JAKARTA, KOMPAS.com - Tim investigasi independen meminta pemerintah dan DPR untuk mengutamakan dialog dalam mengatasi masalah di Papua.
Tim tersebut menginvestigasi situasi di lapangan pascapenembakan Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) terhadap pekerja PT Istaka Karya di Distrik Yal, Kabupaten Nduga, Papua.
"Kami memberikan masukan kepada pemerintah dan DPR mengutamakan pendekatan dialogis berbasis kemanusiaan, bukan pendekatan militer, dalam menyelesaikan permasalahan di Papua," ungkap anggota Tim Investigasi Theo Hasegem saat konferensi pers di kantor Amnesty International Indonesia, Jakarta Pusat, Jumat (29/3/2019).
Tak hanya kepada Presiden Joko Widodo, pendekatan itu juga diharapkan dapat diterapkan presiden terpilih nantinya.
Baca juga: Catatan Kriminal KKB di Papua Selama 1 Tahun, Bunuh 26 Orang dan Perkosa Tenaga Medis
Menurut pandangannya, pendekatan militer bukan solusi untuk menyelesaikan Papua.
Jika pendekatan itu dilanjutkan, Theo khawatir dugaan kasus pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) terus terjadi di Papua.
Oleh karena itu, ia mengharapkan terjadinya dialog yang difasilitasi oleh pihak ketiga.
Theo ingin dialog seperti yang dilakukan pemerintah saat mengatasi masalah KKB di Aceh.
"Kami menyarankan agar pemerintah dan DPR dapat menggunakan pengalaman penting di Aceh, ketika melakukan dialog yang difasilitasi oleh pihak yang netral," tuturnya.
Baca juga: Fakta Brimob Diserang KKB di Nduga, Satu Gugur Dua Luka Tembak hingga Amankan Logistik di Bandara
Menurut data tim investigasi, terdapat puluhan ribu pengungsi akibat operasi aparat mengejar KKB.
Rinciannya, 4.276 pengungsi di Distrik Mapenduma, 4.369 pengungsi di Distrik Mugi, 5.056 pengungsi di Distrik Jigi, 5.021 pengungsi di Distrik Yal, dan 3.775 pengungsi di Distrik Mbulmu Yalma.
Pengungsi juga tersebar di Distrik Kagayem sebanyak 4.238 jiwa, Distrik Nirkuri sebanyak 2.982 jiwa, Distrik Inikgal sebanyak 4.001 jiwa, Distrik Mbua sebanyak 2.021 jiwa, dan Distrik Dal sebanyak 1.704 jiwa.
Para pengungsi yang terdiri dari anak-anak, ibu-ibu, dan lansia, kata Theo, mengungsi ke hutan dan bersembunyi di gua.
Ibu-ibu yang mengungsi juga ada yang melahirkan di hutan dan kesulitan mengakses pertolongan medis.
Menurut Theo, akses terhadap pendidikan untuk anak-anak juga menjadi terganggu akibat operasi aparat mengejar KKB.
Tim investigasi juga menemukan korban masyarakat sipil yang meninggal.
"Tim juga telah menemukan korban dari masyarakat sipil di beberapa kampung, di antaranya dua anak sekolah yang ditembak di Distrik Mbua, Kabupaten Nduga, dan beberapa warga sipil yang ditembak lalu menderita hingga meninggal dunia," kata Theo.
Lalu, ada pula masyarakat yang disebutkan Theo hilang, yaitu Pendeta Geyimin Nirigi.
Selain itu, sejumlah rumah ibadah dikatakan dirusak, beserta rumah penduduk, puskesmas, yang dibakar aparat.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.