JAKARTA, KOMPAS.com - Wakil Sekjen Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Achmad Baidowi mengatakan, hasil survei Litbang Kompas selalu memprediksi partainya tidak lolos ambang batas parlemen atau parliamentary threshold (PT).
Ia mengatakan, PPP akan menggunakan hasil survei tersebut sebagai acuan untuk memetakan gerakan politik ke depannya.
"Survei Kompas memang selalu PPP tak lolos PT. Bisa dicek di setiap survei menjelang pemilu. Kami mau lolos pemilu, bukan lolos survei," ujar Baidowi melalui pesan singkat, Kamis (21/3/2019).
Baca juga: Survei Litbang ”Kompas”, 7 Parpol Terancam Tak Lolos ke Senayan
"Namun demikian hasil survei tersebut tetap menjadi acuan untuk memetakan gerakan politik ke depan," lanjut dia.
Baidowi menegaskan, PPP akan terus bekerja maksimal jelang masa pencoblosan agar perolehan suara semakin tak tergerus.
Menurut dia, dalam waktu satu bulan ke depan, PPP akan memperkuat basis pemilih tradisional.
"Kami akan terus bekerja maksimal agar suara PPP tak semakin tergerus. Ya pemilu serentak ini menjadi pelajaran berharga bagi semua parpol. Ke depan perlu terobosan langkah agar sistem pemilu disempurnakan," kata Baidowi.
Baca juga: Survei Litbang ”Kompas”: PDI-P 26,9 Persen, Gerindra 17 Persen
Berdasarkan hasil survei Litbang Kompas 22 Februari-5 Maret 2019, elektabilitas PPP berada di angka 2,7 persen dan menjadi salah satu dari tiga partai yang elektabilitasnya tak melewati ambang batas parlemen sebesar 4 persen.
Meski demikian, jika ditambah dengan tingkat margin of error +/- 2,2 persen, ketiga parpol ini masih mempunyai peluang lolos ke Senayan.
Survei Litbang Kompas menggunakan metode pengumpulan data lewat wawancara tatap muka pada 22 Februari-5 Maret 2019 terhadap 2.000 responden.
Responden dipilih secara acak sederhana dengan metode pencuplikan sistematis bertingkat di 34 provinsi di Indonesia.
Tingkat kepercayaan 95 persen dan margin of error penelitian ini sebesar +/- 2,2 persen dengan kondisi penarikan sampel acak sederhana.