JAKARTA, KOMPAS.com - Tim investigasi independen mengharapkan kedua pasangan calon presiden dan calon wakil presiden menaruh perhatian khusus pada penerapan pendekatan keamanan berbasis Hak Asasi Manusia (HAM) di Papua.
Hal itu diungkapkan anggota Tim Investigasi Theo Hasegem saat merilis hasil investigasi situasi di lapangan pascapenembakan Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) terhadap pekerja PT Istaka Karya di Distrik Yal, Kabupaten Nduga, Papua.
"Kami juga sangat mengharapkan kedua pasangan capres Republik Indonesia yang akan dipilih menjadi presiden untuk berkomitmen memastikan pendekatan keamanan yang berbasis HAM di Papua, bukan operasi militer yang mengedepankan kekerasan bersenjata," ungkap Theo saat konferensi pers di kantor Amnesty International Indonesia, Jakarta Pusat, Jumat (29/3/2019).
Baca juga: Fakta Kampanye Sandiaga di Papua, Janji Turunkan Harga Tiket Pesawat hingga Berdoa di Pulau Mansinam
Ia berpandangan bahwa masyarakat Papua merupakan bagian dari Republik Indonesia.
Oleh karena itu, Theo menilai pendekatan yang perlu dilakukan untuk mengatasi masalah KKB di Papua juga harus mengandung nilai keindonesiaan.
Ia menyebutkan sila kedua Pancasila yang berbunyi Kemanusiaan yang Adil dan Beradab.
"Pendekatan untuk Papua juga harus dilakukan secara ke-Indonesiaan, berbasis perikemanusiaan yang adil dan beradab, bukan pendekatan militer, apalagi dengan menjadikan Papua sebagai daerah operasi militer," tutur dia.
Menurut data tim investigasi, terdapat puluhan ribu pengungsi akibat operasi aparat mengejar KKB.
Rinciannya, 4.276 pengungsi di Distrik Mapenduma, 4.369 di Distrik Mugi, 5.056 di Distrik Jigi, 5.021 di Distrik Yal, dan 3.775 di Distrik Mbulmu Yalma.
Pengungsi juga tersebar di Distrik Kagayem sebanyak 4.238 jiwa, Distrik Nirkuri sebanyak 2.982 jiwa, Distrik Inikgal sebanyak 4.001 jiwa, Distrik Mbua sebanyak 2.021 jiwa, dan Distrik Dal sebanyak 1.704 jiwa.
Para pengungsi yang terdiri dari anak-anak, ibu-ibu, dan lansia, kata Theo, pindah ke hutan dan bersembunyi di gua.
Bahkan, kata Theo, ada Ibu-ibu pengungsi yang melahirkan di hutan dan kesulitan mengakses pertolongan medis.
Menurut Theo, akses terhadap pendidikan untuk anak-anak juga menjadi terganggu akibat operasi aparat mengejar KKB.
Tim investigasi juga menemukan korban masyarakat sipil yang meninggal.
Baca juga: Atasi Masalah di Papua, Pemerintah Hingga Kandidat Capres Diminta Kedepankan Dialog
"Tim juga telah menemukan korban dari masyarakat sipil di beberapa kampung, di antaranya dua anak sekolah yang ditembak di Distrik Mbua, Kabupaten Nduga, dan beberapa warga sipil yang ditembak lalu menderita hingga meninggal dunia," kata Theo.
Lalu, ada pula masyarakat yang disebutkan Theo hilang, yaitu Pendeta Geyimin Nirigi.
Selain itu, sejumlah rumah ibadah dikatakan dirusak, beserta rumah penduduk, puskesmas, yang dibakar aparat.