yang inklusif.
Sehubungan dengan itu, saya minta kepada Bapak bertiga agar dapat memberikan saran kepada Bapak Prabowo Subianto, Capres yang diusung Partai Demokrat, untuk memastikan hal-hal sebagai berikut.
Penyelenggaraan kampanye nasional (di mana Partai Demokrat menjadi bagian di dalamnya) tetap dan senantiasa mencerminkan 'inclusiveness', dengan sasanti 'Indonesia Untuk Semua' Juga mencerminkan kebhinekaan atau kemajemukan. Juga mencerminkan persatuan. 'Unity in diversity'. Cegah demonstrasi apalagi 'show of force' identitas, baik yang berbasiskan agama, etnis serta kedaerahan, maupun yang bernuasa ideologi, paham dan polarisasi politik yang ekstrim.
Saya sangat yakin, paling tidak berharap, tidak ada pemikiran seperti itu (sekecil apapun) pada diri Pak Jokowi dan Pak Prabowo. Saya pribadi, yang mantan Capres dan mantan Presiden, terus terang tidak suka jika rakyat Indonesia harus dibelah sebagai 'pro Pancasila' dan 'pro Kilafah'.