JAKARTA, KOMPAS.com - Ketua Masyarakat Anti Fitnah Indonesia (MAFINDO) Septiaji Nugroho mengatakan, selama semester II 2018, hoaks yang menyebar di media sosial paling banyak berupa konten foto yang disertai narasi.
"Jika dianalisis menurut konten, kombinasi foto dan narasi yang paling banyak dibuat hoaks," ujar Aji dalam diskusi publik Disinformation and Indonesia's 2019 Elections di Jakarta, Jumat (15/3/2019).
Konten terbanyak kedua adalah narasi berupa informasi tertulis. Sementara, konten yang paling banyak ketiga adalah video yang dikombinasikan dengan narasi.
Baca juga: Catatan Masyarakat Anti Fitnah, 977 Hoaks Muncul Selama 2018
Sementara itu, mengenai saluran atau media yang paling banyak digunakan, menurut Aji yang menempati urutan pertama adalah Facebook. Setiap bulan, konten hoaks di Facebook mencapai 60 persen.
Posisi kedua adalah aplikasi WhatsApp. Menurut Aji, konten hoaks banyak disebarluaskan melalui grup-grup WhatsApp.
Kemudian, media ketiga yang paling banyak digunakan adalah media sosial Twitter.