JAKARTA, KOMPAS.com - Calon wakil presiden nomor urut 02 Sandiaga Uno tampak telah berupaya memberikan pertanyaan-pertanyaan serangan untuk cawapres nomor urut 01 Ma'ruf Amin dalam debat ketiga Pilpres 2019, Minggu (17/3/2019) malam.
Namun, pengamat politik dari Centre for Strategic and International Studies (CSIS) Arya Fernandes menilai, serangan itu belum mematikan.
Beberapa serangan yang dilontarkan Sandiaga, misalnya, isu tenaga kerja asing (TKA), pengangguran, dan juga BPJS Kesehatan.
"Saya melihat serangan itu masih datar. Serangan dari penantang itu belum serangan yang mematikan, masih sopan," ujar Arya ketika dihubungi, Senin (18/3/2019).
Baca juga: Pengamat: Debat Maruf-Sandiaga Hambar, Substansi Hanya Daur Ulang
Padahal sebagai penantang, Sandiaga seharusnya bisa membuat image bahwa dirinya mampu membuat perubahan.
Perubahan harus terjadi karena ada situasi yang tidak menguntungkan masyarakat pada pemerintahan saat ini.
"Penantang harus mampu membangun image ke publik bahwa dia harus menghadirkan psikologi perubahan. Semalam itu tidak tampak," ujar Arya.
Baca juga: Survei SMRC: Elektabilitas Jokowi-Maruf 57,6 Persen, Prabowo-Sandiaga 31,8 Persen
Ketika Sandiaga menyebut akan mengatasi masalah BPJS Kesehatan dalam 200 hari pertama, Arya mengatakan, seharusnya Sandiaga memaparkan apa saja kesalahan dalam sistem saat ini terlebih dahulu.
Kemudian memaparkan satu per satu mengenai solusi yang akan ditawarkan.
Sementara itu, terkait serangan soal isu pengangguran, solusi yang ditawarkan Sandiaga juga dinilai tidak istimewa.
Baca juga: Sandiaga: Kita Tidak Ingin Memberatkan Negara dengan Kartu-Kartu Lain...
Solusi yang dimaksud Arya adalah Rumah Siap Kerja. Sebab pada saat yang sama, kubu Jokowi-Ma'ruf juga memiliki program pelatihan kerja serupa melalui Kartu Prakerja.
"Dia seharusnya membuat solusi yang wah," kata dia.
Arya berpendapat, penampilan ini karena Sandiaga masih berhati-hati dalam menghadapi Ma'ruf Amin.
Akhirnya, Sandiaga belum mampu memicu perdebatan dan segala serangannya bisa ditangkis.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.